Ketika seseorang sedang berada di puncak popularitas, bukan berarti akan selalu aman. Kekuatan opini publik tidak bisa diremehkan, bahkan dapat menjatuhkan reputasi profesional yang telah dibangun selama bertahun-tahun lenyap dalam sekejap. Seperti yang dialami aktor dengan bayaran termahal di Korea Selatan yaitu Kim Soo Hyun.Â
Namanya mendadak terseret dalam pusaran kontroversi usai unggahan video berupa tuduhan terhadap Kim Soo Hyun Di channel YouTube "Garosero Research Institute"  dinyatakan ia  pernah menjalin hubungan dengan aktris Kim Sae Ron sejak tahun 2015, saat sang aktris masih berusia 15 tahun.
 Tuduhan ini langsung menggemparkan publik, terlebih karena selisih usia mereka yang cukup jauh dan karena hubungan itu diduga dimulai saat Kim Sae Ron masih di bawah umur. Berita itu dibanjiri komenan keras para netizen bernada tudingan child grooming dan bahkan pedofilia, menjadikan Kim Soo Hyun menjadi sasaran empuk cancel culture.
Situasi semakin memanas ketika publik mengaitkan kontroversi ini dengan masa lalu Kim Sae Ron. Pada 2022, ia sempat terlibat kasus mengemudi dalam keadaan mabuk (drunk under the influence), yang menyebabkan berbagai kerugian dan membuat kariernya menurun drastis. Ia kehilangan banyak kontrak, tenggelam dalam masalah finansial, dan dikabarkan menderita tekanan mental berat akibat tekanan publik. Puncaknya terjadi pada 16 Februari 2025, saat ia ditemukan meninggal dunia akibat bunuh diri.Â
Kepergian tragis ini justru memperkuat badai opini terhadap Kim Soo Hyun, yang oleh sebagian publik dianggap sebagai bagian dari trauma yang membekas pada diri Kim Sae Ron. Netizen juga meyadari bahwa tanggal bunuh diri Kim Sae Ron yang ternyata sama dengan hari kelahiran Kim Soo Hyun sehingga menimbulkan banyak spekulasi.
Meski agensi Kim Soo Hyun telah membantah semua tuduhan dan bahkan menggugat balik pihak penyebar isu, kerusakan citra sudah terlanjur terjadi dan banyak masyarakat yang sudah menerapkan cancel culture tersebut hingga berdampak pada beberapa brand besar dilaporkan menarik kerja sama seperti Prada, Tous Les Jours, Shinhan Bank dan masi banyak lagi. Fenomena ini bukan sekadar "hilangnya iklan", melainkan bukti betapa kuatnya cancel culture di industri hiburan Korea.Â
Dalam hitungan hari, reputasi yang dibangun bertahun-tahun bisa ambruk karena opini kolektif di media sosial. kontroversi ini memecah belah  publik antara yang mendukung dan yang mengecam. Fenomena ini menegaskan kembali kerasnya dunia hiburan Korea Selatan, di mana cancel culture telah menjelma menjadi kekuatan sosial yang sering  mengabaikan asas praduga tak bersalah. Dalam kultur yang menuntut kesempurnaan dari figur publik, satu rumor bisa cukup untuk membalikkan cinta jadi kebencian.
Ketika Opini Publik Menjadi Hakim: Studi Kasus Cancel Culture Terhadap Actor  Kim Soo HyunÂ
Cancel culture merupakan fenomena ketika seseorang atau suatu organisasi, seperti artis atau merek terkenal, mendapat serangan atau penolakan besar-besaran di media sosial akibat tindakan atau ucapan yang dianggap tidak pantas. Fenomena ini biasanya terjadi melalui tekanan sosial secara kolektif, seperti yang dijelaskan oleh P. Norris (2023), dengan tujuan untuk memboikot atau mengucilkan pihak yang dianggap bersalah. Umumnya, cancel culture dipicu oleh tindakan bermasalah di dunia nyata yang kemudian menyebar luas di dunia maya, seperti kasus pelecehan, kekerasan, atau perselingkuhan.
Dampaknya tidak main-main, reputasi bisa hancur, pekerjaan bisa hilang, dan pelaku bisa kehilangan ruang untuk menyuarakan pendapat karena dibanjiri ujaran kebencian dan serangan daring. Tak jarang, cancel culture berubah menjadi ajang menyebar kebencian secara berlebihan.
Contoh terbaru datang dari aktor asal Korea Selatan, Kim Soo Hyun, yang menghadapi gelombang cancel culture dari para penggemarnya setelah muncul tuduhan bahwa ia pernah menjalin hubungan dengan Kim Sae Ron saat masih di bawah umur, dan diduga tidak memberi dukungan ketika Sae Ron mengalami kesulitan sebelum meninggal dunia. Skandal ini membuat nama baiknya tercoreng, sejumlah kontrak kerja dibatalkan, dan popularitasnya merosot tajam.Â