Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Bertandang ke Sumbawa, Kala Mudik Rasa Liburan

2 Juni 2019   22:18 Diperbarui: 2 Juni 2019   22:38 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi Maria Sharapova, Sumbawa adalah tempat dimana ia jatuh cinta akan keindahan. Bagi Napoleon Bonaparte, Sumbawa adalah alasan ia kalah telak oleh dalam pertempuran Waterloo (1816) karena letusan gunung Tambora. Bagi para investor, Sumbawa adalah ladang subur yang siap ditanami investasi karena sangking kayanya sumber daya alam yang terkandung. Dan bagi diri pribadi, Sumbawa lebih dari itu semua, Sumbawa adalah tempat berpulang serta tempat dimana mimpi awalnya dirangkai, dan dengan bangganya, saya menyebutnya dengan rumah.

Sekalipun sudah merantau semejak tahun 2010 ke ibukota (Jakarta), rindu akan pulang ke Pulau Sumbawa selalu mendominasi pikiran. Rindu akan hangatnya kampung halaman, rindu akan pantai-pantainya, dan rindu akan keindahan dari pulau-pulau yang berada disekitarnya. Oleh karenanya, setiap tahun, paling tidak, moment kembali pulang bisa 2 kali dilangsungkan. Pertama, saat ada libur panjang menyapa. Kedua, saat mudik lebaran.

Melalui kedua moment tersebut. Tetap saja, moment mudiklah yang paling dinanti. Kenapa? Karena disitulah teman-teman sepermainan yang berada sama-sama di rantauan, memilih untuk pulang ke kampung halaman. Otomatis, waktu-waktu berkualitas bersama teman, sahabat dan keluarga akan tersita banyak dalam balutan kebersamaan.

Meski Lebaran kali ini sedikit dinodai dengan tiket pesawat yang tak kunjung turun serta terbatasnya barang bawaan (karena bagasi berbayar), tapi, itu bukannya sebuah masalah besar. Semahal apapun tiket, yang jelas, akan lebih mahal, jika ditahun ini tak dapat berkumpul bersama-sama keluarga.

Bagi mereka yang masih menganggap mudik ke Sumbawa itu mahal. Satu hal yang pasti, seperti yang diungkap oleh William James (filsuf), "mengetahui sesuatu tidak sama dengan mengalaminya sendiri." Karena mereka tak tahu bagaimana sensasi, pengalaman, kesukacitaan, dan euphoria, yang dirasakan kala memasuki Poto Tano (Lawang Desa) atau yang dikenal sebagai gerbang memasuki Pulau Sumbawa.

Mendarat di bandara brang biji sumbawa/ dethazyo
Mendarat di bandara brang biji sumbawa/ dethazyo
Prihal perjalanan mudik diri pribadi menggunakan pesawat terbang dari Jakarta -- Sumbawa, seperti biasa, tak terlalu sibuk. Paling hanya saat penerbangan menuju Lombok saja yang padat, karena statusnya sebagai tempat wisata Prioritas aka Bali Baru (istilah Kementerian asal trending, ehh maksudnya Kemenpar). Selebihnya, saat dari Lombok menuju Sumbawa, kepadatan nyaris tak ada.

suatu tempat di sumbawa/ rifqy equal
suatu tempat di sumbawa/ rifqy equal
vihara dekat sumbawa besar/ rifqy equals
vihara dekat sumbawa besar/ rifqy equals
Betapa tidak, biasanya orang-orang lebih suka mudik dari Lombok -- Sumbawa lewat lajur darat. Alasannya sederhana, karena sesekali dapat cuci mata melewati puluhan bibir pantai, berjumpa hewan-hewan yang menyebrangi jalan, serta menikmati pacuan adrenalin sembari gas poll Jalanan yang sepi, mulus nan berkelok-kelok. sehingga keinginan untuk mengulang lagi dan lagi di tahun berikutnya tetap lestari dalam jiwa Tau Samawa (orang Sumbawa).

Mudik Rasa Liburan

Air Terjun Tiu Kalela/ dethazyo
Air Terjun Tiu Kalela/ dethazyo
Jikalau Sumbawa dapat membuat Maria Sharapova jatuh cinta akan keindahannya, maka sudah pasti, Sumbawa mampu membuat kita jatuh cinta berkali-kali oleh keindahan, kedamaian, serta kehangatan orang-orang yang berdiam didalamnya.

Sekalipun Pulau Sumbawa tak setenar Pulau Lombok di mata khalayak luas, bagi kami, tentu tak mengapa. Setidaknya, Sumbawa tetaplah tenang dan nyaman ditinggali tanpa terusik oleh arus gilanya ekploitasi (belakangan ini) akan keindahan alam, yang sering kali hanya mengeruk keuntungan tanpa tahu bagaimana akan menjaganya tetap lestari.

dipuncak pulau kenawa/ dethazyo
dipuncak pulau kenawa/ dethazyo
barisan rumah di desa labuan bajo (utan sumbawa)/ dethazyo
barisan rumah di desa labuan bajo (utan sumbawa)/ dethazyo
bawah laut pulau bedil/ dethazyo
bawah laut pulau bedil/ dethazyo
Kalau Lombok memiliki Gunung Rinjani (3.726 mdpl) sebagai ikon, maka Sumbawa pun memiliki Gunung Tambora (2.850 mdpl) yang sempat membuat heboh seisi dunia karena letusannya. Jika Lombok memiliki gili Tramena (Trawangan, Meno, Air), maka Sumbawa memiliki Pulau Moyo, Satonda, Kenawa yang menjadi langganan wisatawan (bahkan pesohor) dunia. Jika Lombok memiliki Tenun Ikat, maka Sumbawa pun memiliki Tenun yang bernama "kere alang" sebagai kebanggaan. Dan kalau disadari, keduanya, layaknya saudara kembar yang sama-sama ingin menang, serta lahir dari Rahim bernama Nusa Tenggara Barat (NTB).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun