Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berada di Puncak Kelimutu

4 April 2016   14:54 Diperbarui: 4 April 2016   15:15 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="salah seorang wisatawan di kelimutu/ detha & sofyan"]

[/caption]Siapa yang tak kenal Kelimutu? Selama KTP masih tertulis Indonesia sebagai negeranya tentu Kelimutu menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia sekalipun berada di timur Indonesia, Flores. Pada saat perjalanan menuju Kelimutu, ditengah-tengah perjalanan , Guide kami, pak Gusti menyuruh driver berhenti di tikungan dengan menujuk batu besar, kemudian menjelaskan bahwa Kelimutu juga memiliki misteri dibalik keindahannya.

Batu besar tersebut diatasnya terdapat beragam sesajen berupa hati ayam, nasi putih, sirih, kapur sirih dan arak (tuak). Ternyata disitu biasanya diadakan tradisi oleh masyarakat setempat bernama Patika, dimana setiap awal dan akhir tahun mereka berbagi rejeki atau semacam persembahan yang diperuntukkan untuk sang panjaga pintu kelimutu. Konde Ratu, itulah yang masyarakat setempat percaya sebagai pelindung sekaligus pengadil atau hakim.

Konde ratu dipercaya sebagai pengadil bukan tanpa alasan, karena dalam kepercayaan masyarakat Ende Lio, Konde ratu dianggap yang paling adil dalam menentukkan roh-roh atau jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal ditempatkan di danau masing-masing sesuai perbuatan selama masih hidup.

Kami pun semakin penasaran dan melemparkan pertanyaan kepada guide kami, sementara di danau tersebut memiliki 3 warna yang seperti kita ketahui berwarna hijau tua, Hijau muda, dan berwarna coklat tua. Lalu jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal di tempatkan dimana dan kriterianya seperti apa?

Guide kami pun memberikan jawaban. Danau yang berwarna coklat tua diperuntukkan bagi orang yang memiliki dosa terberat semasa hidupnya, kalau yang light green atau hijau muda untuk orang yang tak memiliki banyak dosa. Serta yang berwarna hijau tua dipersembahkan untuk roh-roh yang semasa hidupnya dosa dan kebaikkannya hampir sama dengan kata lain seimbang.

Wah perjalanan kami seakan penuh dengan misteri, tapi bagus juga untuk refleksi bahwa surga dan neraka itu ada. Karena sejatinya kita diciptakan sebagai manusia tak ada yang abadi. Seperti kutipan arab yang masih dipegang sebagai pedoman hidup. Man jadda wajadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka hasil yang akan didapat akan baik, namun sebaliknya, bila didunia banyak kesalahan maka akan hukuman nanti setelah ia meninggal.


[caption caption="monyet di kelimutu/ detha & sofyan"]

[/caption]Dalam pandangan pribadi, kepercayaan masyarakat local ini antara bisa dipercaya atau tidak. Tetapi ketika bertanya siapa sebenarnya penjaga Kelimutu, ya kita-kita ini, cukup dengan jangan membuang sampah sembarangan bisa diamini sebagai langkah bijak mengunjungi tempat tersebut. Apalagi kita sebagai orang Indonesia yang notabene suka buang sampah sembarangan. Maka kebiasaan ini harus dapat diubah secepatnya bukan secara perlahan.

[caption caption="bersantai sejenak/ dethazyo"]

[/caption]Jadi pada saat mencapai puncak Kelimutu, melihat 3 danau secara langsung itu ibarat melihat diri sendiri, dimana nanti jiwa kita akan ditempatkan, surga atau nereka? Namun monyet-monyet Kelimutu memudarkan pemikiran tersebut sangking lucunya. Semoga secepatnya bisa mengunjungi Kelimutu kembali bersama belahan jiwa. Aminnn..

@dethazyo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun