Mohon tunggu...
Desyta L Wangkai
Desyta L Wangkai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Desyta Lisanthy wangkai saya lahir di pulau sangihe 27 Desember 2003,umur saya sekarang 19 tahun hobi saya adalah bermain bulu tangkis. Selain itu saya juga suka mendengarkan musik. Makanan favorit saya adalah mie bakso.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lingkungan Pembelajaran Abad 21

15 September 2023   13:08 Diperbarui: 15 September 2023   13:12 3107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. LINGKUNGAN PEMBELAJARAN ABAD 21

Apa yang dimaksud dengan lingkungan belajar abad ke-21?  Para ilmuwan secara konsisten berinovasi dan menciptakan teknologi dan peralatan canggih untuk meningkatkan produktivitas manusia. Patut dicatat bahwa teknologi berkembang pesat di abad ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika penggunaan teknologi sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Evolusi teknologi berdampak pada berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan.

Fakta Menarik Tentang pembelajaran Abad 21

Lingkungan belajar abad ke-21 mengintegrasikan literasi, penguasaan teknologi, wawasan, keterampilan, dan perilaku ke dalam satu tema yang kohesif.

Agar peserta didik dapat berhasil, mereka harus memiliki kompetensi yang kuat dalam ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi yang mahir, di samping moral yang kuat. Berikut adalah beberapa fakta penting yang perlu dipahami tentang pembelajaran abad ke-2.

B. KARATERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21


1.Memanfaatkan kompetensi abad ke-21 untuk mengatasi masalah-masalah global.

2.Menumbuhkan kerja sama dalam pembelajaran dalam konteks pembelajaran dan profesional.

3.Menunjukkan keterbukaan pikiran dan rasa hormat ketika terlibat dalam masyarakat.

4. Memupuk pentingnya integritas di tengah latar belakang nasional dan budaya yang beragam sebagai sarana untuk mempromosikan keragaman di tingkat global.

5. Menekankan pendidikan yang berpusat pada siswa.

Dua model tersebut adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Berbasis Proyek (PrBL).

Pada abad ini, model pembelajaran dikembangkan untuk meningkatkan potensi siswa dalam menghadapi tantangan saat ini.

Model pembelajaran berbasis masalah mengamanatkan siswa untuk lebih aktif dalam memecahkan tantangan atau masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Masalah yang disajikan berkaitan erat dengan gaya hidup abad ke-21.

1. Model pembelajaran problem based learning

Menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam memecahkan hambatan atau masalah melalui metode-metode ilmiah. Masalah yang diangkat adalah masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan di abad 21.

2. Model Project Based Learning

Pendekatan pembelajaran berbasis proyek mengutamakan kemampuan mahasiswa dalam memecahkan masalah melalui penciptaan karya. Pembelajaran ini terjadi secara kolaboratif dan interaktif.

3. SGD dan RPL.

Selain itu, ada dua jenis metode pembelajaran yang umum digunakan di abad ke-21 ini: Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a.Diskusi Kelompok Kecil (SGD)

adalah metode pembelajaran yang melibatkan pembagian siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 hingga 6 anggota. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkomunikasikan pendapat dan bertukar pikiran. Dalam metode ini, guru berperan sebagai fasilitator dan pemandu jalannya diskusi.

b. RPL: Role Play and Simulation Learning

adalah pendekatan instruksional yang melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui permainan peran dan akting. Role Play and Simulation Learning adalah pendekatan instruksional yang melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui permainan peran dan akting.Pembelajaran Bermain Peran dan Simulasi adalah pendekatan instruksional yang melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui permainan peran dan akting. Strategi pedagogis ini mendorong siswa untuk menggunakan teknologi yang tersedia.

Bentuk dan teknik pembelajaran modern harus dimasukkan ke dalam lingkungan belajar, baik di sekolah maupun di rumah, untuk memastikan sumber daya manusia di Indonesia menjadi luar biasa dan kompetitif. (DLA).

C. LINGKUNGAN PEMBELAJARAN MASA DEPAN

a.Definisi Lingkungan dan Lingkungan Belajar Abad 21.

 Sebelum membahas lebih jauh mengenai lingkungan belajar Abad 21, penting untuk memberikan definisi yang jelas dan obyektif mengenai lingkungan dan lingkungan belajar. Secara umum, lingkungan sering disebut sebagai ruang fisik atau lokasi, seperti ruang kelas, sekolah, atau perpustakaan, di mana pembelajaran terjadi. Namun, definisi lingkungan belajar telah berkembang untuk mencakup makna yang lebih komprehensif dan bernuansa di dunia saat ini. Warger, Serve, dan Dobbin (2009) mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi atau keadaan yang mengelilingi seseorang atau entitas. Definisi lingkungan dapat mencakup ruang fisik atau ruang digital, karena dunia saat ini saling terhubung dan bergantung pada teknologi. Dengan demikian, lingkungan belajar dapat bersifat virtual,online, atau jarak jauh, menurut Partnership for 21st Century Skills. Intinya, lingkungan belajar tidak hanya terbatas pada ruang atau lokasi fisik. Aspek penting dari kerangka kerja ini mencakup pengembangan hubungan antar manusia yang positif. Lingkungan belajar mencakup beragam elemen yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sebaliknya, hal ini berkaitan dengan kerangka kerja yang memfasilitasi kondisi belajar yang optimal sambil memenuhi kebutuhan khusus dari setiap siswa. Lingkungan belajar mencakup beragam elemen yang mempengaruhi proses pembelajaran. Pada dasarnya, hal ini memerlukan sistem pendukung yang menumbuhkan pengalaman belajar yang ideal. Sementara itu, Warger, Serve, dan Dobbin (2009) berpendapat bahwa lingkungan belajar terdiri dari peristiwa yang disengaja dan tidak disengaja, serta peristiwa yang direncanakan dan tidak direncanakan. Dalam konteks ini, metode pengajaran tradisional yang diterapkan di ruang kelas fisik dapat mendukung dinamika ini sampai batas tertentu. Di satu sisi, siswa dapat diberi tugas yang menunjukkan penguasaan mereka terhadap materi ajar. Di sisi lain, mereka juga dapat menunjukkan imajinasi dan kreativitas mereka. Saat ini, siswa memiliki akses ke sejumlah besar informasi dengan mediasi minimal dan dimensi sosial yang substansial, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran untuk pengembangan yang lebih komprehensif. Sesuai dengan penelitian Warger, Serve, dan Dobbin (2009), beberapa kemajuan ini telah divalidasi oleh studi fakultas akademik, sementara yang lain mencerminkan perubahan lingkungan yang disebabkan oleh teknologi. Warger, Serve, dan Dobbin (2009) menyatakan bahwa konsep lingkungan belajar memerlukan keterlibatan yang luas dari berbagai pemangku kepentingan, seperti administrator di berbagai tingkat dan fungsi, fakultas, pakar, pustakawan, personil teknologi informasi (TI), perancang pembelajaran, ahli teori pembelajaran, dan peneliti. Oleh karena itu, istilah lingkungan belajar menyiratkan berbagai agen, faktor, dan interaksi sistem. Dalam konteks pendidikan abad ke-21, Kemitraan untuk Keterampilan Abad ke-21 berpendapat bahwa lingkungan belajar yang mendukung abad ini harus dirancang untuk menyediakan kondisi belajar yang paling kondusif bagi orang-orang. Dengan kata lain, lingkungan seperti itu harus menyediakan sistem yang dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa dan secara bersamaan memupuk hubungan interpersonal yang positif yang penting untuk keberhasilan pembelajaran. Kemitraan untuk Keterampilan Abad ke-21 juga menyarankan bahwa lingkungan belajar mencakup struktur fisik, alat, dan komunitas yang memfasilitasi pengalaman belajar.

Praktik pembelajaran harus dilaksanakan untuk memberikan dukungan manusia yang diperlukan dan menciptakan lingkungan fisik yang kondusif yang akan memungkinkan pengajaran dan pembelajaran yang efektif, yang pada akhirnya menghasilkan pengembangan keterampilan Abad ke-21.     Komunitas pembelajaran profesional yang memungkinkan para pendidik untuk berkolaborasi, berbagi praktik terbaik, dan mengintegrasikannya ke dalam kelas pembelajaran Abad 21 juga harus didukung. Siswa harus dimungkinkan untuk belajar dalam konteks yang nyata dan relevan, dan akses yang adil terhadap peralatan, teknologi, dan sumber daya pembelajaran yang berkualitas harus dipastikan. Menyediakan desain arsitektur dan interior yang mengakomodasi pembelajaran kelompok, tim, dan individu.  Selain itu, dukunglah berbagai peluang keterlibatan global untuk pembelajaran online dan tatap muka. Lingkungan seperti ini mendorong pembelajaran yang dipersonalisasi berdasarkan gaya dan lokasi yang disukai, sehingga memungkinkan peserta didik untuk mengakses dan menerima pendidikan kapan saja dan di mana saja. Dengan kata lain, hal ini memberikan apa yang dibutuhkan, yaitu kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya dan preferensi masing-masing siswa. Selain itu, prinsip utama dalam pengembangan sistem pembelajaran Abad ke-21 adalah desain pembelajaran yang dapat disesuaikan. Tidak ada yang bisa memprediksi secara akurat perkembangan teknologi pendidikan dan metode pembelajaran di masa depan.  Namun, sangat penting bagi ruang belajar untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan datang. Untuk mencapai fleksibilitas dalam sistem pendidikan konvensional, ruang kelas dan studio pembelajaran dirancang dengan dinding dan furnitur yang dapat dipindahkan, yang dapat dengan mudah dikonfigurasi ulang untuk memenuhi berbagai kebutuhan mata pelajaran dan ukuran kelas yang berbeda. Bangunan sekolah harus berusaha untuk mempromosikan keingintahuan intelektual dan mendorong interaksi sosial. Demikian pula, organisasi harus memprioritaskan untuk berbagi praktik-praktik yang baik dan pendekatan inovatif di sekolah melalui program pengakuan dan penghargaan. Kemitraan untuk Keterampilan Abad 21 menekankan pentingnya bangunan sekolah yang fleksibel, yang dapat mengakomodasi hubungan antar manusia yang sangat penting bagi keberhasilan pembelajaran.

D. 6C KEMAHIRAN PADA ANAK-ANAK DALAM PEMBELAJARAN

Melatih anak-anak dengan keterampilan yang memungkinkan mereka menjadi individu yang sukses dan bertanggung jawab di masa depan merupakan tanggung jawab penting bagi orang tua dan guru. Keterampilan-keterampilan ini, yang dikenal sebagai 6C (Berpikir Kritis, Kolaborasi, Berpikir Kreatif, Pendidikan Karakter, Kewarganegaraan, dan Komunikasi), harus diajarkan kepada anak-anak melalui proses Pembelajaran dan Pemahaman (PdPc). Dengan memiliki keterampilan ini, anak-anak akan memiliki dasar yang kuat untuk berhasil dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.

Keterampilan-keterampilan ini, yang dikenal sebagai 6C (Berpikir Kritis, Kolaborasi, Berpikir Kreatif, Pendidikan Karakter, Kewarganegaraan, dan Komunikasi), harus diajarkan kepada anak-anak melalui proses Pembelajaran dan Pemahaman (PdPc). Artikel ini akan menguraikan proses pembelajaran yang ditanamkan kepada anak oleh orang tua dan guru.

1. Berpikir kritis (critical thinking)

Berpikir kritis adalah pendekatan pemecahan masalah yang memberdayakan individu untuk bernalar secara logis dan tenang dalam lingkungan yang beragam. Oleh karena itu, sangat penting bagi manusia untuk mengembangkan keterampilan ini agar dapat mengambil keputusan yang efektif. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada anak-anak meliputi mengajarkan mereka untuk memahami bahan bacaan, meningkatkan kemampuan analisis, dan mengembangkan keterampilan observasi. Selain itu, mendorong rasa ingin tahu anak terhadap berbagai kegiatan konstruktif dapat meningkatkan proses berpikir mereka.Hal hal yang membutuhkan Critical Thinking:

-Mengidentifikasi isu atau masalah.,

-Menentukan informasi mana yang relevan dan tidak relevan dengan masalah

-Menyelesaikan masalah yang dihadapi.

2. Berpikir kreatif (Creative Thinking )

adalah proses di mana individu bekerja sama untuk mencapai hasil yang telah ditentukan, sekaligus membangun kepercayaan di antara para ahli yang terlibat. Hal ini penting karena memungkinkan individu untuk memperoleh informasi baru dan membentuk hubungan yang dapat menghasilkan pengetahuan yang berguna dan meningkatkan keterampilan sosial, sehingga meningkatkan kepercayaan diri di lingkungan publik. Kolaborasi bertujuan untuk meningkatkan komunikasi di antara individu untuk mencapai hasil yang lebih baik Creative Thinking adalah pemikiran seseorang untuk menciptakan ide baru, asli, luar biasa, dan ada nilainya. Hal ini akan membantu anak-anak dalam menciptakan sesuatu hal dari pemikirannya. Hal ini bisa diliat saat anak-anak yang hanya melihat sesuatu, bisa memikirkan atau membuat hal lain yang mungkin lebih baik dan luar biasa berdasarkan ide yang mereka pikirkan. Selain itu, ketika ada perbedaan pendapat, Creative Thinking merupakan solusi yang baik jika digabungkan dengan pemikiran problem solving.

3. Karakter (Character)

Karakter merupakan bagian penting bagi anak karena merupakan pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip moral dan integritas. Hal ini juga akan memberikan identitas diri pada anak sehingga ia memiliki keistimewaan tersendiri dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dari perasaan yang anak rasakan.

4. Kewarganegaraan (Citizenship)

Kewarganegaraan harus ditanamkan pada anak-anak untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan identitas nasional yang kuat. Sikap ini akan membuat anak mampu menghargai dan membela negaranya, serta menghormati sesama warga negara.

5. Komunikasi (Communication)

Komunikasi yang efektif sangat penting bagi anak-anak untuk bertukar informasi, pendapat, dan berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan komunikasi memungkinkan anak untuk memahami dan menyampaikan pesan secara akurat, menjalin hubungan dengan anak atau individu lain, dan memahami pesan dengan lebih baik.

6. Kolaborasi (collaboration)

Collaboration adalah proses yang kerja sama oleh individu dengan individu untuk mencapai hasil yang sudah ditentukan bersama, serta membangun kepercayaan satu sama lain antar individu ahli-ahli yang terlibat. Selain itu Collaboration sangat penting agar individu lain bisa mendapatkan informasi baru dan mengenal orang lain agar mendapatkan ilmu ilmu baru yang bisa bermanfaat baginya serta membangun skill sosial, sehingga membuatnya lebih percaya diri di umum. Dalam artian Collaboration berfokus pada peningkatan komunikasi antar individu dalam meningkatkan hasil yang ingin dicapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun