Mohon tunggu...
Desyta L Wangkai
Desyta L Wangkai Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Desyta Lisanthy wangkai saya lahir di pulau sangihe 27 Desember 2003,umur saya sekarang 19 tahun hobi saya adalah bermain bulu tangkis. Selain itu saya juga suka mendengarkan musik. Makanan favorit saya adalah mie bakso.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lingkungan Pembelajaran Abad 21

15 September 2023   13:08 Diperbarui: 15 September 2023   13:12 3019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

b. RPL: Role Play and Simulation Learning

adalah pendekatan instruksional yang melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui permainan peran dan akting. Role Play and Simulation Learning adalah pendekatan instruksional yang melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui permainan peran dan akting.Pembelajaran Bermain Peran dan Simulasi adalah pendekatan instruksional yang melibatkan siswa dalam menyampaikan materi melalui permainan peran dan akting. Strategi pedagogis ini mendorong siswa untuk menggunakan teknologi yang tersedia.

Bentuk dan teknik pembelajaran modern harus dimasukkan ke dalam lingkungan belajar, baik di sekolah maupun di rumah, untuk memastikan sumber daya manusia di Indonesia menjadi luar biasa dan kompetitif. (DLA).

C. LINGKUNGAN PEMBELAJARAN MASA DEPAN

a.Definisi Lingkungan dan Lingkungan Belajar Abad 21.

 Sebelum membahas lebih jauh mengenai lingkungan belajar Abad 21, penting untuk memberikan definisi yang jelas dan obyektif mengenai lingkungan dan lingkungan belajar. Secara umum, lingkungan sering disebut sebagai ruang fisik atau lokasi, seperti ruang kelas, sekolah, atau perpustakaan, di mana pembelajaran terjadi. Namun, definisi lingkungan belajar telah berkembang untuk mencakup makna yang lebih komprehensif dan bernuansa di dunia saat ini. Warger, Serve, dan Dobbin (2009) mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi atau keadaan yang mengelilingi seseorang atau entitas. Definisi lingkungan dapat mencakup ruang fisik atau ruang digital, karena dunia saat ini saling terhubung dan bergantung pada teknologi. Dengan demikian, lingkungan belajar dapat bersifat virtual,online, atau jarak jauh, menurut Partnership for 21st Century Skills. Intinya, lingkungan belajar tidak hanya terbatas pada ruang atau lokasi fisik. Aspek penting dari kerangka kerja ini mencakup pengembangan hubungan antar manusia yang positif. Lingkungan belajar mencakup beragam elemen yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sebaliknya, hal ini berkaitan dengan kerangka kerja yang memfasilitasi kondisi belajar yang optimal sambil memenuhi kebutuhan khusus dari setiap siswa. Lingkungan belajar mencakup beragam elemen yang mempengaruhi proses pembelajaran. Pada dasarnya, hal ini memerlukan sistem pendukung yang menumbuhkan pengalaman belajar yang ideal. Sementara itu, Warger, Serve, dan Dobbin (2009) berpendapat bahwa lingkungan belajar terdiri dari peristiwa yang disengaja dan tidak disengaja, serta peristiwa yang direncanakan dan tidak direncanakan. Dalam konteks ini, metode pengajaran tradisional yang diterapkan di ruang kelas fisik dapat mendukung dinamika ini sampai batas tertentu. Di satu sisi, siswa dapat diberi tugas yang menunjukkan penguasaan mereka terhadap materi ajar. Di sisi lain, mereka juga dapat menunjukkan imajinasi dan kreativitas mereka. Saat ini, siswa memiliki akses ke sejumlah besar informasi dengan mediasi minimal dan dimensi sosial yang substansial, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran untuk pengembangan yang lebih komprehensif. Sesuai dengan penelitian Warger, Serve, dan Dobbin (2009), beberapa kemajuan ini telah divalidasi oleh studi fakultas akademik, sementara yang lain mencerminkan perubahan lingkungan yang disebabkan oleh teknologi. Warger, Serve, dan Dobbin (2009) menyatakan bahwa konsep lingkungan belajar memerlukan keterlibatan yang luas dari berbagai pemangku kepentingan, seperti administrator di berbagai tingkat dan fungsi, fakultas, pakar, pustakawan, personil teknologi informasi (TI), perancang pembelajaran, ahli teori pembelajaran, dan peneliti. Oleh karena itu, istilah lingkungan belajar menyiratkan berbagai agen, faktor, dan interaksi sistem. Dalam konteks pendidikan abad ke-21, Kemitraan untuk Keterampilan Abad ke-21 berpendapat bahwa lingkungan belajar yang mendukung abad ini harus dirancang untuk menyediakan kondisi belajar yang paling kondusif bagi orang-orang. Dengan kata lain, lingkungan seperti itu harus menyediakan sistem yang dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa dan secara bersamaan memupuk hubungan interpersonal yang positif yang penting untuk keberhasilan pembelajaran. Kemitraan untuk Keterampilan Abad ke-21 juga menyarankan bahwa lingkungan belajar mencakup struktur fisik, alat, dan komunitas yang memfasilitasi pengalaman belajar.

Praktik pembelajaran harus dilaksanakan untuk memberikan dukungan manusia yang diperlukan dan menciptakan lingkungan fisik yang kondusif yang akan memungkinkan pengajaran dan pembelajaran yang efektif, yang pada akhirnya menghasilkan pengembangan keterampilan Abad ke-21.     Komunitas pembelajaran profesional yang memungkinkan para pendidik untuk berkolaborasi, berbagi praktik terbaik, dan mengintegrasikannya ke dalam kelas pembelajaran Abad 21 juga harus didukung. Siswa harus dimungkinkan untuk belajar dalam konteks yang nyata dan relevan, dan akses yang adil terhadap peralatan, teknologi, dan sumber daya pembelajaran yang berkualitas harus dipastikan. Menyediakan desain arsitektur dan interior yang mengakomodasi pembelajaran kelompok, tim, dan individu.  Selain itu, dukunglah berbagai peluang keterlibatan global untuk pembelajaran online dan tatap muka. Lingkungan seperti ini mendorong pembelajaran yang dipersonalisasi berdasarkan gaya dan lokasi yang disukai, sehingga memungkinkan peserta didik untuk mengakses dan menerima pendidikan kapan saja dan di mana saja. Dengan kata lain, hal ini memberikan apa yang dibutuhkan, yaitu kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya dan preferensi masing-masing siswa. Selain itu, prinsip utama dalam pengembangan sistem pembelajaran Abad ke-21 adalah desain pembelajaran yang dapat disesuaikan. Tidak ada yang bisa memprediksi secara akurat perkembangan teknologi pendidikan dan metode pembelajaran di masa depan.  Namun, sangat penting bagi ruang belajar untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang akan datang. Untuk mencapai fleksibilitas dalam sistem pendidikan konvensional, ruang kelas dan studio pembelajaran dirancang dengan dinding dan furnitur yang dapat dipindahkan, yang dapat dengan mudah dikonfigurasi ulang untuk memenuhi berbagai kebutuhan mata pelajaran dan ukuran kelas yang berbeda. Bangunan sekolah harus berusaha untuk mempromosikan keingintahuan intelektual dan mendorong interaksi sosial. Demikian pula, organisasi harus memprioritaskan untuk berbagi praktik-praktik yang baik dan pendekatan inovatif di sekolah melalui program pengakuan dan penghargaan. Kemitraan untuk Keterampilan Abad 21 menekankan pentingnya bangunan sekolah yang fleksibel, yang dapat mengakomodasi hubungan antar manusia yang sangat penting bagi keberhasilan pembelajaran.

D. 6C KEMAHIRAN PADA ANAK-ANAK DALAM PEMBELAJARAN

Melatih anak-anak dengan keterampilan yang memungkinkan mereka menjadi individu yang sukses dan bertanggung jawab di masa depan merupakan tanggung jawab penting bagi orang tua dan guru. Keterampilan-keterampilan ini, yang dikenal sebagai 6C (Berpikir Kritis, Kolaborasi, Berpikir Kreatif, Pendidikan Karakter, Kewarganegaraan, dan Komunikasi), harus diajarkan kepada anak-anak melalui proses Pembelajaran dan Pemahaman (PdPc). Dengan memiliki keterampilan ini, anak-anak akan memiliki dasar yang kuat untuk berhasil dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.

Keterampilan-keterampilan ini, yang dikenal sebagai 6C (Berpikir Kritis, Kolaborasi, Berpikir Kreatif, Pendidikan Karakter, Kewarganegaraan, dan Komunikasi), harus diajarkan kepada anak-anak melalui proses Pembelajaran dan Pemahaman (PdPc). Artikel ini akan menguraikan proses pembelajaran yang ditanamkan kepada anak oleh orang tua dan guru.

1. Berpikir kritis (critical thinking)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun