"Hai...sedang apa kamu disini?" suara yang akrab itu menganggetkan Ayu yang sedari tadi melamun memandangi bintang. Â Mendadak jantungnya berdegub kencang sekali karena itu suara Kak Piko, kakak Pembina Pramuka yang memang mencuri hatinya.
"Ee..anu..ehm...nggak apa-apa kak. Â Aku cuma sedang melihat bintang saja," sahut Ayu gugup nggak ketulungan.
"Wkwkwk...kamu itu gugup atau kedinginan sih? Â Kok jawabnya panik banget? Â Oiya, namamu Ayu khan, dari SMA 1," suara Piko sambil mengulurkan tangannya.
"Iya..kak, khan kakak suka datang ke sekolah mengajar Pramuka untuk Saka Wana Bakti," sahut Ayu sambil membalas uluran tangan kakak pembinanya.
"Wow...tanganmu dingin sekali Ayu," suara Piko yang disambut reaksi Ayu dengan segera menarik tangannya dan menyembunyikan didalam lengan jaketnya.
Malam itu memang dingin sekali di perkemahan.  Mungkin karena habis hujan.  Tetapi dinginya tangan Ayu pasti bukan semata karena hujan.  Piko, kakak Pembina Pramuka pasti jadi sebabnya.  Apalagi kemudian Piko memutuskan  duduk di sebelah Ayu.
"Aku temani kamu disini yah. Â Aku juga suka memandang bintang. Â Mereka itu seperti bidadari yang menari di langit sana. Â Oiya, setelah SMA kamu mau melanjutkan kemana Yu? Â Sebentar lagi khan kamu kelas XII," suara Piko mencoba membangun percakapan.
Sejak saat itu hubungan Ayu dan Piko lumayan dekat. Â Piko sendiri guru di sebuah sekolah dasar, dan sekaligus mahasiswa S2. Â Sesekali memang datang mengajar Pramuka di sekolah Ayu. Â Disitulah awalnya Ayu merasa ada yang berbeda. Â Tetapi semua disimpannya rapat karena malu. Â Mana mau Kak Piko nanggapin cinta anak SMA pikir Ayu.
Tetapi rupanya malam bertabur bintang di perkemahan mengubah segalanya. Â Sejak malam itu setiap selesai latihan Pramuka, Kak Piko selalu menawarkan diri mengantar Ayu pulang karena rumahnya memang searah.
"Ayu, kakak tunggu kamu di depan yah. Â Oiya, nanti kamu aku traktir bakso dulu boleh khan? Â Aku lagi dapat rejeki, " bisik Piko selesai latihan hari Sabtu itu.