Mohon tunggu...
Destyan
Destyan Mohon Tunggu... Wartawan -

Individu yang 'banting stir' dan kemudian dihadapkan pada fakta bahwa stir tersebut ternyata 'patah'. Lantas berimprovisasi dengan pedoman "As long as the wheels still moving forward, then it still count as a go..." Bisa dilacak keberadaannya di http://bit.ly/1mTP9I5

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Teror Santoso vs Teror "Zaman", Ngeri Mana?

13 Mei 2016   08:55 Diperbarui: 13 Mei 2016   09:15 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: suara.com

Faktornya tentu beraneka ragam, mulai dari kondisi geografis, sosiologis, salah pergaulan, edukasi rendah hingga kegagalan seorang pribadi dalam mengaktualisasikan diri.

Latar belakang dan kondisi ekonomi lantas kerap jadi kambing hitam.

Uniknya, entah kenapa, dari kondisi yang sama, selalu ada individu-individu lain yang muncul ke permukaan dan melahirkan tepuk tangan.

Alih-alih sibuk “neror”, individu-individu tersebut bikin kagum lewat ide sederhana yang sangat berguna. Contohnya, dari pedesaan terpencil muncul inovasi tenaga matahari, bensin air, kerajinan tangan, dan lain-lain.

Tentu timbul pertanyaan, dari input kondisi yang relatif sama, kenapa berujung output individu yang sangat berbeda?

Lagi-lagi, tinjauan skala terkecil, yaitu pribadi individu masing-masing menjadi yang paling menarik untuk ditelaah.

Manusia tentu bersifat kualitatif sehingga tak ada rumus pastinya untuk dipukul rata secara kuantitatif.

Bagi beberapa orang, kesempatan menggeber sepeda motor di jalan raya mungkin jadi level aktualisasi tertingginya. Lewat pecicilan, dirinya berharap jadi pusat perhatian. Sedangkan bagi individu lainnya, sejuta apresiasi atas karya nyatanya bisa jadi tak lantas membuat jemawa.

Iman adalah kewajiban insan beragama, sedangkan pola pikir menjadi hal yang menentukan dalam kehidupan di dunia.

Seseorang yang tersandung hukum, tak jarang disebabkan oleh pola pikir yang pendek. Sebaliknya, pola pikir panjang kerap membatalkan niat seseorang untuk berbuat jahat.

Individu yang punya niat mencuri, bukan tak mungkin langsung mengurungkan niatnya kala membayangkan vonis hukum yang akan dijatuhkan kepadanya kala tertangkap. Sedangkan orang yang tak berpikir panjang, hanya sebatas sibuk pada bagaimana melancarkan aksinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun