Mohon tunggu...
Dessy Amalya
Dessy Amalya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

a writer who loves imagining and creating a story

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

It's Ridiculous!

18 Juni 2012   07:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku duduk di atas ayunan. Kupejamkan mataku sejenak. Menjernihkan pikiranku yang kian tak karuan, yang tak aku mengerti mengapa aku bersikap aneh seperti ini, dan yang jelas dan sangat jelas, ini bukan karena aku melihat Adam dan Fay bahagia. Karena saat ini, aku lebih merasa lega dan entah mengapa ikut berbahagia atas kebahagian Adam dan Fay. Aneh, bukan? Ya, memang sangat aneh!

Beberapa saat kemudian aku merasakan ayunan semakin melambat-membuat kepalaku mendongak untuk melihat siapa yang dengan sengaja menghentikannya. Dan... lagi-lagi Joan yang muncul. Mengapa lelaki satu ini selalu saja ada di mana pun aku berada?!

"Mengapa kau tadi malah pergi begitu saja meninggalkanku?" Joan duduk di sebelahku.

"Tidak apa-apa, hanya ingin menjauh dari keramaian saja," jawabku sekenanya.

Joan mengernyitkan dahinya. "Bukan karena kau cemburu melihat Adam dengan Fay, bukan?" matanya menyipit penuh arti.

Aku membelalak. "Tentu saja tidak! Aku sudah tidak memikirkan hal itu lagi asal kau tahu!"


Joan mengangguk mengerti-memang sepertinya ia sudah mengerti dengan jawabanku. "Well... baguslah kalau begitu."

"Bagus?"

"Ah, bukan apa-apa...," Joan bangkit, tangannya diulurkan ke arahku, "Aku suka lagu ini, mau berdansa denganku?" ajaknya.

Kuperhatikan wajahnya dan telapak tangannya yang terbuka secara bergantian. Aku menghela napas sejenak, dan aku mengiyakan ajakannya.

Kuletakkan tangan kananku di atas bahunya, sedangkan Joan meletakkan tangan kirinya ke pinggulku. Tangan kiriku dan tangan kanannya menyatu di udara. Joan menggenggam tanganku dengan lembut, selembut tatapannya yang kini menatapku begitu dalam dan penuh arti. Lagi-lagi aku tidak mengerti maksud tatapan matanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun