Tatapan macam apa ini? batinku.
Joan tersenyum... kalau kulihat-lihat... Joan terlihat tampan dengan senyumnya yang sepertti itu. Yah, memang sih kuakui kalau Joan sudah tampan sejak dulu. Tapi, entah mengapa, melihat ia tersenyum lembut seperti itu... oh! Mengapa senyumnya itu membuat hatiku rasanya meluluh tak karuan seperti ini?
Astaga... kurasa, aku memang sudah gila! Aku menggeleng kecil, menghilangkan segala tentang senyumnya itu yang terlintas di otakku saat ini.
"Ada apa, Adina?" tanyanya.
"Ah? Tidak ada apa-apa," jawabku sembari tersenyum. Kuselaraskan setiap langkah-langkah kakinya.
Seketika, aku merasakan Joan menarik tubuhku agar semakin mendekat, dan benar saja, kini lengan kirinya telah melingkari pinggangku. Tapi, tidak hanya lengan kirinya, lengan kanannya pun ikut melingkar. Dan, lagi-lagi entah mengapa, dengan sendirinya kedua lenganku melingkar di lehernya, dan wajahku menempel di bahunya yang bidang.
Totally perfect!
Bagaimana bisa aku merasa senyaman ini di dalam pelukannya? Dan... mengapa rasanya musik lama sekali mengalun? Entahlah, semoga saja tidak akan pernah berhenti mengalun, yang kuinginkan sekarang ini hanyalah terus berada di dalam pelukan lelaki ini, pelukan yang terasa hangat dan nyaman.
♣♣♣
Ini sudah pukul dua pagi, tapi aku masih belum juga bisa menutup mataku seutuhnya. Astaga, apa yang sebenarnya sudah terjadi padaku? Mengapa begitu banyak perasaan yang tak kumungerti bergulat dengan hebatnya di hatiku akhir-akhir ini? Mengapa perasaanku menjadi aneh seperti ini?
Entahlah.