"Kurang lebih begitu. Berkali-kali Ibu memergoki Ayahmu hendak mencumbu penjual jamu. Ibu benci dengan laki-laki yang tak setia. Matanya penuh dosa. Hatinya mudah tergoda."
"Lantas Ibu menyungkil mata Ayah?"
"Tidak. Ibu hanya meminta tolong Ayahmu untuk mengasah pisau tapi di atas perutnya. Ha...ha...ha..."
Gadis kecil terdiam, mencoba meresapi kata-kata Ibunya. "Jadi yang tak setia harus berakhir di meja makan," gumannya.
"Bu, adakah perempuan yang tak setia?"
"Kau pikir, kau ini anak siapa?"
***
Dengan tubuhnya yang ringkih, gadis kecil berkepang dua menyeret kursi, menaikinya sembari memegang sendok.
"Kompor Ibu terlalu tinggi."
Ia mulai mengaduk-aduk semur bola mata buatannya sendiri. Sementara tubuh Ibu tergeletak tak bermata.