Mohon tunggu...
DesoL
DesoL Mohon Tunggu... Penulis - tukang tidur

▪tidak punya FB/Twitter/IG dan sejenisnya▪

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepertinya, Aku Akan Mati!

21 Juni 2017   17:09 Diperbarui: 21 Juni 2017   23:34 1727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic: womenyoushouldknow.net

Ia menepis tangan, mendorong tubuhku. Kali ini bibir pistolnya menyentuh pelipisku. Sepertinya, aku akan mati!

“Apa pedulimu terhadap pencuri sepertiku! Apa pedulimu terhadap perkaraku! Apa yang bisa kau lakukan untukku!”

Laki-laki itu menjatuhkan pistolnya, memelukku. Tangisnya pecah. Aku membiarkannya mengurai beban pada bahuku. Peluknya semakin erat, menyembunyikan teriak yang hendak ia muntahkan di lorong itu.

Tadi aku meninggalkan kantor pukul sembilan malam. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan sebelum libur panjang. Tak ada yang menjemput. Aku anak rantau, masih lajang pula.

Kosku berada di balik kantor. Untuk menghemat waktu dan jarak, kuputuskan memotong jalan melalui lorong itu. Lorong rumah sakit yang seharusnya tak sesepi ini. Dana pembangunan rumah sakit dikorupsi petingginya. Selebihnya proyek ini mangkrak.

Sebenarnya, aku penakut. Rasa mual mulai menjalar ketika bertemu gelap. Di lorong itu hampir tak ada cahaya. Aku tak bisa membayangkan, bagaimana jika bulan tak sebundar ini. Bisa jadi aku lari sambil kecing di celana, atau berteriak-teriak seperti orang kesurupan, bisa juga kepalaku membentur sesuatu dan aku pingsan.


Tak kudapati suara gagak seperti di cerita-cerita horor yang kubaca. Tak kutemui taring vampir, atau pocong serta hantu-hantu Indonesia lainnya. Kucing pun kurasa enggan menempati bangunan ini. Hanya nyamuk yang berhasil membuatku garuk-garuk sedari tadi.

Aku mempercepat langkah, tak sabar berjumpa jalan raya.

Tiba-tiba tasku terasa berat. Ada yang berusaha menarik. Tentu saja, kupertahankan apa yang memang milikku.

“Berikan tasmu atau kau akan mati!”

Mungkin seperti ini rasanya memiliki kekasih. Di balik kekuatannya, ada kelemahan yang ia hamburkan di atas tubuhku. Laki-laki itu bisa rapuh. Laki-laki itu bisa menangis. Laki-laki itu bisa kalah oleh perkara yang membelit hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun