Mohon tunggu...
Desi Sommaliagustina
Desi Sommaliagustina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Ilmu Hukum Universitas Dharma Andalas, Padang

Sebelum memperbaiki orang lain lebih baik memperbaiki diri kita dahulu |ORCID:0000-0002-2929-9320|ResearcherID: GQA-6551-2022|Garuda ID:869947|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dosen, Jangan Malu Disebut Buruh!

1 Mei 2024   18:00 Diperbarui: 1 Mei 2024   23:56 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dosen (Sumber: Kompas.id)

Di Indonesia, buruh dan dosen sering dilihat sebagai dua kelompok yang berbeda dengan kepentingan yang bertolak belakang. Buruh diasosiasikan dengan pekerjaan kasar dan upah rendah, sedangkan dosen dianggap sebagai kaum intelektual dengan gaji yang lebih tinggi dan status sosial yang lebih prestisius.

Namun, benarkah anggapan tersebut? Pertama, kesamaan baik buruh maupun dosen memiliki peran penting dalam membangun bangsa. Buruh menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat, sedangkan dosen mendidik generasi muda untuk menjadi pemimpin dan pemikir masa depan. Tanpa kedua kelompok ini, kemajuan bangsa akan terhambat. Kedua, perbedaan utama antara buruh dan dosen terletak pada jenis pekerjaannya. Buruh umumnya bekerja secara manual, sedangkan dosen bekerja dengan ide dan gagasan. Selain itu, jam kerja dan gaji mereka pun berbeda. 

Ketiga, kesalahpahaman antara buruh dan dosen sering kali dipicu oleh stereotip dan kurangnya komunikasi. Buruh mungkin merasa bahwa dosen tidak memahami perjuangan mereka, sementara dosen mungkin merasa bahwa buruh tidak menghargai pentingnya pendidikan. Keempat, untuk mengatasi kesalahpahaman ini, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan komunikasi dan kerjasama antara buruh dan dosen. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan forum diskusi dan dialog antara kedua kelompok ini. Selain itu, perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya peran kedua kelompok ini dalam pembangunan bangsa. Kelima, buruh dan dosen adalah dua pilar bangsa yang sama pentingnya. Kesalahpahaman antara kedua kelompok ini harus dihilangkan agar mereka dapat bekerja sama untuk membangun bangsa yang lebih maju.

Hari Buruh 

Di tengah hiruk pikuk perbincangan tentang Hari Buruh Internasional pada 1 Mei, muncul wacana yang menarik: apakah dosen termasuk buruh?Sekilas pandang, pertanyaan ini mungkin tampak aneh. Bagaimana mungkin dosen, yang identik dengan intelektual dan pakar di bidangnya, disamakan dengan buruh yang umumnya diasosiasikan dengan pekerjaan manual?

Namun, jika kita telusuri lebih dalam, terdapat kesamaan mendasar antara buruh dan dosen. Keduanya bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai: buruh menghasilkan produk atau jasa, sedangkan dosen menghasilkan ilmu pengetahuan dan mencetak generasi penerus bangsa.

Lebih dari itu, baik buruh maupun dosen sering kali dihadapkan pada kondisi kerja yang kurang ideal. Buruh kerap bergulat dengan upah rendah, jam kerja panjang, dan kondisi kerja yang tidak aman. Dosen pun tak luput dari berbagai tantangan, seperti beban kerja berlebih, minimnya tunjangan, dan birokrasi yang rumit.

Persamaan ini melahirkan pertanyaan: apakah dosen berhak atas hak-hak yang sama dengan buruh, seperti berserikat dan berunding mengenai upah dan kondisi kerja?Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Kanada, dosen memiliki serikat pekerja dan aktif memperjuangkan hak-hak mereka. Di Indonesia, wacana ini masih terbilang baru dan menuai pro dan kontra.

Para pendukung argumen bahwa dosen adalah buruh menitikberatkan pada kesamaan yang disebutkan di atas. Mereka berpendapat bahwa dosen berhak atas perlindungan dan advokasi yang sama seperti buruh. Di sisi lain, penentang argumen ini beranggapan bahwa dosen memiliki peran dan tanggung jawab yang berbeda dengan buruh. Mereka khawatir bahwa pengakuan dosen sebagai buruh akan mendegradasi martabat profesi dan menghambat otonomi akademik. Perdebatan ini tentu tidak mudah dijawab dengan hitam putih. Perlu dikaji lebih dalam mengenai dampak positif dan negatif dari pengakuan dosen sebagai buruh.

Namun, satu hal yang pasti: baik buruh maupun dosen adalah pilar penting dalam pembangunan bangsa. Kontribusi mereka tak ternilai dan patut diapresiasi. Sudah saatnya kita melihat mereka bukan sebagai dua kelompok yang berbeda, melainkan sebagai sekutu yang berjuang untuk mencapai tujuan yang sama: keadilan dan kesejahteraan bagi semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun