Mohon tunggu...
Derizka FebriarmytaAbdurachim
Derizka FebriarmytaAbdurachim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan pedulikan apa yang orang lain katakan pada kamu, jika kamu yakin kamu pasti sukses, lakukan terus jangan menyerah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecemasan pada Masyrakat di Masa Pandemi

11 Januari 2022   16:17 Diperbarui: 11 Januari 2022   16:23 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut  Sigmund  Freud, Kecemasan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu Kecemasan objektif atau realistis, kecemasan neurotik, kecemasan moral. (1) Kecemasan objektif/realistis adalah ketakutan pada suatu keadaan tertentu akan bahayanya pada dunia luar, yang dimana kemungkinan pada saat tertentu saja dapat mengancamnya. Ketakutan objektif akan beralih menjadi mengerikan perumpamaannya ada orang yang tidak mau keluar rumah karena takut akan terpapar virus COVID-19. Sedangkan kecemasan realitis memiliki sisi positif dimana kecemasan tersebut akan mengarahkan kita agar menjauhi akan bahaya yang ada. Kecemasan akan hilang dengan sendirinya jika hal yang dicemaskan sudah hilang. (2) Kecemasan neurotik, merupakan kecemasan yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental. Dimana kecemasan neurotik ini suatu ketakutan akan ancaman yang tidak pasti. Ketakutan terebut muncul sendiri dari dalam ego, tetapi berasal dari id. Kecemasan neurotik terbentuk ketika individu telah melakukan kesalahan dan mendapat hukuman, lalu kecemasan tersebut akan muncul kembali ketika individu melakukan kesalahan yang sama. (3) Kecemasan moral, yaitu reaksi dari perselisihan antara id serta superego, pada dasarnya ketakutan seseorang akan suara hatinya.  Seperti halnya, pegawai melanggar kode etik perusahaan maka akan dihukum atas pelanggaran yang telah ia lakukan.

Menurut penulis, kecemasan masyarakat di masa pandemi ini termasuk dalam jenis kecemasan objektif atau realistis. Karena masyarakat sangat cemas terhadap Virus COVID-19 sehingga membuat masyarakat menahan melakukan berbagai macam kegiatan diluar rumah, masyarakat tidak dapat berekreasi diluar rumah. Kecemasan itu sukar untuk dihentikan dikarenakan seorang yang mengalami cemas senantiasa mencoba untuk menghindari suatu keadaan yang dapat mengancamnya. Kecemasan tersebut akan menurun apabila yang dicemaskannya telah hilang. Namun jika yang ditakuti tidak dihadapi, maka kecemasan tersebut akan bertahan selamanya.

Dalam hal ini, penulis memberikan saran kepada masyarakat agar mampu menjauhi kecemasan yakni, (1) Memilih berita/kabar yang akan membuat kita semakin tertekan ataupun cemas, artinya jangan hanya memperhatikan berita yang negatif, oleh karena itu perhatikan juga berita yang positif tentang Covid-19, misalnya Masyarakat yang sembuh dari virus covid-19 lebih dominan dibandingkan dengan masyarakat yang meninggal karena virus Covid-19 (2) Lebih menyaring berita tentang Covid-19 dimana berita tersebut dapat dipertanggungjawabkan akan kenyataannya; (3) Patut menjalankan aktivitas sehari-hari yang produktif juga tetap berpendapat positif dalam menghadapi Covid-19; (4) melakukan kegiatan yang disukai atau yang disenangi, misalnya dengan berolahraga juga menjaga keseimbangan stamina tubuh  (5) Wajib menaati protokol kesehatan yang disarankan oleh pemerintah
;  (6) Patut menjaga hubungan yang baik dengan keluarga dan juga sahabat melalui alat komunikasi.

Selain itu juga, ada beberapa upaya mengatasi kecemasan diantara lainnya itu dengan belajar menghadapinya dalam artian masyarakat harus berani lawan rasa ketakutan yang berlebihan itu.  Jika dilakukan berulang-ulang, dapat membuat masyarakat sadar bahwa ketakutan yang dipikirkan sejauh ini tidak semenakutkan seperti yang dibayangkan. Masyarakat akan lebih percaya diri dan terarah, sampai kecemasan yang masyarakat miliki akan hilang dengan sendiri kekuatannya. Lambat laun masyarakat mulai menampilkan dirinya dari suatu hal yang ditakutkan selama ini, semakin damai ditengah masa pandemi ini.  Kemudian, melatih diri untuk melawan pikiran negatif individu jika terpintas dipikiran individu misalnya “Apakah saya ada kemungkinan tidak terpapar virus corona?”, “Apakah jika bertemu dengan orang lain,sudah mengikuti protokol kesehatan saya akan tetap baik-baik saja?” Dan selanjutnya yang berkaitan dengan pikiran negatif seseorang terserbut. Jika jawaban sepintas dipikiran individu ialah “tidak” ataupun “belum tentu”, maka seorang tersebut hendaklah mengubah pikirannya dengan , “Saya pasti akan baik-baik saja,” atau positif thinking lainnya. Pemikiran itulah yang akan membantu dalam ketakutan berlebihan individu saat mengatasi kecemasannya.

Referensi:

Dona Fitri Annisa, I. i. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Universitas Negeri Padang, 93-99.


Juraman, S. R. (2017). Naluri Kekuasaan Sigmund Freud. Jurnal Studi Komunikasi, 280-287.

Larasati, d. R. (2021). VIRUS CORONA. Alodokter. Retrieved from https://www.alodokter.com/virus-corona

Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 705-709.

ustpsikologiadmin. (2015). Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jurnal Fakultas psikologi Universitas Sanjanawiyata Tamansiswa. Retrieved from https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun