Mohon tunggu...
Derizka FebriarmytaAbdurachim
Derizka FebriarmytaAbdurachim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan pedulikan apa yang orang lain katakan pada kamu, jika kamu yakin kamu pasti sukses, lakukan terus jangan menyerah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kecemasan pada Masyrakat di Masa Pandemi

11 Januari 2022   16:17 Diperbarui: 11 Januari 2022   16:23 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kecemasan Pada Masyarakat Di Masa Pandemi 

Oleh Derizka Febriarmyta Abdurachim dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

"Ketakutan Anda adalah sejenis penjara yang membatasi Anda dalam serangkaian tindakan terbatas. Makin sedikit Anda takut, maka makin banyak kekuatan yang akan Anda miliki dan makin lengkap Anda akan hidup." - Robert Greene

Virus COVID-19 merupakan jangkitan virus yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 yang memerangi saluran pernapasan manusia. Indikasi yang kerap diutarakan yaitu sesak napas, demam, dan batuk. Walaupun demikian, masyarakat yang sehat dan tidak menampakkan tanda-tanda itu, juga mampu mengantar Virus COVID-19 pada tubuhnya yang dapat dikenal sebagai asymtomatic carrier. Virus COVID-19 itu dapat mewabah melalui percikan bersin ataupun batuk orang yang terpapar virus tersebut.

Pandemi COVID-19 adalah krisis kesehatan yang kesekian kalinya melanda dunia tak terkecuali Indonesia. Virus Covid-19 sudah merupakan pandemi global yang menimpa jutaan manusia di dunia, Hampir seluruh masyarakat didunia ini mendapatkan informasi dari berbagai macam media yang menyiarkan berita tentang Covid-19. Pada saat ini lah masyarakat sedang dihadapi oleh ketegangan dalam dirinya, dimana masyarakat panik akan terpaparnya virus COVID-19,  juga takut berpengaruh pada ekonominya, sukar untuk menyesuaikan diri pada situasi kehidupan yang baru ini. Setelah penulis mengamati dan mengkaji banyak penelitian, para ilmuwan mengatakan bahwa tanggapan yang dipicu secara berlebihan sebab takut tertular Virus COVID-19.  Kondisi tersebutlah yang akan menyebabkan kecemasan secara berlebihan, dengan disertai gejala fisiologis, stress yang sangat signifikan akan pekerjaan, kehidupan juga dengan keamanan diri sendiri.


Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap Virus Covid-19 ?

Masyarakat menilai bahwa penyebaran virus COVID-19 ini merupakan suatu ancaman yang sangat serius bagi dunia sejak bulan desember akhir tahun 2019 pertama kali adanya pemberitahuan bahwa virus tersebut sudah menjangkit secara pesat dari satu per empat juta orang. Harus diingat juga bahwa virus COVID-19 ini berbeda dengan flu yang biasanya.

Peristiwa pesatnya penyebaran virus COVID-19 inilah yang menyebabkan ketakutan berlebih pada masyarakat. Dimana penulis juga memperoleh informasi dari beberapa  masyarakat yang mengatakan bahwa pada saat ini masyarakat sangat cemas dengan adanya virus COVID-19. Sehingga tindakan yang dilakukan oleh masyarakat itu sangat berlebihan dalam menjaga diri maupun keluarganya, seperti halnya sering mencuci tangan bertubi-tubi, berbenah rumah serta lingkungan sekitar secara berkepanjangan. Yang dapat menimbulkan gejala lain dimana pengidap terus merasa wajib untuk melakukan suatu hal secara bertubi-tubi. Jika tidak dijalankan, seorang tersebut akan terus dibayang-bayangi oleh ketakutan yang ekstrim. Selain itu juga penulis menemukan ada seorang nenek dan kakek protes kepada anaknya untuk tidak mengunjungi ke kampungnya  dikarenakan takut anaknya mengantar virus COVID-19, sehingga mbah tersebut takut terpapar dikarenakan sudah berusia lanjut. Ditambah dengan adanya berita yang tidak jelas yang dapat memicu adanya tekanan pada masyarakat sehingga membuat masyarakat stress dan imunitas dalam tubuhnya menurun, maka menjadi rawan sekali untuk terpapar virus tersebut.

Bagaimana Sudut Pandang Teori Psikoanalisis Freud mengenai Kecemasan Pada Masyarakat di masa pandemi 

Dalam konsep teori psikoanalisis Freud pada dinamika kepribadiannya, menyebutkan bahwa kecemasan merupakan sensasi yang kita rasakan ketika cemas, cemas itu berbeda dengan takut. Menurut pikiran Freud, kecemasan merupakan suatu ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas maka tidak dapat diperlihatkan adanya kecemasan tersebut secara spesifik. Menurut Freud, kecemasan ialah suatu komponen yang sangat diperlukan dalam teori kepribadian, yang akan menyalurkannya pada dasar perubahannya tingkah laku psikotik juga neurotiknya.

Menurut  Sigmund  Freud, Kecemasan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu Kecemasan objektif atau realistis, kecemasan neurotik, kecemasan moral. (1) Kecemasan objektif/realistis adalah ketakutan pada suatu keadaan tertentu akan bahayanya pada dunia luar, yang dimana kemungkinan pada saat tertentu saja dapat mengancamnya. Ketakutan objektif akan beralih menjadi mengerikan perumpamaannya ada orang yang tidak mau keluar rumah karena takut akan terpapar virus COVID-19. Sedangkan kecemasan realitis memiliki sisi positif dimana kecemasan tersebut akan mengarahkan kita agar menjauhi akan bahaya yang ada. Kecemasan akan hilang dengan sendirinya jika hal yang dicemaskan sudah hilang. (2) Kecemasan neurotik, merupakan kecemasan yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental. Dimana kecemasan neurotik ini suatu ketakutan akan ancaman yang tidak pasti. Ketakutan terebut muncul sendiri dari dalam ego, tetapi berasal dari id. Kecemasan neurotik terbentuk ketika individu telah melakukan kesalahan dan mendapat hukuman, lalu kecemasan tersebut akan muncul kembali ketika individu melakukan kesalahan yang sama. (3) Kecemasan moral, yaitu reaksi dari perselisihan antara id serta superego, pada dasarnya ketakutan seseorang akan suara hatinya.  Seperti halnya, pegawai melanggar kode etik perusahaan maka akan dihukum atas pelanggaran yang telah ia lakukan.

Menurut penulis, kecemasan masyarakat di masa pandemi ini termasuk dalam jenis kecemasan objektif atau realistis. Karena masyarakat sangat cemas terhadap Virus COVID-19 sehingga membuat masyarakat menahan melakukan berbagai macam kegiatan diluar rumah, masyarakat tidak dapat berekreasi diluar rumah. Kecemasan itu sukar untuk dihentikan dikarenakan seorang yang mengalami cemas senantiasa mencoba untuk menghindari suatu keadaan yang dapat mengancamnya. Kecemasan tersebut akan menurun apabila yang dicemaskannya telah hilang. Namun jika yang ditakuti tidak dihadapi, maka kecemasan tersebut akan bertahan selamanya.

Dalam hal ini, penulis memberikan saran kepada masyarakat agar mampu menjauhi kecemasan yakni, (1) Memilih berita/kabar yang akan membuat kita semakin tertekan ataupun cemas, artinya jangan hanya memperhatikan berita yang negatif, oleh karena itu perhatikan juga berita yang positif tentang Covid-19, misalnya Masyarakat yang sembuh dari virus covid-19 lebih dominan dibandingkan dengan masyarakat yang meninggal karena virus Covid-19 (2) Lebih menyaring berita tentang Covid-19 dimana berita tersebut dapat dipertanggungjawabkan akan kenyataannya; (3) Patut menjalankan aktivitas sehari-hari yang produktif juga tetap berpendapat positif dalam menghadapi Covid-19; (4) melakukan kegiatan yang disukai atau yang disenangi, misalnya dengan berolahraga juga menjaga keseimbangan stamina tubuh  (5) Wajib menaati protokol kesehatan yang disarankan oleh pemerintah
;  (6) Patut menjaga hubungan yang baik dengan keluarga dan juga sahabat melalui alat komunikasi.

Selain itu juga, ada beberapa upaya mengatasi kecemasan diantara lainnya itu dengan belajar menghadapinya dalam artian masyarakat harus berani lawan rasa ketakutan yang berlebihan itu.  Jika dilakukan berulang-ulang, dapat membuat masyarakat sadar bahwa ketakutan yang dipikirkan sejauh ini tidak semenakutkan seperti yang dibayangkan. Masyarakat akan lebih percaya diri dan terarah, sampai kecemasan yang masyarakat miliki akan hilang dengan sendiri kekuatannya. Lambat laun masyarakat mulai menampilkan dirinya dari suatu hal yang ditakutkan selama ini, semakin damai ditengah masa pandemi ini.  Kemudian, melatih diri untuk melawan pikiran negatif individu jika terpintas dipikiran individu misalnya “Apakah saya ada kemungkinan tidak terpapar virus corona?”, “Apakah jika bertemu dengan orang lain,sudah mengikuti protokol kesehatan saya akan tetap baik-baik saja?” Dan selanjutnya yang berkaitan dengan pikiran negatif seseorang terserbut. Jika jawaban sepintas dipikiran individu ialah “tidak” ataupun “belum tentu”, maka seorang tersebut hendaklah mengubah pikirannya dengan , “Saya pasti akan baik-baik saja,” atau positif thinking lainnya. Pemikiran itulah yang akan membantu dalam ketakutan berlebihan individu saat mengatasi kecemasannya.

Referensi:

Dona Fitri Annisa, I. i. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia). Universitas Negeri Padang, 93-99.

Juraman, S. R. (2017). Naluri Kekuasaan Sigmund Freud. Jurnal Studi Komunikasi, 280-287.

Larasati, d. R. (2021). VIRUS CORONA. Alodokter. Retrieved from https://www.alodokter.com/virus-corona

Putri, R. N. (2020). Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 705-709.

ustpsikologiadmin. (2015). Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jurnal Fakultas psikologi Universitas Sanjanawiyata Tamansiswa. Retrieved from https://psikologi.ustjogja.ac.id/index.php/2015/11/05/teori-kepribadian-sigmund-freud/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun