Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 222-224

6 Juli 2018   06:28 Diperbarui: 6 Juli 2018   08:20 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Jangan ! " seru Tiong It dengan nafas tertahan.

" Kalian mendekat, kugigit dia !"

Tiong It menahan langkahnya. Begitu juga penjual kepiting. " Tolong jangan gigit dia. Aku mohon tolong jangan ganggu dia..." Tiong It memohon dengan wajah bersungguh sungguh.

Wanita itu mengangkat tubuh Awai bagai sebuah boneka, lalu dibawa melompat ke laut.

Byurrr, air laut muncrat ! Menimbulkan gelombang yang menghantam tepian dermaga. Tiong It dan tukang kepiting terbengong.

" Aduh, celaka. Awai pasti dimakan wanita itu. Apa bapak kenal wanita itu?." tanya Tiong It pada Tukang kepiting.

Tukang kepiting menggigil ketakutan. " Hantu laut !"

" Apa ?! Hantu laut ? Wanita itu hantu laut ?" nada Tiong It tak percaya. Tapi kecemasannnya semakin menghebat. Benarkah Awai dibawa Hantu Laut ke dasar lautan ?

" Benar ! Itu hantu laut ! Dulu saat aku mencari kepiting bakau, dia sering muncul tiba tiba dari dasar laut ingin menggigitku! Aku tak berani ikut campur. Aku takut !" Penjual kepiting itu berlari kembali ke pasar.

" Hei, hei, tunggu dulu !!!" cegah Tiong It, namun penjual kepiting itu tak memedulikan cegahannya.

Tiong It terpuruk jatuh bersujud di ujung dermaga. Kakinya terasa lemas. Jika Awai mati, ia akan dituduh mendorong Awai ke laut. Lim Huina memusuhi keluarga Han, pasti membuktikanancamannya. Tiong It merasa sangat tak berdaya. Ia bersujud sambil memohon. " Wahai, Hantu Laut, tolong kembalikan Awai padaku. Dia selama ini hidup menderita. Aku ingin memberinya kebahagiaan. Tolonglah, wahai hantu laut. Tolong kembalikan Awai padaku..."

Ia menatap laut. Ia memohon dan memohon lagi. Benarkah di laut ada hantu laut ? Benarkah hantu laut muncul dari dasar laut ? Kenapa wujudnya seorang wanita? Kenapa hantu laut membalut wajahnya dengan kain?

Hari semakin petang, senja semakin turun. Tiong It masih bersujud di ujung dermaga. Ia memohon dan memohon lagi agar Hantu Laut mengembalikan Awai padanya. Kakinya sudah lemas, namun ia tetap bersujud.

" Tolonglah... kembalikan Awai padaku. Aku tak bisa hidup tanpanya..." ratap Tiong It berulang kali.

" Kalau kukembalikan kekasihmu, apa balasanmu padaku ? " tiba tiba terdengar suara dari bawah dermaga. Tiong It terlonjak kaget. Ia seakan tak memercayai pendengarannya.

" Aku akan mengirim persembahan pada Hantu Laut." Jawab Tiong It dengan suara gemetar.

" Persembahan apa ?"

" Persembahannya... nasi kunyit, gulai ayam, bunga, pisang raja, bunga 7 warna..." Tiong It teringat itulah permintaan Tok Samat kala ingin menyembuhkan Tan Suki. Ia masih ingat cerita Awai meski kakinya gemetar akibat bersujud hampir 2 jam.

" Aku tak butuh itu ! " suara Hantu Laut terdengar temberang.

" Kalau begitu, apa permintaan Hantu Laut ?" tanya Tiong It.

" Permintaanku, kamu tak boleh mengewakannya, tak boleh menyakiti hatinya, harus menikah dengannya walau apapun rintangan yang menghalangi kalian. Berani berjanji begitu !"

Tiong It merasa aneh. Kenapa Hantu Laut tidak meminta persembahan layaknya yang dukun kampung sampaikan saat mengobati pesakit yang kesampok? ( Kesampok= tersambar setan). Malah meminta sesuatu yang sudah ada di hatinya ?

" Baik. Aku berjanji akan menikah dengan Awai, memberinya kebahagiaan, tidak mengecewakannya, tidak menyakiti hatinya. " ucap Tiong It lantang.

" Nih, terimalah Awai-mu !"

Sesosok tubuh muncul dari dalam air, muncul di permukaan. Tiong It segera meraih tubuh ituuntuk ditarik ke atas dermaga. Ia segera membaringkan Awai dalam posisi telentang. Ia heran sekaligus kaget melihat perut Awai kempes seakan belum terjatuh ke laut.

Awai menggeliat dan membuka matanya. Tiong sangking gembira memeluk tubuh basah itu hingga bajunya ikut basah.

" Uhuk, uhuk... dimana aku ? " tanya Awa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun