" Tiong It. Kalian bersekongkol dengannya memancingku ke kelenteng, lalu ditinggalkan." Tuduh Awai.
" Kami memang disuruh mengajakmu ke kelenteng, tapi tidak bersekongkol. Kami bersedia karena kulihat chuelak kamu ngobrol asik dengannya hingga lupa waktu." Kana menjelaskan.
"Itu karena aku belum tahu belangnya." Kata Awai.
" Belangnya dimana, kok aku tak melihat ?" tanya Siumei.
" Belangnya disimpan di dadanya, kamu harus merobek bajunya kalau ingin melihat belangnya." Balas Awai.
" Tunggu aku jadi kuntilanak baru berani merobek bajunya. Kalau masih manusia, nanti aku dikira wanita gatal yang ingin memerkosanya, " Siumei ketawa. Awai terbawa keceriaan kedua temannya, ikut ketawa.
Tawa reda Kana bertanya." Setahuku dia alim. Kenapa kamu mengatakan dia buaya ?" tanya Kana.
" Alim apaan. Dia sudah punya pacar, masih mengajakku jalan-jalan. Huh, sebal aku tertipu olehnya." Hati Awai kembali berkabut.
" Dia sudah punya pacar ? Kenapa aku tak tahu? " tanya Kana seakan pada dirinya sendiri.
" Buaya sangat pintar bersembunyi, pura pura jadi tunggul kayu, begitu kancil lewat, hap ! Langsung diterkam !" kata Awai bergaya bak sedang pentas drama di depan kelas.
" Jadi, kamu sudah pernah jadi kancilnya ?" tanya Siumei.