Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 55-58

27 April 2018   13:37 Diperbarui: 27 April 2018   13:52 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Tiong It. Kalian bersekongkol dengannya memancingku ke kelenteng, lalu ditinggalkan." Tuduh Awai.

" Kami memang disuruh mengajakmu ke kelenteng, tapi tidak bersekongkol. Kami bersedia karena kulihat chuelak kamu ngobrol asik dengannya hingga lupa waktu." Kana menjelaskan.

"Itu karena aku belum tahu belangnya." Kata Awai.

" Belangnya dimana, kok aku tak melihat ?" tanya Siumei.

" Belangnya disimpan di dadanya, kamu harus merobek bajunya kalau ingin melihat belangnya." Balas Awai.

" Tunggu aku jadi kuntilanak baru berani merobek bajunya. Kalau masih manusia, nanti aku dikira wanita gatal yang ingin memerkosanya, " Siumei ketawa. Awai terbawa keceriaan kedua temannya, ikut ketawa.

Tawa reda Kana bertanya." Setahuku dia alim. Kenapa kamu mengatakan dia buaya ?" tanya Kana.

" Alim apaan. Dia sudah punya pacar, masih mengajakku jalan-jalan. Huh, sebal aku tertipu olehnya." Hati Awai kembali berkabut.

" Dia sudah punya pacar ? Kenapa aku tak tahu? " tanya Kana seakan pada dirinya sendiri.

" Buaya sangat pintar bersembunyi, pura pura jadi tunggul kayu, begitu kancil lewat, hap ! Langsung diterkam !" kata Awai bergaya bak sedang pentas drama di depan kelas.

" Jadi, kamu sudah pernah jadi kancilnya ?" tanya Siumei.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun