Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tradisi "Water Salute", Ketika Pesawat Disambut dengan Semprotan Maut

28 Januari 2021   16:08 Diperbarui: 31 Januari 2021   08:33 3949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eksekusi sebuah water salute di landasan (aerotime.aero/Ivica Drusany)

Tidak hanya antar manusia saja yang memiliki tradisi sambut-menyambut dan sambit-menyambit (biasanya tradisi tawuran, hehe). 

Dalam dunia penerbangan, antara bandara dengan para pesawat juga ada ritual saling sambut (tanpa sambit), ada sebuah ekspresi kasih sayang ketika pertama kali berjumpa atau kala harus melepas kepergian sang burung besi dalam sebuah episode perpisahan alias mengucap salam terakhir.

Bukan dengan salaman, sun pipi kiri kanan, cium jidat, peluk erat dan lambaian tangan yang berat melainkan (hanya) dengan sebuah semburan air bernama water salute atau water cannon salute.

Tidak ada yang tahu persis kapan tradisi ini dimulai, namun semua sepertinya berawal pada abad 19 dan abad 20 dari kebiasaan kapal-kapal laut yang berangkat pada pelayaran perdana yang selalu dilepas dengan meriam air dari kapal pemadam, begitu juga ketika sampai di pelabuhan pertama, mereka akan disambut dengan acara yang sama. 

Di tahun 90-an, Bandara Internasional Salt Lake City di Utah (Amerika Serikat) memberi water salute kepada pesawat Delta Airlines yang baru mendarat guna menghormati Sang Kapten yang mengoperasikan flight terakhirnya karena akan pensiun. 

Sejak saat itu, seremoni water salute semakin naik daun, banyak dipraktikkan di dunia penerbangan.

Water Salute merupakan bentuk penghormatan, penghargaan dan ungkapan terima kasih. Eksekusinya tidak rumit-rumit amat yaitu dengan menempatkan dua, terkadang tiga truk pemadam kebakaran bandara di kanan dan kiri landasan (taxiway) menunggu sang pesawat, entah itu yang baru landing tengah melaju (taxiing) menuju gate atau pesawat yang sedang berlenggok menuju landasan pacu (runway) untuk take-off. 

Begitu pesawat melintas, truk-truk tadi segera menyemprotkan air ke atas membumbung tinggi, saling bertemu pada satu titik membentuk busur. Setelahnya pesawat pun bermandikan air... tanpa kembang...

Acara siraman untuk Airbus A380 Qantas ketika landing perdana di Dubai, Uni Emirat Arab pada April 2013 (aeronef.net/M.Nazarinia)
Acara siraman untuk Airbus A380 Qantas ketika landing perdana di Dubai, Uni Emirat Arab pada April 2013 (aeronef.net/M.Nazarinia)

Semburan air yang seru, water cannon salute yang menghabiskan 3000 galon air (sekitar 11.365 liter) dan berlangsung kurang lebih dua menit ini umumnya dilakukan oleh bandara dalam momen-momen haru seperti menghormati veteran militer, menyambut kunjungan pejabat asing, perpisahan dengan para pilot dan staf Air Traffic Control (ATC) yang pensiun hingga layanan penerbangan, yaitu:

1. Beroperasinya maskapai baru dengan penerbangan perdananya dari kota asal (home base) misalnya Kompasiana Airlines yang baru berdiri di Jakarta melakukan penerbangan pertamanya (outbound) dari Jakarta (CGK) ke Tokyo (NRT), Jepang. Nanti ketika mendarat di sana, Kompasiana Airlines akan merasakan lagi water salute.

2. Beroperasinya rute baru oleh sebuah maskapai (inbound), contohnya flight Singapore Airlines yang landing perdana di Bandara Milan Malpensa (MXP) Italia pada Januari 2008, maka pesawatnya disemprot sebagai tanda salam kenal.

3. Beroperasinya jenis pesawat baru ke sebuah destinasi, misalnya pesawat Airbus A380 Singapore Airlines yang menggantikan pesawat berjuluk Queen of the Skies yakni Boeing Megatop B747 pada Oktober 2007 mendarat di Sydney (SYD) Australia untuk pertama kalinya, maka ia akan byur byur diguyur.

4. Kedatangan jenis pesawat baru (dari pabrik) ke home base sebuah airline. Sebagai contoh, datangnya Boeing B787-10 Dreamliner pesanan Singapore Airlines di landasan Changi Airport Singapura dari pabrik Boeing di South Carolina, Amerika Serikat pada Maret 2018.

5. Adanya penghentian rute oleh sebuah maskapai, maka pesawat terakhir yang lepas landas dari bandara itu akan disemprot.

6. Selesainya masa tugas sebuah jenis pesawat seperti pada penerbangan terakhir pesawat Concorde milik Air France dari New York (JFK) pada 31 Mei 2003 menuju Paris (CDG), Prancis. 

Tiga truk pemadam kebakaran menyemprotkan meriam air berwarna biru, putih, merah (warna bendera Prancis) di depan pesawat yang tengah melaju menuju landasan pacu untuk take-off. Concorde kemudian dikandangkan selamanya pada Oktober di tahun yang sama.

7. Tutupnya sebuah maskapai, seperti yang terjadi pada perusahaan Jerman Air Berlin yang harus bubar jalan akibat bangkrut. Pesawat Airbus A320 yang menjalankan penerbangan terakhir Air Berlin dari Munich (MUC) mendapat semburan perpisahan ketika landing di Berlin Tegel Airport (TXL) pada 27 Oktober 2017. 

Unik dan mengharukan, beberapa saat sebelum mendarat, Sang Kapten mengubah nomor penerbangan dari AB6210 menjadi BER4EVER dan melingkari nomor penerbangan tersebut dengan bentuk hati berwarna merah pada flight path seperti yang terlihat di layar Flightradar24.

Tidak hanya itu, tradisi water salute juga kerap dilakukan sebagai selebrasi kemenangan atas sebuah event misalnya ketika timnas sepak bola Prancis berhasil memboyong Piala Dunia pada Juli 2018 lalu, pesawat Air France yang mengangkut rombongan Les Bleus segera disembur begitu mendarat di bandara Paris Charles de Gaulle (CDG). 

Water salute menyambut timnas sepak bola Prancis setelah memenangkan Piala Dunia 2018 (leparisien.fr/Thomas Samson/AFP) 
Water salute menyambut timnas sepak bola Prancis setelah memenangkan Piala Dunia 2018 (leparisien.fr/Thomas Samson/AFP) 

Tiap-tiap bandara memiliki peraturan yang berbeda untuk pelaksanaan water salute, tidak ada protokol serta aturan bakunya juga. Meski begitu, rencana melakukan siraman ini haruslah disetujui otoritas bandara untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada kru pesawat, yakni kepada Sang Kapten yang nantinya memberitahu awak kabin dan penumpang biar semua nggak panik terkaget-kaget yang bisa berujung pada ancaman keselamatan jiwa-jiwa di dalam pesawat, seperti pada kasus Saudia Airlines (sebelumnya bernama Saudi Arabian Airlines) pada 20 September 2018.

Ketika itu pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan SV566 mendarat dari Jeddah (JED) Arab Saudi di Dubai International Airport (DXB), Dubai, Uni Emirat Arab. 

Dua truk pemadam kebakaran telah bersiap di kanan kiri landasan untuk memberi selebrasi water salute sebagai tanda ucapan selamat ulang tahun kepada Saudi Arabia yang jatuh pada 23 September tanpa memberitahu flight crew terlebih dahulu, mungkin niatnya mau kasih surprise. Ketika pesawat yang berisi 119 penumpang itu melintas, meriam air pun dilepas. 

Tak disangka, seperti ada masalah dengan alatnya, semburan air dari truk sebelah kiri tidak mengarah dengan semestinya, bergeser naik menghadap langit lalu menukik turun menyemprot badan pesawat hingga menghantam pintu darurat (over-wing emergency exit) yang berada di pintu 2 sebelah kiri (Door 2 Left atau D2L).

Dalam hitungan detik, tekanan air yang begitu dahsyat berhasil membuka dan merobohkan pintu seberat 15 kg (pintu darurat D2L pada A320 bisa dibuka dari dalam dan luar) dan melukai satu penumpang yang duduk di sebelahnya. 

Klimaksnya, slide evakuasi pun terbentang dan mengembang. Master warning di kokpit berbunyi yang membuat pilot segera menghentikan laju si burung besi. Pada saat itulah mereka menyadari ternyata pesawat tengah disambut 'kejutan' meriam air.

Pintu keluar darurat (over-wing emergency exit) pada pesawat Airbus A320 (foto: travelupdate.com)
Pintu keluar darurat (over-wing emergency exit) pada pesawat Airbus A320 (foto: travelupdate.com)

Water salute yang terjadi pada Saudia Airlines dapat dilihat pada video di bawah ini. Perhatikan sebelah kanan video (sisi kiri pesawat) di mana semburan dari truk pemadam tiba-tiba hilang kendali, malah mengarah ke atas lalu ke badan pesawat, membuka pintu emergency exit dan mengaktifkan slide evakuasi. 


Setelah pihak berwenang melakukan pengecekan dan return flight di-delay enam jam, pintu darurat akhirnya dipasang kembali, tanpa dilengkapi slide evakuasi. Slide bukanlah tiker, maka ia nggak bisa digulung sekenanya saja. Slide yang telah terbuka tadi harus dicopot dan diganti dengan yang baru semata-mata demi keselamatan. 

Namun untuk kasus satu ini, para teknisi akhirnya mengizinkan pesawat Saudia Airlines terbang kembali ke Jeddah yang perjalanannya memakan waktu 2 jam 55 menit, tanpa over-wing slide terpasang di D2L (A320 memiliki dua over-wing slide). Penggantian slide dan inspeksi pesawat lebih mendalam dilakukan oleh para teknisi di Jeddah.

Bukan hanya gagal, water salute juga bisa membuat sebuah flight dibatalkan yang sudah pasti bikin repot, merugikan maskapai dan penumpang seperti pada penerbangan Virgin Atlantic VS 109 dengan rute baru Manchester (MAN) Inggris menuju Atlanta (ATL), Amerika Serikat pada Maret 2015.

Pesawat Airbus A330 yang digunakan harus mengalami kerusakan pada mesin akibat tersumbat busa gara-gara petugasnya salah pencet tombol, yang seharusnya menyemprotkan air, ia malah memencet tombol "Foam" yang akhirnya menyemburkan buih-buih. Penerbangan pun batal.

Ada lagi kejadian dengan pesawat Japan Airlines yang baru landing perdana pada akhir Mei 2014 di Tampa International Airport Florida, Amerika Serikat. Kala itu Boeing B787 Dreamliner membawa rombongan timnas sepak bola Jepang untuk friendly match sebagai persiapan Piala Dunia 2014 di Brazil. 

Ketika tengah dihujani selebrasi water salute sembari menuju gate, ujung sayap kanan pesawat tak kuasa menabrak water cannon yang ternyata diparkir terlalu dekat di landasan, menghancurkan lampu yang ada di pinggir sayap. 

Pesawat memang bisa didandani kembali seperti sedia kala namun otoritas bandara memutuskan untuk menghentikan sementara semua acara water salute.

Selama bekerja untuk Singapore Airlines, saya ternyata tidak beruntung mendapat guyuran spesial karena kehadiran pesawat yang saya operasikan sudah tidak perawan lagi, bukan yang pertama kali. 

Belum rezeki saya juga untuk melakukan inaugural flight atau penerbangan perdana di mana water cannon salute menjadi skenario pasti. Saya hanya kebagian water salute alami alias disambut air hujan yang terkadang berduet dengan gelegar petir berderet-deret. 

Namun dari cerita-cerita kolega yang pernah merasakan kena semburan meriam air, saya bisa simpulkan betapa seru dan girangnya disambut hangat oleh semprotan maut, sebuah pengalaman unik, asyik menarik terutama bagi para penumpangnya karena tidak semua flight bisa kena sembur bagaikan tamu-tamu istimewa, tentu saja jika tradisi water salute tersebut berjalan sesuai rencana. Aduh, saya jadi pengen terbang lagi... 

***

Prancis, 27/01/21

Referensi: Satu, Dua 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun