Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rocker Pecel Lele

9 Maret 2020   15:57 Diperbarui: 9 Maret 2020   15:59 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: merdeka.com dan pixabay.com, edited

"Sudah berapa lama ngamen di daerah sini?" lanjutku.

"Sekitar enam bulanan. Aku sempat kuliah dua tahun dan tinggal di rumah bapak angkat tapi akhirnya orang itu mengusirku dengan tuduhan ngegodain istrinya. Padahal istrinya sendiri yang genit." terangnya santai.

Aku tertawa mendengar ceritanya. Menurut kedua bola mataku, si rocker ini sungguh menarik. Ia memang tidak setampan Fatur Java Jive atau keren bak Once Dewa, tapi ia memiliki pesona yang entah bagaimana susah kujelaskan. Jadi tidak salah kalau istri ayah angkatnya kesengsem habis-habisan. Aku tersenyum-senyum sendiri.

"Sekarang kamu tinggal di mana?" interogasiku berlanjut.

"Di kos-kosan daerah Kalibata. Naik mikrolet tiga kali dari sini. Tiap siang aku ada sedikit kerjaan, jagain studio musik milik Mawar Berduri Records di daerah Condet." Ia menyebut nama sebuah label rekaman bergengsi.

"Lumayan buat menyambung hidup. Beberapa kali malah aku sempat ketemu pemiliknya Ibu Ari Budiyanti dan sepupunya yang produser film terkenal itu, Ibu Dewi Leyly. Terkadang melihat musisi-musisi kondang rekaman di sana membuatku malas untuk melanjutkan kuliah lagi, duit juga nggak punya. Aku lebih tertarik bikin lagu, belajar musik, ngeband seperti mereka." Gugun terus nyerocos, berada di antara denyut semangat dan keputusasaan. 

Aku berpikir sejenak, mencoba mencari cara untuk bisa menyalurkan keinginannya. Beruntung, aku memiliki banyak teman yang berasal dari kalangan musisi. Mungkin saja aku bisa menyeretnya terlibat sebuah proyek musik bersama mereka.

Tak lama makanan untuknya mendarat di atas meja. Seperti mengingat sesuatu, Gugun kemudian mengambil sebuah buku dari dalam tasnya dan menunjukkannya padaku. Sebuah buku yang dikatakannya sebagai tempatnya menulis lagu, mengungkapkan perasaannya, menggoreskan tentang apa saja. Aku membacanya sejenak. Betapa terkesimanya aku melihat caranya menciptakan lagu dengan chord progression yang tak biasa dilengkapi ramuan lirik-lirik tajam yang nampaknya menceritakan lika-liku hidupnya.

"Kamu sudah pernah les musik ya?" tanyaku dengan pandangan yang masih terpaku pada bukunya.

"Belum pernah. Kebanyakan belajar sendiri dari buku dan majalah musik bekas atau ngobrol sama beberapa band terkenal yang lagi rekaman di studio." jawabnya. Aku mengangguk. Kulirik makanannya di atas meja. Tak ingin semua itu keburu dingin, kupersilakan ia makan sementara aku melanjutkan kembali menikmati coretan-coretannya. Setelah itu kami terlarut dalam sebuah percakapan ringan yang akhirnya mengerucut menjadi obrolan tentang musik dan sedikit pengalaman hidup yang membuatku penasaran ingin lebih jauh lagi mengenalnya. Menurutku ia punya sesuatu dalam dirinya. Entah apa itu...

Hingga menjelang tengah malam ketika warung Pecel Lele Mas Mul akan tutup, barulah kami berdiri dari tempat duduk dan melangkah keluar. Suasana saat itu sudah sepi, hanya tinggal para pedagang yang sibuk membereskan kiosnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun