Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengenal Metro, Kereta Bawah Tanah, MRT-nya Kota Paris di Prancis

2 Februari 2020   04:22 Diperbarui: 16 Januari 2023   23:24 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan area peron di salah satu stasiun kereta api bawah tanah di Paris, Prancis (foto: Derby Asmaningrum)

Formasi tempat duduk di dalam kereta juga bukan 4-4-2 seperti tim sepakbola. Susunannya adalah enam hingga delapan kursi yang saling berhadapan ditambah empat hingga delapan kursi tempel lipat yang berada di dekat pintu. Kursi lipat ini praktis karena jika kereta tengah penuh sesak, kursi tersebut biasanya tidak ada yang mau menduduki, dilipat sehingga lebih memberi ruang bagi mereka yang berdiri. 

Wajah kereta api bawah tanah kota Paris dengan pintu yang sudah otomatis (foto: Derby Asmaningrum)
Wajah kereta api bawah tanah kota Paris dengan pintu yang sudah otomatis (foto: Derby Asmaningrum)
Di dalam gerbong-gerbong métro, bersiaplah karena semua hal bisa terjadi mulai dari pelecehan seksual, pencopetan, pasangan yang bertengkar dengan suara keras saling gebuk hingga hal-hal yang beraroma rasisme. Berbagai drama kehidupan yang terjadi itu buat para pengguna transportasi ini bukanlah hal yang luar biasa tetapi hal yang sungguh-sungguh sudah biasa.

Masalah tempat duduk, untungnya jiwa sosial masih dijunjung tinggi. Banyak orang yang masih mau memberi tempat duduk buat para manula atau ibu hamil dan bukannya malah pura-pura tidur. Saya pun belum pernah melihat penumpang berantem rebutan tempat duduk. Mereka biasanya lebih senang untuk saling mengalah daripada saling melempar amarah..

Suasana di dalam gerbong kereta dengan kursi lipat di dekat pintu (foto: Derby Asmaningrum)
Suasana di dalam gerbong kereta dengan kursi lipat di dekat pintu (foto: Derby Asmaningrum)
Kecuali di stasiun-stasiun interchange, ketika keluar dari gerbong métro, ada beberapa stasiun di mana kita nggak perlu lagi nge-tap kartu dan dapat langsung keluar melalui pintu otomatis. Norma-norma berjalan di eskalator pun di sini ditaati.

Di Prancis, jika berjalan di eskalator maupun travelator baik di mall, stasiun kereta atau airport, sebelah kiri adalah jalur prioritas. Jadi jika mau santai lebih baik berdiri di sebelah kanan kalau nggak mau di 'ehem-ehem'-in dari belakang.

Suasana lazim di pintu masuk dan pintu keluar yang menggunakan eskalator (foto: Derby Asmaningrum)
Suasana lazim di pintu masuk dan pintu keluar yang menggunakan eskalator (foto: Derby Asmaningrum)
Saat ini RATP tengah berkutat, berlomba dengan waktu dalam menyelesaikan Grand Paris Express 2030, sebuah proyek modernisasi stasiun-stasiun métro termasuk melengkapi stasiun dengan lift karena saat ini tidak semua stasiun métro berpredikat ramah disabilitas. 

Selain itu, proyek ini juga bertujuan untuk memperluas jangkauan kereta dengan menambah stasiun-stasiun baru demi mengimbangi perkembangan zaman ditambah dengan perencanaan transportasi umum kota Paris di masa depan.

Dampak yang kurang mengenakkan bagi warganya sendiri adalah lalu lintas yang terlalu ndut-ndutan alias tersendat parah. Jalan-jalan kota Paris yang memang sudah sempit karena beradu dengan lahan parkir pinggir jalan ditambah lagi dengan adanya modernisasi stasiun métro, maka lengkaplah sudah kemacetan yang terjadi di sana terlebih antara pukul empat sore hingga delapan malam.

Menjadi seorang turis atau bukan, tapi menurut saya berjalan-jalan di kota Paris memang lebih hidup, lebih nikmat dan terasa menantang dengan menumpang gerbong-gerbong métro. Cepat, mudah, murah meriah, namun tentunya tetap waspada akan segala konsekuensi yang kerap terjadi jika kita menumpang kendaraan umum. 

Setiap kota di sudut bumi memiliki karakter yang berbeda-beda termasuk kota Paris, kita merasa diterima dengan baik atau tidak, kitalah para pengunjung yang wajib beradaptasi dengannya.

Salah satu sudut kota Paris yang tengah digempur pembangunan modernisasi stasiun métro (foto: Derby Asmaningrum)
Salah satu sudut kota Paris yang tengah digempur pembangunan modernisasi stasiun métro (foto: Derby Asmaningrum)
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya selama delapan tahun tinggal di kandangnya Paris St Germain ini, mungkin sedikit saran berikut bisa berguna untuk anda yang akan berkunjung ke Paris dan ingin menikmati kota berjuluk City of Lights ini dengan nyaman, berada di tengah-tengah warga lokal dan terutama jika mau menggunakan transportasi umum seperti métro: 
  1. Jangan mengekspos barang-barang berharga dan tubuh anda dengan berlebihan. Berpakaianlah dan berpenampilan sesederhana mungkin, kalau perlu tas-tas atau telepon genggam super mahal anda gak usah dipamer-pamerin. Semua itu akan membuat anda sedikitnya terhindar dari incaran para pencopet, penodong atau orang-orang iseng. Paris tidak semanis yang anda bayangkan. Para pencopet di sini sudah bukan berlevel debutan atau junior lagi, banyak dari mereka yang ngetem di dalam stasiun métro untuk mencari mangsa. Sebagai turis, kita tidak akan tahu gerak-gerik mereka seperti apa namun mereka sudah kenal betul bagaimana penampakan para turis dan juga kaum pendatang. 
  2. Memakai alas kaki yang nyaman karena semakin besar stasiunnya, semakin jauh juga anda harus berjalan dari satu peron ke peron lainnya atau ke pintu keluar dan tidak semua stasiun métro memiliki eskalator, sebagian besar sarana untuk turun naik adalah anak-anak tangga dan terkadang tinggi-tinggi sekali bagaikan naik-naik ke puncak gunung. 
  3. Sedia uang kecil. Receh-receh akan sangat berguna jika anda memutuskan untuk naik kendaraan umum, menikmati makanan ringan di kios-kios kecil atau ngajak anak-anak main komedi puter di seputaran Menara Eiffel misalnya, karena tidak semua kios-kios itu terima gesekan-gesekan halus kartu kredit. Apalagi jika anda mau membeli tiket métro sekali jalan yang cuma seharga 1.90 euro dan anda membayar dengan selembar uang 10 euro, silahkan menikmati tatapan horor dari sang petugas loket.
  4. Mengenal sedikit beberapa kata sapaan dalam bahasa Prancis terutama bonjour (halo) dan merci (terima kasih). 
  5. Antri. Jika anda berusaha menyelak, maka bersiaplah menjadi 'pusat perhatian' dan ditegur terang-terangan kecuali jika anda memang suka menjadi 'pusat perhatian' .
  6. Ini adalah yang terpenting jika anda datang ke Paris: Jangan lupa bawain saya bakso, bakwan malang, nasi ayam padang, tahu gejrot, ayam bakar sambel terasi lalapan, ayam penyet, ketoprak, gado-gado, kacang rebus, karedok, sate ayam, martabak telor, indomie goreng pedas, rujak, teh botol, minyak kayu putih, salonpas... Eeehhhh..???? Hahahaahaha


*****
Derby Asmaningrum
Paris, 1 Februari 2020
Semua foto dijepret pada musim panas tanggal 5 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun