Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mengenal Metro, Kereta Bawah Tanah, MRT-nya Kota Paris di Prancis

2 Februari 2020   04:22 Diperbarui: 16 Januari 2023   23:24 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan area peron di salah satu stasiun kereta api bawah tanah di Paris, Prancis (foto: Derby Asmaningrum)

Kadang ada solois harpa, pemain biola, sekelompok anak band, penyanyi tunggal bergitar atau ber-keyboard, pokoknya seperti konser mini dan tak jarang mereka yang melintas akan berhenti untuk ramai-ramai menyaksikan hingga selesai lalu memberi tepok tangan dan tentu saja, menyemplungkan koin ke dalam wadah yang sudah disediakan misalnya ke dalam casing gitar. 

Tidak sembarangan ngamen, tapi mereka telah memiliki gelar musiciens du métro (musisi métro) melalui casting yang juri-jurinya adalah karyawan RATP yang tentunya mengerti dan menyukai musik. 

Audisi ini biasanya diadakan tiap dua kali dalam setahun untuk memilih 300 musisi dan penyanyi. Jika lulus tes, maka para musisi tersebut akan diberi kartu izin resmi dari RATP untuk memperlihatkan ketrampilan seni mereka sekaligus cari duit di dalam stasiun. 

Ketika mereka ngamen, biasanya kartu izin tersebut akan diletakkan dalam posisi yang mudah dilihat oleh petugas security RATP yang tengah melakukan kontrol. 

Sayangnya siang itu saya nggak berhasil 'menangkap' para musisi yang sedang in action karena mereka biasanya tampil mulai pukul empat sore ketika jam-jam rusuh pulang kerja dimulai. 

Lorong-lorong yang menjadi salah satu ciri khas stasiun métro Paris. Yuk, main petak umpet (foto: Derby Asmaningrum)
Lorong-lorong yang menjadi salah satu ciri khas stasiun métro Paris. Yuk, main petak umpet (foto: Derby Asmaningrum)
Dinding-dinding yang sedikit melengkung dan masih dihiasi berbagai macam iklan telah menanti ketika kita tiba di peron. Di sana juga terdapat mesin otomatis yang menjual makanan ringan dan minuman, beberapa kursi, tong sampah dan peta wilayah arrondissement yang bersangkutan.

Terpasang pula beberapa kamera, pengeras suara serta layar monitor berisi jadwal datangnya kereta yang selalu tiba setiap dua menit sekali jika tiada aral melintang. 

Satu hal yang membuat miris, rel kereta api bawah tanah di Paris menjadi salah satu tempat 'favorit' untuk seseorang mengakhiri hidup, caranya dengan terjun bebas ke dalam rel ketika kereta melintas. Per tahun, setidaknya satu orang dalam tiap empat hari melakukan aksi bunuh diri pada lintasan kereta api di Paris dan rel-rel kereta commuter.

Area peron pada jam-jam sepi (foto: Derby Asmaningrum)
Area peron pada jam-jam sepi (foto: Derby Asmaningrum)
Rangkaian gerbong métro parisien didominasi warna hijau tosca dan putih, sesuai dengan warna dari logo RATP. Penampakannya ada dua macam yaitu rangkaian gerbong lama (yang terus diperbarui secara bertahap) dan rangkaian gerbong yang seger alias bagus bin baru. 

Pada gerbong lama yang memang sudah nampak letih, pintu keretanya harus dibuka secara manual dari dalam, tidak ada audio hanya peta jalur kereta yang membisu terpampang di atas pintu.

Ruang geraknya pun terlihat sempit, sumpek tanpa pendingin udara hanya mengandalkan ventilasi alami sehingga ketika musim panas mencapai 35 hingga 40 derajat, mari sama-sama kita bayangkan bagaimana pengapnya di dalam gerbong kereta tersebut. 

Sedangkan kereta dengan gerbong yang modern, pintunya sudah otomatis buka tutup, tempat duduknya lebih baru, bagus, lebih nyaman, ada AC, dan memiliki pre-recorded audio yang getol menyebutkan nama tiap-tiap stasiun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun