Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masa Kecil Yusuf, Musa, dan Muhammad

17 Agustus 2025   07:49 Diperbarui: 30 Agustus 2025   22:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.unsplash.com

"Tidak mengapa bila kamu melakukan hal itu, semoga Allah menjadikan kehadirannya sebagai suatu keberkahan," ujar suami Halimah.

Dan memang ucapan suami Halimah itu terbukti. Rumah tangga mereka diliputi kebahagiaan, kesejahteraan dan kecukupan sejak merawat bayi Muhammad. Ternak mereka gemuk-gemuk, sehat dan memproduksi susu.

Baru karena peristiwa pembelahan dada oleh malaikat, Halimah memulangkan Muhammad kepada ibundanya.

Dalam kisah Yusuf, peran Ya'qub selaku ayah lebih dominan. Dalam kisah Musa, peran sang ibu selaku pengasuh lebih tampak. Namun Yusuf sempat terpisah dari Ya'qub berpuluh tahun lamanya. Musa mendapat kasih sayang dari dua orang ibu: ibu kandungnya dan Asiah, istri Firaun  yang menjadi ibu angkatnya.

Adapun Nabi Muhammad sempat diasuh ibu kandungnya Aminah dan beberapa ibu susuan. Peran ayahnya digantikan sosok kakeknya Abdul Muthalib (sampai usia 8 tahun) dan pamannya, Abu Thalib (sampai beliau menjadi Rasul).

Faidah dari latar biografi beliau di masa kecil di perkampungan Bani Sa'ad ialah beliau tumbuh menjadi sosok yang fisiknya kuat, tangguh jiwanya karena tidak dimanja kemewahan, fasih berbahasa Arab (bahkan dijuluki Jawami'ul Kalim), dekat dengan kesederhanaan dan orang-orang sederhana (rakyat jelata), tawadhu, sangat berempati dan sangat menginginkan kebaikan untuk umatnya (harishun), lemah lembut dan penyayang (raufurrahim), memiliki jiwa kepemimpinan dan kemandirian (dengan menggembala dan berdagang), zuhud (tidak mementingkan dunia) dan lain-lain.

Rasul ini pula yang berdoa: "Wahai Allah! Hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang miskin."

Menurut para ulama, makna doa itu ialah: "Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadhu, dan matikanlah aku dalam keadaan khusyu' dan tawadhu, dan kumpulkanlah aku (pada hari kiamat) dalam rombongan orang-orang yang khusyu' dan tawadhu." Referensi : https://almanhaj.or.id/2299-salah-faham-terhadap-doa-nabi-shallallahu-alaihi-wa-sallam.html

Wallahu a'lam bis shawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun