Mohon tunggu...
DENY FIRMANSYAH
DENY FIRMANSYAH Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesona Para Penghuni Kubur

16 September 2022   09:17 Diperbarui: 16 September 2022   09:46 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deretan nama wali berandal lainnya yang juga dipuja adalah kakak beradik Maling Kapa dan Maling Genthiri dari Juwana, Pati, Jawa Tengah. Nama mereka jelas-jelas menunjukkan profesinya.

Tidak disebutkan di mana lokasi makam Maling Kapa, sedangkan punden dan makam Maling Genthiri ada di Blora, Jawa Tengah. Makam Genthiri juga dipuja-puja dan ramai diziarahi orang. Ke Timur ada makam Ki Boncolono -- juga seorang wali berandal di Kediri.

Masyarakat awam menelan begitu saja semua mitos dan legenda yang muncrat dari mulut juru kunci makam, sedangkan pemerintah daerah melihat hal itu semata-mata sebagai potensi ekonomi. Pemda membela budaya ziarah dalam kerangka pelestarian budaya dan kepentingan ekonomi, tetapi pada saat yang sama turut mensukseskan pembodohan masyarakatnya sendiri.

Sementara dunia pendidikan jungkir balik menggembar-gemborkan nalar kritis, pendekatan saintifik, dan literasi--namun justru pemerintah daerah dan segmen masyarakat di bawah melestarikan nalar mistik dan pendekatan klenik yang jelas-jelas musyrik.

Sekarang kita getol menangkapi koruptor, mencaci mereka habis-habisan (juga mementaskan drama politik penangkapan dan pelepasan), namun jangan heran jika di masa depan makam-makam mereka kelak dipuja-puja, disembah dan diziarahi orang. Apalagi jika sang koruptor ternyata suka menyumbang masjid dan bagi-bagi duit. Kelak dibangun kuburan 'wali koruptor'.

Bangsa kita pemaaf dan pelupa: suka mencaci pemimpin sendiri, namun belakangan memuja-mujinya lagi. Sukarno didemo karena dianggap pro-PKI, lantas belakangan Sukarnoisme digaungkan kembali. Jasanya selaku proklamator seakan menutup seluruh dosa politiknya. Suharto dihujat karena zalim dan KKN (korup, kolusional dan nepotis) belakangan dirindukan pula lantaran orang mengenang-ngenang enaknya hidup di era Orde Baru. Gusdur dilengserkan, tetapi juga diangkat sebagai wali.

Yang berpotensi menjadi wali bukan cuma kalangan orgil, maling dan koruptor, juga artis penyanyi semacam Nike Ardilla. Makam Nike di Ciamis sampai saat ini masih diziarahi para penggemarnya. Di dekat makam dibuatkan patung kepala Nike dan musalla untuk salat, namanya: Musalla Nurul Ardillah.

Naluri sebagian rakyat kita rupanya gemar memuja-muja kuburan: percaya bahwa bangkai di dalam kubur itu masih punya semacam relasi dan otoritas ketuhanan, sampai akhirnya kita menuhankan mereka secara langsung atau perlahan-lahan.

Misi pendidikan yang bercita-cita melahirkan profil pelajar Pancasila hendaknya tidak melupakan pekerjaan rumah yang sangat besar dan teramat pelik ini. Kita menghadapi massa yang masih mengagungkan budaya nenek moyang yang sama sekali tidak relevan dengan perkembangan zaman dan keimanan orang beragama.

Peserta didik semestinya lulus sebagai orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan sebagai orang yang tunduk pada pesona para penghuni kubur yang ratusan makamnya tersebar di seantero kepulauan.

Peserta didik harus lulus sebagai orang yang berkebhinekaan global dan bernalar kritis, bukan orang fanatik yang memuja-muja budaya lokal tanpa rasionalitas dan pikiran kritis. Berakhlak mulia, bergotong royong dalam hidup bersama selaku bangsa. Bukannya suka memfitnah, memecah belah dan bertindak anarkis.

Di sinilah letaknya misi besar pendidikan.

Wallahu a'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun