Gangguan kepribadian: mitos vs realitas. Bisa sembuh total atau hanya bisa dikelola? Yuk, kita kupas tuntas!
Selamat datang, Sobat Psikologi! Kita semua tahu bahwa "personality disorder" atau gangguan kepribadian adalah isu yang kerap menjadi perbincangan hangat, bukan? Nah, topik seru hari ini adalah tentang apakah gangguan kepribadian bisa diobati atau hanya bisa dikelola? Mari kita telusuri!
Meluruskan Mitos tentang Gangguan Kepribadian
Mitos pertama yang sering beredar adalah gangguan kepribadian itu "penyakit seumur hidup" yang tidak bisa diubah. Tapi tunggu dulu, jangan terjebak dalam mitos ini. Kenyataannya, banyak orang dengan gangguan kepribadian yang berhasil melakukan perubahan signifikan dalam hidup mereka.
Mitos kedua, orang dengan gangguan kepribadian dianggap 'gila'. Wow, itu sungguh tidak adil! Sebenarnya, mereka hanya mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sosial mereka.
Mitos ketiga, bahwa gangguan kepribadian itu tidak bisa diobati. Tidak sepenuhnya benar. Gangguan kepribadian bisa dikelola dan dalam beberapa kasus, kondisinya bisa membaik dengan penanganan yang tepat.
Mengupas Arti 'Pengobatan' dan 'Pengelolaan'
Sobat Psikologi, penting untuk mengerti apa yang dimaksud dengan 'pengobatan' dan 'pengelolaan'. Jadi, 'pengobatan' di sini berarti proses mengatasi atau menghilangkan gejala. Sementara 'pengelolaan' adalah tentang cara kita mengendalikan atau mengatur gejala sehingga tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Kemudian, ada juga istilah 'recovery' atau pemulihan. Istilah ini tidak berarti 'sembuh total', tetapi lebih ke arah bisa hidup dengan gejala dan masih merasa bahagia dan puas.
Mungkin, ada yang bertanya-tanya, "Lantas, apakah gangguan kepribadian itu bisa sembuh total?" Nah, jawabannya ada di sub-heading selanjutnya!
Apakah 'Personality Disorders' Bisa Diobati?
Inilah pertanyaan seribu dolar! Menurut penelitian, gangguan kepribadian bisa membaik dengan terapi psikologis dan kadang-kadang obat. Artinya, gejala bisa berkurang dan orang dengan gangguan kepribadian bisa merasa lebih baik.
Namun, kita harus ingat bahwa setiap orang berbeda-beda. Ada orang yang merespons baik terhadap terapi, sementara ada juga yang tidak. Selain itu, apa yang dianggap 'sembuh' juga berbeda-beda bagi setiap orang.
Jadi, bisa dibilang, gangguan kepribadian bisa "diobati" dalam arti gejala bisa berkurang dan kondisi hidup bisa membaik. Tapi bukan berarti sembuh total dan tidak akan pernah mengalami gejala lagi.
Ataukah Hanya Dikelola?
Jadi, kalau tidak bisa sembuh total, apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya adalah 'pengelolaan'. Dengan teknik dan strategi yang tepat, orang dengan gangguan kepribadian bisa 'mengelola' gejalanya sehingga tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.
Terapi perilaku dialektik (DBT) dan terapi fokus schema (SFT) adalah dua jenis terapi yang telah terbukti efektif dalam membantu mengelola gejala gangguan kepribadian.
Pada dasarnya, pengelolaan ini bertujuan untuk membantu orang dengan gangguan kepribadian bisa menjalani kehidupan yang 'normal' dan bahagia, meski masih memiliki gejala.
Sebuah Contoh yang Menginspirasi
Pernah dengar kisah Budi? Budi adalah seseorang dengan gangguan kepribadian borderline yang sukses mengubah hidupnya. Dia mengikuti terapi DBT, belajar mengelola emosinya, dan kini bisa menjalani kehidupan yang produktif dan bahagia.
Kisah Budi ini membuktikan bahwa meski gangguan kepribadian tidak bisa 'sembuh total', tetap ada harapan untuk hidup lebih baik.
Menggenggam Harapan
Jadi, Sobat Psikologi, seandainya ada orang terdekat yang mengalami gangguan kepribadian, jangan cepat putus asa. Tetap ada harapan untuk memperbaiki kondisi dan menjalani hidup yang lebih baik.
Penting untuk mendapatkan dukungan dan penanganan yang tepat. Dengan bantuan terapi dan dukungan yang tepat, orang dengan gangguan kepribadian bisa merasakan peningkatan kualitas hidup.
Ingatlah selalu, mental health is no joke! Mari kita sama-sama belajar dan berempati kepada mereka yang sedang berjuang.
Selalu Ada Ruang untuk Belajar
Dalam perjalanan memahami gangguan kepribadian, selalu ada ruang untuk belajar. Jadi, teruslah mengeksplorasi dan memahami lebih dalam tentang topik ini.
Ingat, tidak ada pertanyaan yang bodoh. Jadi, jika ada hal yang masih membuat bingung, jangan ragu untuk mencari tahu lebih lanjut.
Menutup dengan Kata-Kata Bijak
Mari kita tutup pembahasan seru hari ini dengan kata-kata bijak. "Ketika kita berani memahami, kita mulai merasakan empati. Ketika kita berempati, kita mulai mencintai. Dan cinta, adalah kunci untuk menerima dan merawat orang dengan gangguan kepribadian."
Itulah pembahasan kita kali ini, Sobat Psikologi! Semoga bermanfaat dan jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan mental!
Referensi:
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.).
- National Institute of Mental Health. (2017). Personality Disorders.
- Chapman, A. L., & Gratz, K. L. (2016). The Borderline Personality Disorder Survival Guide: Everything You and Your Family Need to Know. New Harbinger Publications.
- Young, J. E., Klosko, J. S., & Weishaar, M. E. (2003). Schema therapy: A practitioner's guide. Guilford Publications.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI