Mohon tunggu...
denotasi digital
denotasi digital Mohon Tunggu... Content Writer -

Content Producent and Multification Media

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjelajah Semesta Mengikuti Kelahiran Matahari

19 Februari 2019   23:30 Diperbarui: 20 Februari 2019   00:43 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
space.desktopnexus.com

Denotasi Digital -- Matahari adalah ibu dari segala kehidupan. Dari dirinyalah bermula kehidupan dan melaluinya pulalah planet-planet dalam tata surya akan berakhir kelak. Mari menjelajah proses kelahiran sang surya dalam teropong waktu jutaan tahun silam!

Alkisah 4,6 milyar tahun yang lalu di ruang angkasa, awan gas (nebula) dan debu menggumpal serta mengerut diakibatkan oleh gelombang energi. Kemudian partikel di dalam awan mulai saling bertarikan akibat gravitasi, dan oleh sebab itu mulai berputar dalam satu arah yang sama. Ketika nebula terus berputar, gravitasi menarik materi ke pusat. Atom gas yang tertarik jatuh ke tengah menuju inti dan jumlahnya semakin banyak sehingga nebula menjadi terpampat dan suhunya pun makin meningkat. Massa pusat yang semakin panas dan padat itu kemudian memulai reaksi fusi hidrogen yang menjadi sumber utamanya. Dan terciptalah sebuah bintang yang disebut matahari.

Bukan hanya matahari, semua bintang dipercaya memiliki proses penciptaan yang serupa. Pada saat matahari semakin mengerut, laju perputarannya semakin meningkat sehingga melontarkan debu dan gas antarbintang di sekelilingnya. Sisa debu dan gas akan mengorbit matahari yang telah terbentuk. Perputaran debu dan gas ini saling menyatu dan membesar hingga akhirnya membentuk planet yang akan mengelilingi matahari sebagai pusatnya.

Matahari kini memiliki diameter sekitar 1. 392.648 km yang artinya kira-kira 109 kali diameter bumi. Dan massanya sekitar 21030 yang berarti 330.000 kali massa bumi. Secara komposisi kimiawi tiga perempat massa matahari adalah hidrogen, sedangkan sisanya didominasi oleh helium. Sedangkan sisa massanya terdiri dari oksigen, karbon, neon, besi, dll. 

Di umurnya yang menjelang 5 milyar tahun ini, matahari telah membakar setengah hidrogen dalam intinya. Pembakaran ini terus berlangsung kurang lebih 5 milyar tahun lagi. Ketika tiba waktu di mana hidrogen dan heliumnya telah habis, matahari akan runtuh dan berevolusi menjadi bintang kerdil putih. 

Apa yang bisa manusia lakukan kemudian? Tidak ada. Inilah desain alam raya. Semua harus berakhir untuk memulai sesuatu yang baru kembali. Layaknya legenda burung phoenix yang habis terbakar jadi debu. Dari debunya, akan tumbuh kehidupan baru. Bukan kebetulan jika Phoenix sendiri menjadi simbol pemujaan kebudayaan Mesir kuno untuk Ra, dewa matahari.

Sumber : 

Sagan, Carl. 1982. Planet. Jakarta: PT. Tira Pustaka.

Nationalgeographic.grid.id

Infoastronomy.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun