Mohon tunggu...
Deni Toruan
Deni Toruan Mohon Tunggu... Guru - Pendukung Timnas Belanda

Pendukung Timnas Belanda

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Menyikapi Revolusi Industri 4.0

31 Mei 2019   03:47 Diperbarui: 31 Mei 2019   04:40 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini kita sering mendengar terminologi baru Revolusi Industri 4.0 (RI. 4.0). Para perusahaan konsultan kelas dunia seperti KPMG, PwC, Boston Consulting membuat buku putih yang berisi gambaran dan arahan tentang RI. 4.0. Banyak media massa mengulas RI. 4.0 dalam bentuk berita atau opini. Tak hanya itu, di Indonesia, Presiden Jokowi dan beberapa menteri juga sering membahasnya dalam berbagai kesempatan di pertemuan formal. Forum akademik juga sudah mulai sering dan serius mendiskusikannya.


Apa sebenarnya RI. 4.0 itu. Mengapa disebut RI. 4.0 dan apa saja karakteristik yang dimilikinya?

Mungkin untuk memahaminya, kita perlu melihat ke belakang mengenai perjalanan dan perkembangan dunia industri. Revolusi industri yang pertama dimungkinkan dan dipercepat oleh Newton, yaitu ketika dia memformulasi hukum-hukum tentang gerak. Dari hukum-hukum gerak Newton maka dimungkinkan untuk mendesain mesin uap. Mesin uap ini banyak digunakan untuk membantu pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh tenaga manusia.

Revolusi industri yang kedua dimungkinkan dan dipercepat oleh penemuan Faraday dan Maxwell, yaitu penemuan tentang tenaga listrik dan magnet. Penemuan ini mengarah kepada produksi listrik dan motor listrik, yang menjadi komponen penting dalam proses perakitan di industri. Revolusi industri yang ketiga dimungkinkan dengan penemuan transistor, yang membawa peradaban manusia kepada era elektronik dan pada perkembangannya memberi kita komputer dan internet.

Sementara itu, revolusi industri yang ke-empat (RI. 4.0) akan merevolusi industri secara mendasar, yang membuat banyak pekerjaan saat ini tidak akan ada lagi pada 25 tahun mendatang. RI. 4.0 melakukan proses digitalisasi pada proses bisnis di seluruh organisasi perusahaan. Tidak hanya itu, produk dan model bisnis juga mengalami digitalisasi. Sebagai gambaran dari proses digitalisasi ini, pada akhirnya diharapkan mesin-mesin pabrik dapat bergerak dan bekerja sendiri secara otonom untuk menghasilkan barang sesuai dengan kebutuhan pengguna secara real-time. Dan ketika mesin ini mendapat informasi dari barang-barang yang ada di konsumen, mesin ini akan mampu belajar dan kemudian membuat produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Apakah angan-angan yang disampaikan di atas terlalu maju? Untuk saat ini mungkin jawabannya iya. Namun di masa mendatang, ketika sembilan pilar RI. 4.0 yang meliputi: robot otonom, big data, internet of things, augmented reality, cloud computing, integrasi sistem, simulasi, manufaktur aditif, dan keamanan siber dipadukan dan dihubungkan dengan komunikasi kecepatan tinggi, maka aplikasi yang seperti mimpi di atas akan dapat diwujudkan.

Yang menjadi pertanyaan, kalau arah dan target dari RI. 4.0 dapat diwujudkan, bagaimana pengaruhnya terhadap lapangan pekerjaan di masa mendatang. Apakah sama dengan revolusi industri sebelumnya, bahwa lapangan pekerjaan akan semakin bertambah dengan adanya perubahan teknologi yang digunakan?

Untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya saya harus bersetuju dengan pandangan Kenneth Baker, Ketua Edge Foundation, yang juga mantan Menteri Teknologi Informasi pada era Margareth Thatcher yang ditulisnya dalam sebuah laporan berjudul "The Digital Revolution". Untuk revolusi industri pertama sampai revolusi industri ketiga, revolusi teknis lebih banyak menciptakan dari pada menghilangkan pekerjaan. Revolusi yang dihasilkan oleh mesin uap menciptakan lebih banyak pekerjaan dibanding yang hilang karena pekerja tangan, revolusi yang dihasilkan oleh mobil pada tahun 1890 membuat lebih banyak pekerjaan dibanding yang hilang karena angkutan kereta kuda, dan revolusi silikon pada tahun 1960-1970 membuat lebih banyak pekerjaan dari pada yang hilang karena pekerjaan tenaga pengetik dan administrasi. Namun menurut Baker, RI. 4.0 berbeda jauh dari para pendahulunya. RI. 4.0 tidak akan mengikuti pola yang ada pada revolusi industri pertama sampai revolusi ketiga. Ada empat alasan yang Baker sodorkan untuk memperkuat argumennya.

Yang pertama, perubahan teknologi yang terjadi saat ini sangat cepat. Saat ini perubahaan bisa terjadi dalam 10 bulan, 10 minggu, bahkan dalam 10 hari. Satu produk alat komunikasi baru yang sangat canggih bisa usang dalam waktu hanya 3 tahun saja. Yang kedua, agen-agen yang memungkinkan revolusi digital sangat banyak dan bertumbuh dengan cepat. Daftar panjang sudah ada, seperti: kecerdasan buatan, Big Data, mobile internet, cloud computing, robot industri dan robot rumah, internet of things, mobil otonom, drone, printer 3D, augmented reality, nano-technology, machine learning. Enam bulan atau setahun lagi, daftar ini dapat bertambah dari hasil penemuan dan inovasi.

Yang ketiga, puluhan bahkan ratusan juta orang dapat mengakses data base yang sangat besar dari seluruh penjuru dunia. Hal ini memungkinkan uji coba dan kegiatan inovasi tidak hanya ada pada pusat penelitian dan inovasi saja, tetapi dapat berasal dari talenta-talenta perseorangan di rumah, kantor atau perusahaan mereka. Alasan yang keempat, saat ini tersedia dana yang sangat besar untuk investasi riset, inovasi dan pengembangan agen-agen revolusi digital. Sebagai gambaran, pada tahun 2014, tercatat dana sebesar $ 6,5 milliar diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan start-up teknologi.

Dengan revolusi digital yang ada, saat ini tidak hanya pekerjaan rutin dan berulang yang menghadapi resiko. Algoritma memungkinkan komputer menyaring informasi dari himpunan data yang sangat besar, Big Data, dan kemudian mampu mengambil kesimpulan dan keputusan. Hal ini akan mengambil jam kerja orang, dan memungkinkan hilangnya pekerjaan pada sektor jasa seperti: perbankan, customer service dan tele-marketing.
Pekerjaan lain juga banyak terancam dengan revolusi digital yang sudah mulai mendekat. Komputer mampu membaca kasus-kasus hukum lebih cepat dibanding pengacara. Program komputer mampu mengurangi kebutuhan tenaga akuntan. Komputer mempunyai kemampuan memory yang sangat besar dibanding seorang dosen sehingga dapat menyediakan informasi kepada peserta didik tanpa rasa lelah. Bahkan sangat mungkin menggunakan algoritma untuk mempercepat diagnosa kondisi kesehatan. Dengan berbagai contoh di atas maka bukan tidak mungkin kecerdasan buatan, kemampuan komputer yang andal dan teknologi robot yang semakin canggih akan mengambil pekerjaan pengacara, akuntan, dosen dan dokter.

Satu lagi contoh lain dari revolusi digital yang disruptif adalah hempasan keras yang disebabkan oleh kendaraan otomatis tanpa supir. Kendaraan otonom yang diproduksi oleh Google membuat orang terkagum-kagum. Namun revolusi yang sebenarnya akan dimulai ketika truk otonom yang diproduksi Mercedes mulai beroperasi. Di Amerika, ada lebih 3 juta supir truk. Kondisi ini membuat ada lowongan kerja sebagai supir truk sebanyak 20.000 pertahun. Apabila truk tanpa supir dan teknologi pengendalian satelit diterapkan maka pasar kerja supir truk akan berubah secara drastis. Belum lagi memperhitungkan orang-orang yang bekerja dan terlibat di industri pengakutan truk yang lebih dari 8,7 juta orang. Orang-orang yang bekerja di restoran, hotel dan pusat layanan yang tergantung kepada supir truk akan semakin sedikit dibutuhkan ketika mobil otonom memenuhi jalan-jalan di Amerika.

Sampai saat ini memang belum ada studi yang yang detail dan komprehensif mengenai dampak disruptif RI. 4.0 kepada ketersediaan lapangan pekerjaan di masa mendatang. Namun sebagai gambaran, kita bisa berkaca kepada teknologi komputerisasi dan otomatisasi yang disruptif, yang bisa dikategorikan sebagai Revolusi Industri 3.5. (RI. 3.5). Pada tahun 2015, Bank of England menyatakan akan ada sampai 15 juta pekerjaan yang hilang karena penerapan otomatisasi di Inggris. Pekerjaan yang paling beresiko adalah bagian administrasi, staf kantor, dan bagian produksi. Pada tahun 2016, laporan berjudul "The Future of Job" diterbitkan di World Economic Forum di Davos. Disana, penulisnya mencatat bahwa untuk interval 2015-2020 akan ada 7.1juta pekerjaan yang hilang dan 2juta pekerjaan yang baru akibat komputerisasi dan otomatisasi. Sehingga ada total 5jt pekerjaan yang hilang dan tak mempunyai pengganti. Sebagian besar pekerjaan yang hilang adalah bagian administrasi, staf kantor, tele-marketing dan bagian produksi.

Dibanding dampak RI 3.5, tentu jumlah pekerjaan yang hilang akan jauh lebih banyak disebabkan oleh RI 4.0. Pekerjaan yang hilang atau tergantikan bukan hanya pekerjaan yang bersifat berulang, seperti staf admistrasi, staf kantor dan bagian produksi, tetapi juga pekerjaan-pekerjaan yang lebih kompleks seperti supir, tenaga pengajar, analis keuangan, bagian pemasaran, pengacara, pembaca berita, dll. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana kita menyikapi hempasan RI. 4.0 ini?

Tentu kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan agar mampu beradaptasi dan berinovasi dengan agen-agen pembentuk RI. 4.0. Karena RI 4.0 lebih dominan berhubungan dengan data digital dan komunikasi data yang andal dan aman, maka untuk merealisasikan RI 4.0 akan dibutuhkan banyak orang yang berlatar belakang teknologi informasi dan komunikasi. Akan dibutuhkan orang-orang yang mempunyai keahlian dalam bidang pemrograman sistem, pemrograman aplikasi, desain sistem, pengelolaan dan analisis big data, desain grafis dan antar muka, keamanan aplikasi, keamanan jaringan, sistem tertanam, robotika, dan keahlian IT lainnya. Seperti yang disampaikan sebelumnya, umur suatu inovasi teknologi pada RI 4.0 akan sangat singkat. Karena itu, selain pengetahuan dan keahlian teknis, talenta-talenta yang ada juga perlu dibekali kemampuan berpikir kritis, berpikir secara sistem, bekerja dalam tim dan komunikasi antar personal yang baik. Sehingga ketika suatu saat ada perubahan, para talenta tersebut mampu bekerja bersama dalam tim untuk menciptakan inovasi baru yang mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Walaupun berusaha menyiapkan sumber daya manusia seperti yang disampaikan di atas, menurut saya kerisauan Kenneth Baker akan tetap terjadi. RI. 4.0 akan membuat pekerjaan yang hilang dan pekerjaan yang baru tercipta akan sangat tidak berimbang. Akan jauh lebih banyak pekerjaan yang hilang dibanding pekerjaan baru yang diciptakan. Untuk itu, agar tidak membuat kerugian yang sangat fatal, saya pikir fenomena ini perlu diintervensi melalui suatu peraturan yg baku. Kita tidak bisa terlalu liberal, bertarung dan berkompetisi secara bebas dengan agen-agen RI. 4.0. Kita pasti kalah. Untuk kasus di Indonesia, harus ada ketentuan yang mengatur bagian pekerjaan mana saja yang dapat dimasuki oleh agen RI. 4.0 dan mana yang harus steril. Kalau memungkinkan, dalam ketentuannya diatur dan ditekankan agar hubungan tenaga manusia dengan agen RI. 4.0 lebih bersifat hubungan komplementer, bukan selalu hubungan subsitusi.

Untuk mengakhiri, saya teringat dengan satu program televisi di BBC beberapa hari lalu. Faktanya, jumlah orang yang mau bekerja sebagai pemetik buah strawberry di Scotlandia berkurang tahun demi tahun. Sampai saat ini, pekerjaan pemetik buah menjadi satu pekerjaan yang belum mampu dimekanisasi atau diotomatisasi. Untuk mengatasi persoalan ini, para peneliti di Surrey University membuat satu robot pintar yang mampu memetik buah strawberry secara tepat dan hati-hati. Robot ini diprogram mampu memilih strawberry berdasarkan ukuran dan degradasi warna. Di samping itu, robot juga harus mampu berpikir seperti manusia, mampu memilih mana strawberry yang sudah layak petik, walaupun ruangannya lebih gelap karena cuaca. Sangat dipahami kalau teknologi robot ini diterapkan di Skotlandia karena di sana mereka memang kekurangan tenaga pemetik buah strawberry. Yang tidak bisa saya bayangkan, bagaimana kalau robot yang pintar ini dibawa ke Tapanuli atau Tanah Karo. Berapa banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena aktivitas memetik kopi atau jeruk sudah diambil alih secara efektif dan efisien oleh para robot pintar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun