Mohon tunggu...
Deni Toruan
Deni Toruan Mohon Tunggu... Guru - Pendukung Timnas Belanda

Pendukung Timnas Belanda

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Menyikapi Revolusi Industri 4.0

31 Mei 2019   03:47 Diperbarui: 31 Mei 2019   04:40 1792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Satu lagi contoh lain dari revolusi digital yang disruptif adalah hempasan keras yang disebabkan oleh kendaraan otomatis tanpa supir. Kendaraan otonom yang diproduksi oleh Google membuat orang terkagum-kagum. Namun revolusi yang sebenarnya akan dimulai ketika truk otonom yang diproduksi Mercedes mulai beroperasi. Di Amerika, ada lebih 3 juta supir truk. Kondisi ini membuat ada lowongan kerja sebagai supir truk sebanyak 20.000 pertahun. Apabila truk tanpa supir dan teknologi pengendalian satelit diterapkan maka pasar kerja supir truk akan berubah secara drastis. Belum lagi memperhitungkan orang-orang yang bekerja dan terlibat di industri pengakutan truk yang lebih dari 8,7 juta orang. Orang-orang yang bekerja di restoran, hotel dan pusat layanan yang tergantung kepada supir truk akan semakin sedikit dibutuhkan ketika mobil otonom memenuhi jalan-jalan di Amerika.

Sampai saat ini memang belum ada studi yang yang detail dan komprehensif mengenai dampak disruptif RI. 4.0 kepada ketersediaan lapangan pekerjaan di masa mendatang. Namun sebagai gambaran, kita bisa berkaca kepada teknologi komputerisasi dan otomatisasi yang disruptif, yang bisa dikategorikan sebagai Revolusi Industri 3.5. (RI. 3.5). Pada tahun 2015, Bank of England menyatakan akan ada sampai 15 juta pekerjaan yang hilang karena penerapan otomatisasi di Inggris. Pekerjaan yang paling beresiko adalah bagian administrasi, staf kantor, dan bagian produksi. Pada tahun 2016, laporan berjudul "The Future of Job" diterbitkan di World Economic Forum di Davos. Disana, penulisnya mencatat bahwa untuk interval 2015-2020 akan ada 7.1juta pekerjaan yang hilang dan 2juta pekerjaan yang baru akibat komputerisasi dan otomatisasi. Sehingga ada total 5jt pekerjaan yang hilang dan tak mempunyai pengganti. Sebagian besar pekerjaan yang hilang adalah bagian administrasi, staf kantor, tele-marketing dan bagian produksi.

Dibanding dampak RI 3.5, tentu jumlah pekerjaan yang hilang akan jauh lebih banyak disebabkan oleh RI 4.0. Pekerjaan yang hilang atau tergantikan bukan hanya pekerjaan yang bersifat berulang, seperti staf admistrasi, staf kantor dan bagian produksi, tetapi juga pekerjaan-pekerjaan yang lebih kompleks seperti supir, tenaga pengajar, analis keuangan, bagian pemasaran, pengacara, pembaca berita, dll. Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana kita menyikapi hempasan RI. 4.0 ini?

Tentu kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan agar mampu beradaptasi dan berinovasi dengan agen-agen pembentuk RI. 4.0. Karena RI 4.0 lebih dominan berhubungan dengan data digital dan komunikasi data yang andal dan aman, maka untuk merealisasikan RI 4.0 akan dibutuhkan banyak orang yang berlatar belakang teknologi informasi dan komunikasi. Akan dibutuhkan orang-orang yang mempunyai keahlian dalam bidang pemrograman sistem, pemrograman aplikasi, desain sistem, pengelolaan dan analisis big data, desain grafis dan antar muka, keamanan aplikasi, keamanan jaringan, sistem tertanam, robotika, dan keahlian IT lainnya. Seperti yang disampaikan sebelumnya, umur suatu inovasi teknologi pada RI 4.0 akan sangat singkat. Karena itu, selain pengetahuan dan keahlian teknis, talenta-talenta yang ada juga perlu dibekali kemampuan berpikir kritis, berpikir secara sistem, bekerja dalam tim dan komunikasi antar personal yang baik. Sehingga ketika suatu saat ada perubahan, para talenta tersebut mampu bekerja bersama dalam tim untuk menciptakan inovasi baru yang mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada.

Walaupun berusaha menyiapkan sumber daya manusia seperti yang disampaikan di atas, menurut saya kerisauan Kenneth Baker akan tetap terjadi. RI. 4.0 akan membuat pekerjaan yang hilang dan pekerjaan yang baru tercipta akan sangat tidak berimbang. Akan jauh lebih banyak pekerjaan yang hilang dibanding pekerjaan baru yang diciptakan. Untuk itu, agar tidak membuat kerugian yang sangat fatal, saya pikir fenomena ini perlu diintervensi melalui suatu peraturan yg baku. Kita tidak bisa terlalu liberal, bertarung dan berkompetisi secara bebas dengan agen-agen RI. 4.0. Kita pasti kalah. Untuk kasus di Indonesia, harus ada ketentuan yang mengatur bagian pekerjaan mana saja yang dapat dimasuki oleh agen RI. 4.0 dan mana yang harus steril. Kalau memungkinkan, dalam ketentuannya diatur dan ditekankan agar hubungan tenaga manusia dengan agen RI. 4.0 lebih bersifat hubungan komplementer, bukan selalu hubungan subsitusi.

Untuk mengakhiri, saya teringat dengan satu program televisi di BBC beberapa hari lalu. Faktanya, jumlah orang yang mau bekerja sebagai pemetik buah strawberry di Scotlandia berkurang tahun demi tahun. Sampai saat ini, pekerjaan pemetik buah menjadi satu pekerjaan yang belum mampu dimekanisasi atau diotomatisasi. Untuk mengatasi persoalan ini, para peneliti di Surrey University membuat satu robot pintar yang mampu memetik buah strawberry secara tepat dan hati-hati. Robot ini diprogram mampu memilih strawberry berdasarkan ukuran dan degradasi warna. Di samping itu, robot juga harus mampu berpikir seperti manusia, mampu memilih mana strawberry yang sudah layak petik, walaupun ruangannya lebih gelap karena cuaca. Sangat dipahami kalau teknologi robot ini diterapkan di Skotlandia karena di sana mereka memang kekurangan tenaga pemetik buah strawberry. Yang tidak bisa saya bayangkan, bagaimana kalau robot yang pintar ini dibawa ke Tapanuli atau Tanah Karo. Berapa banyak orang yang kehilangan pekerjaan karena aktivitas memetik kopi atau jeruk sudah diambil alih secara efektif dan efisien oleh para robot pintar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun