Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist

Geologist | Open Source Software Enthusiast | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Oliver Twist: Gambaran Sosial Era Revolusi Industri

2 April 2020   07:40 Diperbarui: 2 April 2020   07:58 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah hampir tiga minggu bekerja dari rumah, saya mulai merasa sedikit bosan. Untuk sementara waktu kebiasaan berjalan kaki dan naik kendaraan umum tidak bisa dilakukan karena kondisi darurat Covid-19. Ingin rasanya berjingkrak-jingkrak dan berlarian di dalam rumah, tetapi kemudian niat saya urungkan karena takut dianggap istri kurang waras. Akhirnya berkat artikel di Kompasiana, saya menemukan alternatif penghilang bosan tanpa perlu keluar rumah: membaca buku (legal) dari aplikasi Ipusnas.

Oliver Twist adalah judul buku yang pertama kali saya cari di aplikasi tersebut. Setahun yang lalu adalah terakhir kali saya melihat Oliver Twist di rak sebuah toko buku. Pilihan tidak jatuh kepadanya karena saya keburu kepincut dengan The Phantom of the Opera yang ceritanya terkesan gelap. Setelah menggulung halaman demi halaman rupanya cerita Oliver Twist punya kesan yang tidak kalah gelap.

Oliver Twist adalah seorang bocah yatim piatu yang tinggal di sebuahpenampungan di Inggris. Bocah pendek ini harus tinggal di sana lantaran ibunya terlantar di jalan dan meninggal saat melahirkannya. Kehidupan dirumah penampungan pun sangat menyedihkan. Oliver dikelilingi orang dewasa serakah yang tidak segan menggunakan uang bantuan dari negara untuk kepentingan sendiri. Di sisi lainanak-anak asuhan dibiarkan makan seadanya dan bekerja keras, sebuah hal yang lumrah terjadi di Inggris pada era 1800-an.

Kehidupan Oliver berubah saat ia mulai membangkang dan memutuskan kabur dari rumah Tuan Sowerberry yang mempekerjakannya. Di perjalanan panjang selama tujuh hari dengan berjalan kaki menuju London, Oliver bertemu dengan Artful Dodger. Dodger lantas memperkenalkan Oliver kepada Fagin, pimpinan komplotan pencuri. Fagin membuat anak-anak, termasuk Oliver bekerja untuknya.

Debut Oliver gagal karena nuraninya berkata yang dilakukan komplotan pencuri ini salah. Kepolosannya membawa Oliver bertemu dengan Tuan Brownlow, orang kaya baik hati yang selalu berprasangka baik tentang Oliver. Komplotan pencuri tidak mau kehilangan oliver dan terus mencari keberadaannya. Aksi petak umpet ini mengantarkan Oliver kepada pertemuan yang tidak terduga dengan orang-orang yang ternyata berkaitan dengan masa lalu keluarganya.

Charles Dickens mengarahkan pembaca untuk memahami perkara sosial yang terjadi di Inggris pada era revolusi industri. Kelaparan, buruh yang tinggal di tempat kumuh, tenaga kerja anak, dan kriminalitas merupakan penyakit masyarakat yang umum dijumpai. Bagi yang sudah pernah membaca Sherlock Holmes, anda akan merasakan atmosfir kondisi sosial masyarakat yang hampir serupa.

Alur maju yang lambat terutama pada awal cerita membuat pembaca ikut larut dalam penderitaan Oliver yang hidup sendiri dan kesepian. Dalam hati saya sempat berkata, “Penderitaan anakini gak ada habisnya. Tega banget penulis bikin cerita kayak gini”.Kita akan dibuat gregetankarena Oliver tidak juga kabur dari kekejaman orang-orang di sekitarnya.

Buku ini juga mengedepankan perilaku masyarakat kebanyakan yang terjebak pada stereotipe tertentu yang melekat pada orang atau golongan. Oliver Twist beberapa kali dianggap kasar dan tidak tahu diri hanya karena ia berasal dari rumah penampungan. Ia kerap dituduh sebagai kriminal padahal debutnya sebagai copet saja sudah gagal. Tidak hanya masyarakat umum, beberapa orang kaya pun menaruh curiga pada Oliver kecil.

Informasi Buku

  • Judul                         : Oliver Twist
  • Versi                         : Elektronik (Ipusnas)
  • Penulis                     : Charles Dickens
  • Tahun Terbit         : 1979 (Cetakan pertama)
  • Penyunting            : Sunarya P. K.
  • Penerbit                  : PT. Dunia Pustaka Jaya (Bandung)
  • Tebal Halaman     : 160halaman

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun