Mohon tunggu...
Deni Miftarani
Deni Miftarani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif STIE IEU Yogyakarta dengan jurusan D3 Manajemen Pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Reskilling atau Bangkrut: Selamatkan Bisnis dari Badai Digital!

10 Oktober 2025   15:25 Diperbarui: 10 Oktober 2025   16:20 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Metode SDM yang mengandalkan rekrutmen eksternal secara konstan dan program pelatihan formal tahunan sudah tidak lagi efektif. Merekrut dari luar adalah pendekatan yang mahal dan memakan waktu, perebutan talenta digital menaikkan biaya gaji secara tidak berkelanjutan dan proses adaptasi karyawan baru dapat memakan waktu hingga satu tahun untuk mencapai kapasitas penuh (Bhattacharya et al., 2023).

Selain itu, pelatihan formal konvensional yang menghabiskan waktu berminggu-minggu di kelas merupakan pemborosan sumber daya yang mengasumsikan keterampilan bersifat statis. Model ini gagal karena tidak mampu menyamai laju perubahan teknologi. Intinya, menanti talenta digital muncul di pasar atau mengandalkan pembelajaran yang linear sama dengan mengakui kekalahan total dari gelombang disrupsi. Perusahaan wajib membangun kompetensi yang dibutuhkan dari dalam, bukan semata-mata membelinya.

III. TAKTIK CEPAT RESKILLING (MENGKONVERSI TENAGA KERJA MENJADI ASET MASA DEPAN)

Reskilling merupakan instrumen strategis untuk membalas serangan badai digital dengan mengubah tenaga kerja yang ada menjadi modal masa depan, sambil mempertahankan institutional knowledge mereka yang berharga. Kesuksesan terletak pada implementasi taktik yang sangat cepat dan terfokus.

A. Fokus pada Potensi, Bukan Riwayat Jabatan

Langkah krusial dalam reskilling yang cepat adalah menggeser perspektif penilaian, dari menilai apa yang telah dicapai karyawan menjadi potensi pembelajaran mereka. Perusahaan harus mengadopsi kerangka evaluasi yang menekankan pada:

Growth Mindset dan Ketahanan (Resilience): Mengidentifikasi individu yang menunjukkan keingintahuan tinggi, kesediaan untuk menerima risiko, dan kemampuan untuk bangkit kembali dari kegagalan (Deloitte, 2023).

Kapabilitas Kognitif: Menilai kecepatan belajar (learnability), pemikiran logis, dan kemampuan pemecahan masalah. Kualitas-kualitas ini sulit diajarkan (hard-to-train), jauh lebih bernilai daripada keahlian pada perangkat lunak tertentu yang mungkin akan segera tergantikan.

Taktik ini memungkinkan perusahaan menemukan Staf Administrasi yang memiliki potensi beralih fungsi menjadi Data Entry Specialist atau staf Penjualan yang dapat bertransformasi menjadi Customer Success Analyst dengan dukungan AI.

B. Program Intensif "Bootcamp" Internal Jalur Kilat

Mengabaikan kurikulum akademis yang panjang, reskilling taktis harus dirancang sebagai program Bootcamp Internal yang sangat ringkas (ideal 3-6 bulan) dan terfokus pada kompetensi praktis yang langsung dapat diterapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun