Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hal-hal yang Menyebabkan Orang Indonesia Berpikir Konsumtif

30 November 2017   15:48 Diperbarui: 30 November 2017   16:21 3899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: gayahidupmu.com

Fenomena rasa ingin bersaing tersebut, adalah pemandangan umum yang ada di indonesia. Dimana dengan rasa persaingan tersebut, tentu pola konsumtif akan semakin luas berkembang dimasyarakat. Dimana orang membeli barang bukan karena kebutuhan yang penting, tetapi untuk pamer dan bersaing.

Sebagai contoh, membeli laptop dengan spesfikasi tinggi alias "Spek Dewa" hanya untuk pamer bahwa laptopnya jauh lebih baik dari rekan sekampus atau sekantornya. Padahal ia menggunakan laptop itu hanya sekedar untuk Microsoft word, microsoft exel, power pointdan browser. Dimana dengan laptop Middle End alias spek minimum saja cukup untuk menjalankan keempat aplikasi kantoran ringan tersebut. Bukan untuk desain, editing video, photoshop atau bergerak dibidang multimedia lainnya yang membutuhkan laptop "Spek Dewa".

Gampang terpengaruh iklan tanpa mencernanya terlebih dahulu

Disini saya bukannya sepenuhnya menyalahkan dunia periklanan atau marketing. Karena tanpa adanya marketing, produk yang ditawarkan tidak akan dikenali oleh masyarakat luas. Dan itu sah-sah saja.Tetapi pola pikir masyarakat Indonesia itu sendiri yang tidak mencerna secara utuh pola dari iklan produk yang berkembang tersebut.

Dalam dunia marketing alias iklan, tentu pemasaran produknya secara berlebihan atau sering disebut Hiperrealitas adalah hal yang umum kita lihat ditelevisi. Sebagai contoh, bagaimana mungkin seorang yang meminum salah satu produk susu coklat bisa dalam beberapa detik saja menjadi berlari begitu cepat. Itulah yang disebut Hiperrealitas, dimana dalam iklan, unsur kenyataan dan dunia alam bawah sadar seakan menyatu dan kabur perbedaannya.

Karena memang tanpa adanya unsur Hiperrealitas, maka unsur menarik dari produk dan iklan tersebut tidak akan ada. Disini kita sebagai masyarakat, harus bisa mencerna dan memilah-milah pesan-pesan yang terdapat pada iklan-iklan tersebut. Dimana kita sebagai masyarakat harus menjadi konsumen yang cerdas.

Sehingga kita harus bisa memilih, mana produk yang layak dibeli sesuai dengan kebutuhan dan mana yang tidak. Karena dengan begitu, maka kita akan bisa sedikit menghilangkan pola budaya konsumtif yang mendera masyarakat kita.

Terpengaruh oleh iklan sih sah-sah saja, tetapi alangkah lebih baiknya jika kita cerdas memilih dan memilah, apakah benar produk yang akan kita beli akan seperti yang ada di iklannya.

Terutama barang elektronik yang menuntut kita untuk harus lebih jeli. Karena jika kita gampang terpengaruh iklan yang hiperrealitas  tadi tanpa jeli memilih dan memilah dengan baik. Maka penyesalan akan datang belakangan, karena barang elektronik sekali rusak alias salah membeli produk, maka harga jual kembali akan "Terjun Bebas".

Cepat bosan dan selalu ingin up to date

Ini adalah yang banyak dialami oleh masyarakat kita. Sebagai contoh, ketika saya memiliki mobil yang masih sangat baik kondisinya, tetapi disuatu ketika saya merasa bosan dengan mobil tersebut. Sehingga membuat saya ingin membeli mobil yang lebih bagus, padahal mobil yang saya pakai kini masih dalam kondisi baik dan masih layak pakai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun