Mohon tunggu...
Demanda Bima
Demanda Bima Mohon Tunggu... Seniman - rwa bhineda

rwa bhineda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Antara "Tahlilan", Nilai Kolektif, dan Toleransi Bangsa Indonesia

3 Agustus 2018   02:44 Diperbarui: 4 Agustus 2018   18:37 3012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah makanan tersedia makanan, daging, ikan serta minuman keras. Setelah makan dan minum sampai mabuk, para peserta bersetubuh ramai-ramai. Setelah nafsu perut dan syahwat terlampiaskan, mereka melakukan semedi.

Tradisi tersebut pelan-pelan diganti oleh Sunan Ampel dengan kenduran, di mana upacara ritualnya terdiri dari kaum laki-laki berpakaian agamis, mengepung tumpeng minuman teh manis dan makan bersama, selebihnya dibawa pulang sebagai "berkat" (nasi barokah karena sudah mengalami penyucian melalui doa).

Ilustrasi Pribadi
Ilustrasi Pribadi
Mencermati tentang fenomena masyarakat Muslim yang beraneka ragam faham dan aliran menyisahkan beberapa hal yang menarik dan penting untuk dikaji dan diteliti. Salah satu dari keanekaragaman paham dan aliran itu lalu menciptakan karakteristik ekspresi relegi dalam bentuk khazanah budaya-agama. Atau dengan kata lain bagaimana seorang atau kelompok (jamaah) untuk mengekspresikan pengalaman religiusnya yang khas. 

Dari simbol-simbol keberagamaan itu tidak hanya sebagai pemenuhan religiusnya saja, akan tetapi lebih dari itu mampu membangun solidaritas sosial, resiliensi, bahkan bisa saja sebagai mediasi untuk kekuatan politik dan pembangunan bangsa.

Resiliensi kolektif merupakan gagasan tentang bagaimana ketahanan masyarakat dalam menghadapi tekanan dan tantangan hidup melalui pengembalian fungsi relasi sosialnya (Kirmayer et al., 2009).

Resiliensi sendiri banyak digunakan dalam istilah ekologi dan psikologi untuk menggambarkan carring capacity dan kemampuan untuk mengatasi diri dari tekanan dan stres. Seperti halnya individu, masyarakat juga memiliki kekuatan dan kelemahan dalam mengatasi permasalahan hidup dan mengusahakan keberlanjutan hidupnya.

Membangun resiliensi dengan upaya membangun manusia menuju kehidupan yang lebih sehat adalah upaya dinamis di tengah masyarakat, membangun resiliensi menyediakan ruang interaksi antara aspek psikologis manusia dengan lingkungannya (Benard, 2002). Interaksi semacam ini akan mengembalikan dan memperkuat identitas budaya (khususnya bagi masyarakat tradisional). 

Keterkaitan antara resiliensi masyarakat dan lingkungan alam, bersifat resiprokal untuk kelompok masyarakat tradisional yang masih memiliki kebiasaan mengambil dan meramu dari alam (Adger, 2000). 

Memperkuat resiliensi masyarakat tradisional selalu berfokus pada kehidupan anak-anak, keluarga mereka dan tradisi mereka dalam menjalani hidup sehari-hari yang masih terikat dengan sistem natural lingkugan alam tempat mereka hidup (Masten, 2002).

Penguatan identitas etnik pada pribadi-pribadi yang berasal dari kelompok masyarakat tradisional yang terpinggirkan menjadi penting untuk menumbuhkan rasa percaya dir, sekaligus mengembangkan kesadaran (Banks, 2010).

Mengenai agama dan politik, cara-cara yang terinci di mana agama dan politik diasosiasikan dalam berbagai masyarakat sejak lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun