Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ekolinguistik, Mengungkap Masalah Lingkungan dalam Ragam Bahasa

9 Mei 2023   11:17 Diperbarui: 18 Mei 2023   21:11 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keenam, ekologi mendalam (deep ecology) mengakui nilai intrinsik manusia, tumbuhan, hewan, hutan dan sungai, yaitu nilai mereka di luar penggunaan langsung dan jangka pendek bagi manusia. Menyadari nilai alam, cenderung mendorong manusia untuk melindungi dan melestarikan kondisi yang mendukung semua kehidupan, termasuk kehidupan manusia. 

Ekologi mendalam melahirkan gerakan-gerakan ekologis yang cukup beragam. The Transition Movement, misalnya, mendasarkan kepada filsafat "ketahanan" sebagai tujuan utama, karena perubahan iklim dan penipisan minyak menyebabkan penurunan kemampuan bumi yang tak terelakkan untuk mendukung kehidupan manusia. 

Transisi adalah lokalis dalam mendorong komunitas untuk mendapatkan kembali ikatan dan keterampilan untuk menjaga satu sama lain dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri di luar ekonomi internasional yang bergejolak dan tidak dapat diandalkan. 

Sementara, The Dark Mountain Project melihat harapan "ketahanan" sebagai terlalu optimis, dan bertujuan untuk menghasilkan cerita baru bagi para penyintas untuk hidup setelah runtuhnya peradaban industri yang tak terelakkan. 

Tujuan dari The Dark Mountain Project adalah untuk menemukan cerita yang tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu dan menganggap manusia sebagai bagian dari dunia alami daripada penakluknya.

Keragaman pilihan ekosofi dalam ekolinguistik tidak harus membuat kita bingung. Seorang ekolinguis akan memahami dan menggunakan ekosofi sebagai dijelaskan dalam banyak literatur, tentu dengan pertimbangan mendalam berdasarkan bukti dan pengalamannya dalam menjalani kehidupan di dunia manusia dan jagat alam. 


Bahkan, ekolinguis bisa mengembangkan ekosofi versinya sendiri dengan cara mengadopsi dan menggabungkan beberapa ekosofi yang sudah berkembang untuk memunculkan ekosofi yang relatif baru.

Menjalankan Ekolinguistik: Meningkatkan Kesadaran Bahasa Kritis  

Berdasarkan paparan di atas, untuk membahas teks kebahasaan dengan ekolinguistik, Stibbe menjabarkan beberapa hal yang bisa dipertimbangkan dan diperhatikan. 

Pertama, fokus kepada teks yang memuat cerita-certa yang memiliki (atau berpotensi memiliki) dampak signifikan tidak hanya terkait bagaimana orang memperlakukan orang lain, tetapi juga pada bagaimana mereka memperlakukan sistem ekologi yang lebih besar yang menjadi sandaran kehidupan. Misalnya, bagaimana pemerintah atau pemodal besar memperlakukan hutan dan laut. 

Kedua, teks dan cerita dianalisis dengan menunjukkan bagaimana kluster fitur linguistik yang bersama-sama membentuk cerita yang memuat pandangan dunia tertentu atau "kode budaya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun