Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Transformasi Ludruk: Keterlibatan Politik, Hegemoni Negara, dan Strategi Survival

9 Februari 2023   00:02 Diperbarui: 19 Februari 2023   09:22 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Sukarno bahagia menonton ludruk Marhaen di Istana Negara. Sumber: Historia/Perpusnas

Terdapat lima kelompok ludruk unggulan di Jawa Timur berdasarkan intensitas pertunjukannya, yaitu (1) Ludruk Karya Budaya Mojokerto; (2) Ludruk Budhi Wijaya Mojokerto; (3) Ludruk Mustika Jaya Jombang; (4) Ludruk Karya Baru Mojokerto; dan (5) Ludruk Putra Wijaya Jombang. 

Kelima kelompok tersebut sangat populer karena kemampuan dan kapasitas manajer mereka dalam merumuskan manajemen organisasi berdasarkan pengetahuan modern dan karena direktur kreatif mereka dalam menciptakan cerita baru atau up-to-date dan inovasi pementasan. 

Karena kemampuan kreatifnya, kelompok-kelompok tersebut menerima 6.000.000 rupiah hingga 7.000.000 rupiah untuk pertunjukan terob.

Adegan tari travesti Karya Budaya. Dokumentas penulis
Adegan tari travesti Karya Budaya. Dokumentas penulis

Dalam konteks terobosan manajerial dan pementasan, menurut Susanto, Ludruk Karya Budaya telah menerapkan beberapa cara inovatif sebagai upaya serius untuk bersaing di era pasar saat ini (wawancara, 12 November 2013). Cara pertama dalam merevitalisasi mekanisme klasik regenerasi yaitu nyebeng, sepelan, dan tedean. 

Nyebeng adalah observasi yang dilakukan oleh artis-artis muda ketika seniornya tampil di atas panggung. Sepelan adalah kesepakatan untuk berbicara atau berakting antara artis yang lebih muda dan yang lebih senior ketika mereka bermain dalam satu adegan. 

Tedean wajib bagi seniman muda untuk meminta saran dan kritik dari seniman senior tentang aksi dalam adegan tertentu yang telah atau akan mereka lakukan. Melalui revitalisasi ini, kelompok ludruk dapat menemukan solusi yang tepat untuk masalah regenerasi. 

Metode kedua, yang bertentangan dengan metode klasik, mengadakan lokakarya akting dan pementasan yang dapat memperkaya keterampilan kreatif para seniman. Melalui workshop, mereka dapat menciptakan tarian baru, teknik akting, teknik penyutradaraan, dan yang lain. 

Peningkatan keterampilan yang diperoleh melalui workshop setidaknya akan membuat pertunjukan ludruk menjadi lebih baik dan kreatif, sehingga akan mendorong lebih banyak penonton untuk menghadiri pertunjukan. 

Metode ketiga berkaitan dengan metode kedua, yaitu merekrut orang-orang kreatif yang dapat memberikan pengetahuan lebih tentang dunia pementasan, mulai dari sound system, lightening system, dan elemen estetika lainnya. 

Cara keempat adalah memperbaiki pengelolaan ludruk dengan menggabungkan sistem tradisional dan modern, sehingga para seniman ludruk dapat merasakan suasana komunal yang mengesankan selama pertunjukan dan dapat menemukan penerima manfaat yang maksimal, terutama untuk pendapatan keuangan, melalui mekanisme pengelolaan yang lebih baik. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun