Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Petik Laut Tanjung Papuma dalam Perspektif Pariwisata Ekokultural

2 Agustus 2022   13:27 Diperbarui: 9 Agustus 2022   14:11 1649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang tidak kalah pentingnya adalah memahami Petik Laut Tanjung Papuma sebagai bentuk pengetahuan ekologis tradisional (selanjutnya disingkat PET) terkait bagaimana memelihara relasi yang baik dengan bermacam isi alam semesta dan Tuhan Yang Mahabijaksana. 

Artinya, perspektif ekowisata dan wisata ekokultural berpeluang untuk menyebarluaskan PET ke tengah-tengah masayrakat melalui aktivitas ritual dalam kepariwisataan. 

Dari Petik Laut Tanjung Papuma 2022, saya mengidentifikasi beberapa PET yang cukup penting sebagai fondasi bagi kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. 

PET tersebut terdapat dalam keseluruhan prosesi dan elemen-elemen yang ada di dalamnnya dan menjadi kekayaan ekokultural kegiatan ini.

Gunungan dalam ritual. Dok. penulis
Gunungan dalam ritual. Dok. penulis

Pertama-tama, mari kita lihat keberadaan gubungan hasil bumi dan sesajen dalam ritual. Apa yang perlu diperhatikan adalah kehadiran gunungan hasil bumi dan aneka sesajen memiliki makna kultural spesifik. Bukan dimaksudkan untuk memberi makan jin atau makhluk lain selain Tuhan Yang Mahakuasa seperti banyak disalahpahami oleh orang-orang yang tidak paham. 

Gunungan hasil bumi merupakan ekspresi syukur kepada Tuhan karena sudah memberikan kemelimpahan rezeki kepada umat manusia.

Adapun sesajen memiliki makna-makna tertentu yang dikaitkan dengan tujuan sebuah ritual, khususnya untuk mengingatkan hakekat manusia sebagai makhluk yang terhubung dengan alam, makhluk yang lain, dan Tuhan Sang Pencipta. 

Keselarasan antara manusia dengan kekuatan Tuhan, alam, dan makhluk lain perlu dijaga agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan manusia. 

Artinya, terdapat pengetahuan ekologis dari kehadiran gunungan dan sesajen, di mana manusia diharapkan bisa terus menumbuhkan kesadaran untuk tidak semena-mena terhadap alam dan makhluk Tuhan yang lain karena bisa berdampak kepada hal-hal negatif kepada kehidupan mereka. 

Perempuan pembawa kendi. Dok. Tim Video
Perempuan pembawa kendi. Dok. Tim Video

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun