Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pembabatan Hutan, Perkebunan Kolonial di Banyuwangi, dan Permasalahan Ekologis

30 Juli 2022   04:05 Diperbarui: 13 November 2022   18:29 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan yang disiapkan untuk tanaman kopi di perkebunan Kalibaru. Foto dibuat sekira tahun 1929. 

Perkebunan karet di Kalibaru Banyuwangi. Foto dibuat sekira tahun 1925
Perkebunan karet di Kalibaru Banyuwangi. Foto dibuat sekira tahun 1925

Terlepas dari semua keberhasilan para pekebun kolonial, konsekuensi logis dari pembabatan lahan di kawasan Banyuwangi barat adalah masalah lingkungan. 

Bukan karena faktor alam, tetapi karena faktor alih fungsi lahan hutan untuk kawasan perkebunan. Bukan hanya terkait mulai tergusurnya banyak satwa hutan seperti harimau Jawa, banteng, kijang, dan yang lain, serta mulai hilangnya tanaman endemik, tetapi juga "sinyal bumi" berupa banjir. 

Banjir menggerus jalan di Krikilan, Banyuwangi. Foto dibuat tahun 1939
Banjir menggerus jalan di Krikilan, Banyuwangi. Foto dibuat tahun 1939
Dari foto-foto yang berhasil saya akses, di Banyuwangi barat pernah terjadi banjir bandang yang lumayan berat. Foto-foto yang dibuat pada tahun 1939 menunjukkan tingkat kerusakan yang lumayan parah. 

Banjir bandang menerjang jembatan penghubung Banyuwangi dan Kalibaru serta kawasan lain di wilayah barat, seperti Kendeng Lembu. Jalan raya pun tergerus. Lahan perkebunan hingga pabrik pun diterjang air. 

Banjir menerjang jembatan di Kali Porolinggo yang menghubungkan Kalibaru dan Banyuwangi. Foto dibuat tahun 1939.
Banjir menerjang jembatan di Kali Porolinggo yang menghubungkan Kalibaru dan Banyuwangi. Foto dibuat tahun 1939.

Dari mana air itu datang? Jelas dari air hujan yang sudah tidak mampu lagi ditahan karena banyak kawasan hutan di kawasan perbukitan yang digunduli untuk kepentingan perkebunan komersial.  

Proses perkebunan yang sudah berlangsung lama telah merusak ekosistem hutan yang biasanya mampu menahan laju air hujan. Akibatnya, banjir bandang menjadi bencana yang harus dihadapi para pekebun Eropa dan masyarakat luas. 

Dari pembacaan foto-foto di atas kita bisa mengetahui bahwa persoalan ekologis yang berlangsung hari ini tidak pernah berdiri sendiri. Proses panjang pembabatan hutan oleh pemodal Eropa di Hindia Belanda memang menghasilkan keuntungan melimpah buat mereka. 

Petugas Eropa memeriksa jembatan yang tersapu banjir di Kali Porolinggo. Foto dibuat tahun 1939. 
Petugas Eropa memeriksa jembatan yang tersapu banjir di Kali Porolinggo. Foto dibuat tahun 1939. 

Para pemodal kebun dan pemerintah Belanda merasakan kemakmuran yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kesejahteraan dari tanaman komersial seperti kopi, karet, kakao, dan yang lain memang meningkat drastis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun