Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pembabatan Hutan, Perkebunan Kolonial di Banyuwangi, dan Permasalahan Ekologis

30 Juli 2022   04:05 Diperbarui: 13 November 2022   18:29 1934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyiapan lahan perkebunan di Kalibaru, Banyuwangi. Foto dibuat sekira tahun 1929.

Foto-foto yang tersedia adalah foto ketika proses pembabatan sudah selesai. Tidak jarang subjek Eropa masuk dalam frame sembari menunjukkan ekspresi bahagia. 

Kehadiran mereka bisa dibaca sebagai usaha penandaan untuk menunjukkan bahwa mereka berhasil membabat kawasan liar dan segera akan menjadi perkebunan subur yang sangat menguntungkan. 

Pekebun Eropa mengunjungi kawasan hutan yang baru dibabat untuk perkebunan. Foto dibuat sekira tahun 1911. 
Pekebun Eropa mengunjungi kawasan hutan yang baru dibabat untuk perkebunan. Foto dibuat sekira tahun 1911. 

Mereka seringkali mengunjungi kawasan hutan yang baru saja dibabat untuk merayakan kebahagiaan. Kebahagiaan itu tentu perlu diabadikan dan dikirimkan ke kerabat dan manajemen perusahaan di Eropa. korporasi kolonial tersebut yang diharapkan akan merasakan kebahagiaan serupa. 

Bahwa perjalanan panjang orang-orang Eropa ke bumi Banjoewangi akan membawa kesejahteraan ekonomi, bukan hanya untuk mereka yang tinggal di kawasan perkebunan, tetapi juga untuk mereka yang setiap saat menghirup udara Amsterdam dan kota-kota lain di Belanda.

Seperti tampak dalam foto di atas, di mana warga Eropa tampak di kejauhan sedang mengunjungi lahan baru di kawasan Kalibaru, Banyuwangi. Pilihan untuk memotret dengan sudut pandang long shot memunjukkan betapa luasnya lahan baru untuk perkebunan Eropa. 

Luasnya lahan tersebut perlu diekspos untuk menggambarkan kuasa warga Eropa terhadap lahan-lahan hutan di Banyuwangi. 

Para pemodal swasta yang menikmati kesempatan investasi berdasarkan kebijakan liberal pemerintah kolonial berhak untuk mengelola lahan dengan pengetahuan, teknologi, dan modal ekonomi mereka.

Sementara warga pribumi adalah buruh-buruh yang diberikan upah untuk menjalankan kerja pembabatan sebagaimana diinstruksikan oleh para tuan Eropa dan pihak manajemen perusahaan. 

Maka, kedirian mereka tidak perlu dimasukkan ke dalam frame foto, karena mereka adalah liyan yang menempati posisi subordinat dalam mekanisme korporasi kolonial, tidak bisa menempati posisi setara. 

Absensi subjek pribumi dari kelas rendah dalam foto pembabatan hutan, lebih jauh lagi, bisa dibaca sebagai usaha semiotik berdimensi politis. Kalaupun dilibatkan, posisi dominan dalam gambar akan tetap diberikan ke subjek Eropa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun