Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Gua Marjan dan Sodong: Hunian Hominid Australomelanesid di Jember

15 Maret 2022   22:27 Diperbarui: 18 Maret 2022   20:32 2168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan aliran sungai yang mengering di Watangan. Dokumentasi penulis

Beberapa kawan menggelar tikar untuk duduk. Sembari menikmati pisang yang dibawa Bu Natun, kami berbincang kecil tentang kemungkinan menggelar even bernuansa ekologis dan kultural di kawasan Watangan, termasuk di gua-gua purbakala. 

Beberapa alternatif konsep yang menekankan aspek akademis/edukasi, jelajah kepurbakalaan, ritual/slametan, dan pertunjukan kolosal pun mengalir.

Berbincang di dalam gua. Dokumentasi penulis
Berbincang di dalam gua. Dokumentasi penulis

Sembari mendengarkan kawan-kawan berdikusi, mata saya tertuju kepada lubangdidinting setinggi sekira 1,5 meter yang berbentuk seperti ujung tombak. 

Lubang tersebut terletak beberapa meter di samping pintu masuk. Apakah lubang tersebut berfungsi sebagai jendela sehingga para manusia purba yang tinggal di dalamnya tetap bisa menghirup udara segar? Mungkin demikian.

Yang pasti saya sempat berimajinasi, lubang tersebut menyerupai lorong waktu yang akan membawa manusia ke dimensi dan waktu yang berbeda. Seperti yang banyak diceritakan dalam film fiksi ilmiah. 


Lubang di dinding Marjan. Dokumentasi penulis
Lubang di dinding Marjan. Dokumentasi penulis

Selain itu, saya juga merasakan dimensi spiritual yang kuat ketika menatap lebih lama lubang tersebut. Pikiran dan batin saya seperti diajak untuk menuju ke dimensi hening yang langsung menuju kepada kekuasaan Gusti Hang Akaryo Jagat.

Hampir satu jam berada dalam gua, kami pun keluar satu per satu. Sembari menikmati udara yang lebih segar di bagian depan gua, saya membayangkan bagaimana hominid Austromelanesoid sampai di kawasan Watangan ini, termasuk Pegunungan Sewu, Jawa Tengah. Mereka harus menempuh perjalanan yang sangat jauh dari Afrika terus ke Asia Tenggara dan sampai ke beberapa wilayah seperti Sumatra, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Jawa. 

Tumbuhan di bagian atas depan Marjan. Dokumentasi penulis
Tumbuhan di bagian atas depan Marjan. Dokumentasi penulis

Di Jawa, manusia purba Austromelanesoid memilih untuk menetap di gua-gua di kawasan pegunungan kapur yang dekat dengan laut. Selain untuk tempat berlindung dan tinggal, posisi gua yang dekat dengan laut juga mempermudah mereka untuk mencari makan, berupa kerang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun