Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menghayati Kejutan di Sebuah Gunung

23 Juni 2020   23:46 Diperbarui: 23 Juni 2020   23:47 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun demikian, resepsionis penginapan, seorang perempuan setengah baya, mengatakan hanya tinggal ada satu kamar dengan ranjang ganda. Sesaat, Nandi dan Ivan saling berpandangan. Lagi-lagi, dia hanya mengangkat bahu. Nandi memutuskan untuk menempati kamar itu. Setelah menyerahkan KTP, mereka diantar oleh seorang room boy menuju kamar yang menghadap puncak Ijen.

Ivan langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur, sementara Nandi meletakkan tas di atas lemari duduk. Tidak lama si room boy mengantarkan dua cangkir kopi. Setelah Nandi memberinya uang 10 ribu sebagai tips, ia segera berlalu. Karena dingin ia tidak berani mandi dan memilih mencuci-muka dan menggosok gigi di kamar mandi.

“Sana, cuci-muka. Seger kok,” ucap Nandi ketika merebahkan tubuh di atas ranjang.

“Hemmm…mana berani. Dingin banget. Ndak usah deh, besok saja.” Ivan lebih memilih memasangkan selimut di badan dan kakinya.

“Jorok banget, sih. Cepet cuci-muka, sekalian gosok gigi. Ada dua sikat gigi kok.”

“Kan kita ndak mau ngapa-ngapain, jadi kalaupun aku ndak gosok gigi, ndak ada pengaruhnya ke kamu.” Mendengar jawaban itu Nandi melempar guling ke arahnya, tepat mengenai kepala.

“Amit…amit. Jangan sampai berani macem-macem, meski kita satu kamar!” ancamnya sambil sedikit bercanda.

“He…he…he…maaf, Dee. Bercanda kok,” ujar Ivan sambil cengengesan.

Ia segera bangun, lalu menuju kamar mandi. Sementara, Nandi merapikan rambut dan mengusap pipiku dengan sedikit bedak. Sambil bercermin ia memikirkan-kembali ucapannya.

“Kalau sampai nanti malam, karena kondisi yang begitu dingin, kami bedua terjebak dalam sebuah percumbuan, gimana ya? Apa itu salah? Ah, aneh sekali pikiran ini.”

Nandi tersadar, ketika Ivan sudah kembali dari kamar mandi dengan rambut basah-terurai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun