Mohon tunggu...
Dedy Ramadhan
Dedy Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Student at Djuanda University

Interested in Public Relations, Event Organizer, politics, social, movies, books, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Harusnya Berempati, Bukan Mengusir

22 Januari 2024   11:49 Diperbarui: 22 Januari 2024   13:07 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita pasti pernah merasa tidak diinginkan, kan? Tapi coba bayangin deh, gimana rasanya kalau 'tidak diinginkan' itu berubah jadi diusir dan bahkan disakiti? Ini yang sekarang lagi dialami sama saudara-saudara kita, pengungsi Rohingya di Aceh.

Belum lama ini, ada berita yang cukup mengejutkan gue dan bikin hati miris. Ratusan mahasiswa di Aceh melakukan aksi pengusiran terhadap pengungsi Rohingya. Mereka teriak, "Usir mereka keluar!" dan bahkan ada yang sampai menendang barang-barang milik pengungsi juga melempar sesuatu ke arah pengungsi. Apa mereka tidak melihat, banyak dari pengungsi itu adalah perempuan dan anak-anak yang cuma bisa menangis setiap hari melihat keadaan mereka. Kalau bisa memilih, mereka juga tidak mau berada dalam posisi sekarang ini.

Tapi, sebelum kita marah-marah dan nyalahin siapa yang salah, yuk coba kita pahami dulu, apa sih yang sebenarnya terjadi sama pengungsi Rohingya ini. Kok bisa mereka sampai ke Indonesia?

Jadi gini, Guys, Rohingya itu adalah etnis yang berasal dari Myanmar. Mereka ini udah bertahun-tahun mengalami kekerasan yang parah banget di negaranya sendiri. Bayangin aja, rumah mereka dibakar, banyak yang dibunuh, bahkan banyak juga perempuan yang diperkosa. Dari jurnal yang gue baca, di tahun 2017 ada laporan 13.759 korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak. Detailnya gue taro di bawah ini:

Sumber: Merici Siba, M. A., & Qomari'ah, A. N. (2018). Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Konflik Rohingya.
Sumber: Merici Siba, M. A., & Qomari'ah, A. N. (2018). Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Konflik Rohingya.

Mereka ini dianggap bukan bagian dari Myanmar dan bahkan ditolak kewarganegaraannya. Serem gak?

Nah, karena kondisi yang nggak manusiawi itu, banyak dari mereka yang memilih buat kabur, salah satunya ke Indonesia. Mereka ini bukan datang karena mau jalan-jalan, tapi karena mereka nggak punya pilihan lain. Mereka ini pengungsi yang cari tempat aman untuk bertahan hidup.

Kekerasan yang dialami Rohingya itu bahkan bisa dikatakan sebagai genosida, Bayangin, genosida! Ini bukan kata-kata gue doang, tapi berdasarkan bukti dan fakta yang ada. Mereka ini benar-benar dalam kondisi terdesak dan membutuhkan bantuan. Melihat aksi mahasiswa Aceh terhadap pengungsi Rohingya benar-benar bikin hati sakit. How can we curse Israel's crimes against Palestinians while we do the same thing as them? Humanity should not be selective.

Dalam arus gelombang informasi yang sulit dikontrol di era media sosial, khususnya di TikTok, sering banget kita nemuin propaganda yang menyesatkan tentang pengungsi Rohingya. 

Narasi-narasi yang dibangun seolah-olah mereka datang untuk membawa masalah, ingin menjajah, atau bahkan mengubah identitas lokal kita. Realitasnya? Mereka adalah korban dari konflik yang mengerikan, mencari tempat aman untuk bertahan hidup. Jangan biarkan kesalahan framing dan berita missleading di media sosial mengaburkan kenyataan pahit yang mereka alami. 

Gue tau, TikTok itu platform yang bagus dan berguna buat dapetin informasi tertentu. Tapi, jangan biarkan informasi yang kita dapatkan hanya dari satu sisi. Kita harus kritis dan nggak asal percaya dengan semua yang kita lihat. 

Sedih banget rasanya ketika lihat ada yang asal share video-video TikTok tentang Rohingya di media sosial tanpa tau kebenarannya. Sebelum kita ikutan share, yuk coba cek dulu kebenarannya. Buka berita online yang kredibel, baca jurnal, atau cari sumber lain yang bisa dipercaya. Jadi kita nggak cuma sekadar penyebar berita, tapi juga penyebar fakta yang sebenarnya.

Ketika kita denger ada pengungsi Rohingya yang diusir dan diperlakukan nggak baik di tempat kita, itu sebenarnya bukan solusinya. Mereka juga manusia yang butuh perlindungan. Kita, sebagai sesama manusia, seharusnya berempati dan mencoba ngertiin kondisi mereka.

Coba deh kita buka hati kita. Mereka yang datang ke sini itu bukan mau merepotkan atau mengambil apa yang kita punya. Mereka cuma butuh tempat aman untuk sementara, sampai mereka bisa menemukan solusi untuk masa depan mereka.

Yuk kita tunjukkan bahwa kita ini manusia yang punya hati dan empati. Mari kita beri mereka kesempatan untuk merasakan keamanan dan kedamaian, setidaknya untuk sementara waktu di tanah air kita.

Referensi:

Merici Siba, M. A., & Qomari'ah, A. N. (2018). Pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam Konflik Rohingya. Magister Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Journal Islamic World and Politics. Diakses dari https://journal.umy.ac.id/index.php/jiwp/article/view/5826/pdf_3.

Chaideer Mahyuddin. (2023). Ratusan Mahasiswa Usir Rohingya di Aceh. Voice of Amerika Indonesia. Diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/ratusan-mahasiswa-usir-rohingya-di-aceh/7414264.html.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun