Mohon tunggu...
Arka Matahari Tyaga
Arka Matahari Tyaga Mohon Tunggu... Administrasi - Bahagia di dunia, mulia di akhirat

Baru saja terbangun dari tidur panjang, dan mulai lah kini aku akan bercerita....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Corona's Angel: Bromance Cemen (Eps 7)

8 Agustus 2021   10:10 Diperbarui: 8 Agustus 2021   11:27 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desember 2020...

Mungkin bagi sebagian orang, akhir tahun selalu menjadi hari yang ditunggu untuk dirayakan dengan sukacita. Tapi kali ini tidak bagiku. Aku justru merasa was-was jelang akhir tahun. Bukan tanpa sebab, kontrakku berawal persis tanggal 1 Januari, jadi kontrak akan berakhir tanggal 31 Desember. Aku mungkin takkan khawatir jika saja tidak ada wabah Corona seperti sekarang. Maklum saja, kondisi perekonomian negeri ini belum bisa dikatakan kembali sehat. PHK dan kolapsnya tempat usaha masih saja terjadi.

"Kusut banget bro, abis ditolak cewek ya?" Pandu mengibaskan tangan persis depan wajahku.

"Ditolak apanya, punya planning nembak cewek aja belum. Huh!" Aku menepis tangannya.

"Lo mikirin apalagi sih, ga bisa nyantai dikit gitu. Lama-lama gue yang frustasi nih keseringan liat lo kusut kayak gini. Hadeeeh," Cerocosnya.

"Kontrak kerja gue bro. Desember tuh udah berjalan seminggu, tapi HR kantor gue belum juga manggil gue buat ngomong soal kontrak, gue kan butuh kepastian apa bakal diperpanjang atau ga nya, biar gue bisa prepare segalanya," Ujarku.

"Ya udahlah. Rejeki itu kan tergantung dari gimana ikhtiar lo. Kalau lo udah serius berikhtiar, rejeki bakal terus dateng ke lo kok. Daripada kusut gini, gimana kalau lo pergi refreshing, mumpung besok weekend tuh bro," Usulnya.

Benar juga, kayaknya sejak pandemi melanda, aku hampir ga pernah jalan-jalan. Terlebih sejak Pandu hadir, aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, ngobrol sekaligus tukar fikiran, meski kadang lebih sering berakhir saling ledek sih. Sebenernya susah juga sih liburan saat pendemi gini, group open trip pun banyak yang vakum. Kayaknya buat langkah awal, aku sebaiknya jalan-jalan ke tempat yang ga terlalu jauh dan ga terlalu ramai juga. Kebun Raya Bogor melintas dipikiranku.

"Bro, lo kan belum pernah ikut gue keluar rumah, gimana kalau besok lo ikut gue ke Bogor, tadi kan lo bilang kalo gue butuh refreshing, nah gue ga mau refreshing sendirian, lo mesti temenin gue. Oke bro, oke ajalah, anggap aja sebagai wujud tanggung jawab lo karena udah bangkitin jiwa jalan-jalan gue...hehe" Aku merayunya untuk ikut.

"Jiaaahhh napa gue jadi ketempuhan dah. Tapi boleh juga sih. Oke, besok gue temenin. Tinggal lo cari cara gih dah biar ga dikira orang gila karena liat lo ngomong sendiri. Hahaha" Yess, dia setuju.

"Tenang bro, ada ini sama ini," Aku menunjukan masker dan wireless bluetooth. "Kalau gue pakai 2 benda ini pasti bakalan aman. Gue bisa tetep ngobrol sama lo. Dari jarak jauh, orang ga bakal tau kalau gue lagi ngomong. Dari jarak dekat, orang palingan ngiranya gue lagi telponan via bluetooth. Well prepare kan gue," Aku membusungkan dada.

"Iya dah. Soal receh gini otak lo jalan ya. Tapi soal yang maha penting justru mampet otak lo. Wkwkwkwkwk," Tawanya berhenti, karena aku menyumpal mulutnya dengan kain serbet.

"Rasain. Wkwkwkwkwkwkwk" Aku tertawa puas.

"Siaaaalllllll!!!!" Dia lari ke wastafel buat berkumur. Hahahahaha.

Jam 8 pagi kami sudah berada di Stasiun Tanah Abang untuk berangkat ke Bogor menggunakan Commuter Line. Iya, aku belum punya mobil, hanya punya sepeda motor. Aku ga pernah menikmati perjalanan dengan motor, aku lebih suka naik kereta, karena aku bisa melayangkan pikiranku alias melamun sembari melihat pemandangan dari jendela kereta. Beruntung kondisi di Stasiun ini tidak terlalu ramai, mungkin karena masih relatif pagi ya. Tak menunggu lama, kereta tujuan Bogor pun tiba, maka naiklah kami. Bogor, here we come...

Matahari sudah hampir meninggi saat kami masuk ke areal Kebun Raya Bogor (KRB). Beruntung banyak pepohonan rindang yang mampu melindungi kami dari sengatan matahari. Aku selalu suka tempat yang hijau seperti ini, membuat hati dan jiwaku tentram. Mungkin setelah ini akan aku rencanakan untuk liburan ke daerah pegunungan. Kami memilih duduk sejenak di kursi yang banyak terdapat di dalam KRB. Aku ingin memakan snack dan susu kotak yang aku bawa dulu sebelum berkeliling, karena luasnya KRB, aku fikir lebih baik aku isi perutku dulu sebagai asupan energi.

"Macam anak SD ya bekal lo...wkwkwkwkw" Ledeknya.

Aku memasang wireless bluetooth ke telinga, aku tak ingin disangka bicara sendiri, dengan begini paling tidak orang akan mengira aku sedang menerima telephone.

"Komen mulu dah. Gue ini gampang berkeringat, jadi gue ga bakal bisa makan berat di area outdoor, makanya gue bawa snack sama susu, kalau makan nasi, dijamin gue bakalan banjir keringat" Aku memberi alasan. Malas melihat gelagatnya yang mau meledek lagi, aku pun menyudahi makan dan memilih untuk mulai berkeliling KRB.

"Wah lagi ga ada orang, eh malaikat, fotoin gue donk, biar lo ada gunanya dikit," Aku menyuruh Pandu.

"Sial, ga ada harga dirinya banget gue ya jadi malaikat malah disuruh jadi tukang foto. Huh!" Dengusnya, tapi tak ayal tetap menerina HP yang aku sodorkan.

"Fotoin yang bagus, awas aja kalo jelek, pokoknya kudu ulangi lagi," Requestku.

"Bawel, gue banting juga nih HP," Iya berlagak mau membanting HP.

"Sippppp, makasih lho. Dah cukuplah sesi foto-fotonya, udah mulai banyak orang sliweran, tar pada pingsan liat HP melayang sendiri. Hihihi" Eh hasil foto ini malaikat bagus juga ternyata, ga salah dah ngajak dia ikut, jadi ada stok foto buat update sosmed. Hehe.

"Sepertinya lo emang suka jalan-jalan ya, daritadi gue liatin kayaknya muka lo seneng gitu. Banyak ketawa pula," Entah ini kalimat tanya atau sekedar pendapat si malaikat.

"Begitulah, saking senengnya jalan-jalan, kadang gue suka ngarep punya duit maha banyak, yang dengan duit itu gue bisa jalan-jalan sepuasnya tanpa takut miskin..Hahaha" Ujarku.

"Lha lo kan ga bisa dibilang miskin juga Far, ga usah mendramatisir keadaan deh, lo punya duit cukup kok buat sekedar liburan" Dia meninju pundakku pelan.

"Iya cukup sih buat jalan, tapi kalau ditengah jalan gue ketemu jodoh, duit segitu apa cukup buat ngelamar? Sekarang apa-apa mahal, jadi lebih baik gue nabung dulu yang banyak," Jawabku.

"Ya elah, satu-satu kali Far mikirnya. Lagian emangnya ada gitu ketemu jodoh dijalan trus langsung otewe lamaran? Lo kata ini alur film? Bangun woooyyy. Hahahaha" Dia tertawa.

"Puas banget kayaknya ketawa lo. Makanya lo bantuin gue. Punya kekuatan apa sih lo? Apa mungkin lo bisa memutar balik waktu, atau bikin gue bisa terbang, atau paling ga bisa bikin gue punya banyak duit gitu? Wah kalo bisa salah satunya, itu udah cukup ngebantu gue sih. Hehe" Kataku.

"Wah asli, kayaknya ada yang salah sama otak lo. Bangguuuunnn woooooy, lo kata ini lagi difilm?!!! Imajinasi lo ketinggian. Ngarep banget gue bantuin lo pake kekuatan kayak gitu. Enak di elo ga enak di gue...wkwkwkwkwk" Tawanya kembali meledak.

"Sial!" Aku bersungut.

Pandu benar, aku memang sebegitu sukanya sama jalan-jalan. Ga sekedar melepas penat, bagiku dengan jalan-jalan aku juga bisa membiarkan pikiranku bebas melayang ke segala arah. Aku juga bisa merasakan kedamaian sejati, terutama jika tempat yang aku datangi berupa wisata alam. Aku selalu berharap kelak dapat berjodoh dengan seseorang yang hobi jalan-jalan juga. Akan lebih menyenangkan rasanya berlibur dengan orang yang kita sayangi. Tempat yang sudah indah, pasti akan jadi tambah indah berlipat kali. Ah baru membayangkannya saja sudah bikin hatiku bahagia.

HP ku berdering, ada notif pesan masuk. Wah dari HR.

"Pandu, gue dikontak HR kantor!!! Katanya kemarin udah telpon ke ruangan gue buat kasih tau, tapi gue nya udah pulang. Jadinya baru bisa kasih tau sekarang. Katanya Senin gue diminta ketemu HR, bukan buat tandatangan pengangkatan karyawan tetap sih, tapi buat perpanjangan kontrak. Ga papa deh, minimal gue ga di cut. Hehehe" Aku menunjukkan chat HR ke Pandu.

"Tuh kan, apa kata gue, apa yang lo khawatirin kadang ga terbukti kan? Makanya, santai lah dikit, biar bisa mikir rasional. Selamat bro, gue turut seneng dengernya, " Dia menepuk pundakku.

"Thanks bro. Untuk merayakannya, gimana kalau kita makan fine dining? Eh tapi lo ga makan ya? Ya udah gue makan sendiri aja kalo gitu. Hahahaha" Tawaku.

"Sebahagia lo aja gih dah. Huh" Dia berlagak kesal.


Ditengah banyaknya kabar kurang baik yang sering terdengar sejak adanya pandemi, kabar perpanjangan kontrak dari HR jadi semacam oase bagiku. Aku berjanji akan lebih bersyukur atas apapun dan akan mencoba lebih santai dalam menghadapi apapun juga.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun