Mohon tunggu...
Arka Matahari Tyaga
Arka Matahari Tyaga Mohon Tunggu... Administrasi - Bahagia di dunia, mulia di akhirat

Baru saja terbangun dari tidur panjang, dan mulai lah kini aku akan bercerita....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Corona's Angel: Bromance Cemen (Eps 2)

31 Juli 2021   13:34 Diperbarui: 31 Juli 2021   14:29 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku masih melongo. Ga mungkin manusia bisa menembus pintu. Iya, jelas dan pasti dia bukan manusia. Makhluk apa dia sebenernya? Ah terserah lah, yang penting dia udah pergi. Aku mencoba menenangkan diri. Aku ga pernah sedikitpun punya rasa takut meski tinggal seorang diri. Tapi menyaksikan adegan barusan, mau ga mau rasa takut mulai hinggap, terlebih sudah lewat jam 10 malam. Hiiiiii...

Untuk mengusir rasa takut, akupun meraih laptop dan melanjutkan menonton drama korea kembali. Besar harapanku dengan nonton drakor, rasa takutku akan hilang. Syukur-syukur bisa langsung timbul rasa kantuk agar bisa segera terlelap. Tapi harapan tinggal lah harapan, karena tiba-tiba...

"Pantes banyak yang suka ya, seseru itu ternyata drakor" Kata orang disebelah.

Apa???!!!! Orang disebelah lagi???!!!!! Ini persis suara makhluk tadi. Aku mendongak. Perlahan-lahan menoleh.

"Ssiiaaapa sih lo sebenernya?" Aku bertanya dengan takut-takut.

"Oke, gue ulangin ya. Nama gue pandu, gue diutus buat nemenin lo sampai lo nemuin semua kebahagiaan yang selama ini lo cari-cari. Yah boleh lah kalo gue disebut malaikat pendamping lo" Ujarnya santai. Aku yang denger malah jadi ga bisa santai.


"Hahahahahahahahaha..." Aku tertawa.

"Hahahahahahahahaha juga. Aku lucu ya?" Dia ikut tertawa.

"Oke fix gue lagi mimpi. Ya ampun, saking kebanyakan nonton drakor, mimpi gue jadi ngikut random gini. Mana lah ada malaikat bisa ngobrol sama manusia kayak gini. Baiklah, gue merem aja kali ya biar bisa bangun dari mimpi aneh gini" Aku meremin mata. Semenit. Dua menit. Tiga menit. Coba melek ah.

Huaaaaaaaaaa!!!!!! Aku terkaget, karena wajah makhluk itu persis di depan wajahku. Gimana ga kaget coba?!

"Lo ngapain di depan muka gue?!!!" Tanyaku.

"Nah lo ngapain pake merem segala? Masih nganggep ini mimpi? Bangun woy, ini tuh nyata, nih kalo ga percaya" Katanya sambil ninju pundakku.

"Ouch. Sial, dikata kaga sakit, main gaplok aja?!" Aku meringis. Dia cengengesan.

"Ups, maap, anggap aja itu pengganti salam perkenalan" Dia masih cengengesan.

"Hmmmm. Jadi lo bukan hantu dan ini bukan mimpi nih?" Tanyaku.

"Nih biar lo makin percaya" Ujarnya sambil bersiap meninju pundakku lagi.

"Ga..Ga..Ga.. Oke oke, gue percaya. Gue percaya kalo gue udah gila maksudnya. Sejak kapan gue bisa liat makhluk ghaib, ngobrol pula" Kataku.

"Hahahahaha. Nah betul, anggep aja lo udah gila. Hihihi. Tidur gih sana, biasanya jam 10 malem udah pules, ini udah jam 11 lho, ngobrolnya bisa lanjut besok, oke bro?" Tukasnya.

"Tau tau an lo kalo gue jam segini biasanya udah tidur. Okelah, gue tidur ye, ga usah ngeganggu" Iya, sejak pandemi dan lebih banyak di rumah, aku jadi membiasakan untuk selalu tidur paling telat jam 10 malam dan bangun lebih awal untuk berolahraga ringan di rumah.

Aku benar-benar harus menerima keadaan saat ini. Usia yang tidak bisa dibilang muda, tiada lagi orang tua di sisi, berstatus pekerja kontrak, tidak ada pasangan, dan kini aku harus tinggal bersama makhluk yang mengaku malaikat. Sungguh jalan hidup yang tidak terduga. Tidak bisa dikatakan buruk, tapi aku juga ragu untuk menyebut hidupku saat ini baik-baik saja. Semoga saat bangun tidur esok hari, aku bisa lebih mencerna semua dengan lebih santai. Ya, semoga.

Keesokan harinya...

Aku terbangun setelah merasakan sepasang kaki hinggap melintang di atas dadaku. Sial, kaki makhluk itu ternyata!

"Apaan sih lo, pinggirin ga nih kaki?!! Lagian sejak kapan dah malaikat pake acara tidur segala??!!!" Mata dan mulutku terbuka sempurna karena emosi.

"Ya maap bro, gue kan masih berstatus malaikat magang..Hahaha" Jawabnya sok polos.

"Bra bro bra bro. Sok akrab lo. Pasti karena lo ga tau nama gue kan, makanya lo panggil gue bro gitu" Kataku disela sela cuci muka.

"Hmmmm. Nama lo Safar. Umur lo 32 tahun. Masih juga single dan belum punya kerjaan tetap...Hahaha" Nada ngenyek terdengar dari perkataannya.

"Siaaaalllll"Teriakku sembari melempar handuk ke arah nya.

"Bujug, ini handuk dekil amat, yakin dah ini handuk udah lama ga bergaul sama yang namanya sabun cuci" Handukku dilempar balik olehnya.

Aku memungut handukku lalu beranjak ke belakang rumah, menjemur handuk sekaligus hendak melakukan ritual pagiku, ber-skiping dan ber-barbel ria. Olahraga ringan selalu aku lakukan, dengan harapan aku bisa terus sehat dan bugar. Sebelum pandemi, ritual pagiku adalah jogging keliling sekitaran tempat tinggalku, sejak pandemi melanda, jogging sudah hilang dari keseharianku.

"Angkat tuh barbel, malah bengong" Dia menepuk pundakku.

"Haiiisssshhh. Bisa ga sih buat ga ngagetin orang?!!! Pokoknya lo ga boleh main nembus sana, nembus sini, kudu lewat pintu layaknya manusia. Gila ya, bisa jantungan gue kalo kaget mulu liat lo tiba-tiba nongol gitu?!!" Aku komplain panjang pendek.

"Siap Bro. Btw, lo ga kemana-mana hari ini?" Tanyanya.

"Well, dalam keadaan pandemi gini kayaknya lebih baik gue dekem di rumah aja. Bioskop & tempat karaoke yang sering jadi tujuan gue ngabisin waktu libur masih belum diperbolehkan buka. Jadi ya tiap libur weekend, HP & laptop lah yang gue pakai buat nikmatin waktu" Aku menjawab apa adanya.

Terselip rasa rindu bisa bebas keluar rumah mengisi waktu libur seperti saat belum ada pandemi. Pada akhirnya kita akan selalu sepakat dengan pepatah bahwa sesuatu akan terasa berharga justru setelah sesuatu tersebut sudah tak ada lagi bersama kita. Saat ini semua fokus memprioritaskan pada kesehatan diri dan kemapanan materi. Dua hal yang seharusnya jadi prioritas dengan atau tanpa adanya pandemi. Sekian bulan sudah pandemi melanda, belum ada titik terang kapan wabah ini akan menghilang. Semakin difikir, semakin aku khawatir akan hidupku selanjutnya.

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun