Mohon tunggu...
Dedy Padang
Dedy Padang Mohon Tunggu... Petani - Orang Biasa

Sedang berjuang menjadikan kegiatan menulis sebagai sarana yang sangat baik untuk menenangkan diri dan tidak tertutup kemungkinan orang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Mimbar ke Lumpur

5 Juli 2021   16:00 Diperbarui: 5 Juli 2021   16:23 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, suatu kali, saat selesai ibadat, saya diajak oleh seorang umat untuk melayat dan menguburkan orang mati. Aku terdiam dan bergumam dalam hati: "Waduh, mati aku, gak ada persiapan, dan mau ngomong apa aku nanti?".

Namun aku tak dapat berbuat apa-apa. Dengan semangat dan penuh keyakinan aku berkata: "Olo amang", yang artinya, "baik pak".

Setibanya di rumah duka, saya dan rombongan umat dari gereja harus menunggu beberapa saat lagi karena sedang diadakan acara adat.

Ketika giliran kami tiba, kami pun masuk ke rumah dan melakukan peribadatan secara Katolik.

Ketika memasuki ruangan, saya kaget karena umat yang hadir sangat banyak, dan bukan saja umat Katolik, melainkan juga umat yang beragama Protestan.

Tiba giliranku untuk berkotbah. Aku memulainya dengan berkata: "Amang, inang, hidup dan mati adalah milik Tuhan. Kita tidak dapat berbuat apa-apa dan bertindak seenaknya atas diri kita. Tuhan dapat mengambil hidup itu dari kita kapan pun Ia mau. Kita hanya berpasrah dan berharap kepada-Nya agar kelak dapat berbahagia bersama Dia"

Setelah selesai berkotbah, aku dan rombongan mengikuti pengusung jenazah menuju tempat peristirahatan terakhir. Jalan yang harus kami lalui tidaklah mudah karena harus melewati sawah dan semak belukar.

Dalam perjalanan itu seorang ibu berkata kepadaku: "Frater pasti kaget ya tidak pernah lewat di pematang sawah kayak gini. Beginilah kondis umat kita frater, apa adanya".

Dengan ungkapan yang sopan aku menjawab: "Gak juga kok bu. Saya sudah biasa jalan di tempat seperti ini, bahkan saya pernah jatuh di pematang sawah kayak gini". Sang ibu mengangguk-anggukkan kepala mendengar jawaban yang kuberikan.

Setelah acara penguburan selesai, saya segera kembali ke komunitas.

Peristiwa dan pengalaman bersama umat ini mengajakku untuk senantiasa mempersiapkan diri sebagai tenaga pastoral yang baik. Pelayanan yang kuberikan tidak hanya terbatas pada mimbar untuk berkotbah dan katekese, melainkan harus hidup bersama umat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun