Pulang dari istana  dan ketemu Presiden Jokowi tak membuat Suroto terus hidup nyaman. Sekedar puji puji orang  dari kejauhan mungkinlah sempat dia nikmati. Kebahagiaan dan kebanggaan cuma mampir bentaran doang.
Tiga hari setelah ketemu dan membawa janji manis pak Presiden, Suroto yang mengaku gemetaran ketika hendak melakukan aksi merentang poster di depan hidung presiden di Blitar itu kembali gemetaran.
Kali ini bukan lantaran takut disergap dan diseret polisi ke dalam tahanan. Tetapi ia gemetaran dan bingung karena rumahnya di desa Suruhwadang kecamatan Kademangan kabupaten Blitar Sabtu 18 September lalu tiba-tiba diseruduk sejumlah orang. Mereka yang  kebanyakan emak emak adalah peternak ayam di kabupaten Blitar.
Dengan nafas terengah engah dan suara tinggi, mereka menggebrak Suroto menanyakan kapan 30 ribu ton jagung yang dijanjikan Jokowi datang di Blitar.
Suroto yang  berdiri di pintu  depan rumahnya hanya bisa bilang
 "Dados sabar mawon". Jadi sabar saja.
Ia merasa yaqin janji Presiden itu pasti benar. Peternak telur yang nekad itu mengaku mendengar sendiri perintah langsung Presiden kepada Menteri Pertanian dan Perdagangan untuk mengirim 30 ribu ton jagung dengan harga Rp  4.500. Menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo berjanji akan menggeser produksi dari luar Jawa dan menyalurkan ke sentra sentra peternakan ayam di Jawa.
"Iki lho pak, aku wis ora iso ambegan, moso tukun jagung 6.200. Janjine pak Jokowi Iki piye ?" (Ini lho pak kami sudah tidak bisa bernafas masa beli jagung Rp. 6,200) Â teriak Emak Yesi dengan suara mendentang.
Suroto selain minta bersabar juga meminta teman temannya mengantarnya ke Jakarta menemui kembali Presiden Jokowi jika jagung itu tak kunjung datang.
Dan mereka bersepakat tak hanya orang orang Blitar saja tapi akan mengajak peternak dari daerah lain turun ke Jakarta.
Peristiwa GRUDUK rumah Suroto itu direkam Paguyuban Peternak Rakyat Nasional kemudian dikirim ke Kompas.com dan viral di medsos.