Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Standar Ganda Jika Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026

11 Oktober 2025   19:54 Diperbarui: 11 Oktober 2025   20:02 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayang-bayang standar ganda yang muncul di media sosial jika Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026

Timnas Indonesia akan menghadapi Irak pada laga penentuan nasib di Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran keempat.

Laga Irak vs Indonesia akan dimulai pada Minggu (12/10) dini hari pukul 02.30 WIB.

Kalah sama dengan gugur di Kualifikasi Putaran Keempat.

Imbang masih harus menunggu hasil laga terakhir, Arab Saudi vs Irak.

Jika menang, maka antara lolos ke ronde kelima atau lolos otomatis ke Piala Dunia 2026.

Ya, peluang lolos otomatis ke Piala Dunia 2026 masih ada meski Indonesia asuhan Pelatih Patrick Kluivert kalah 2-3 dari Arab Saudi pada Kamis (9/10) dini hari WIB lalu.

Syarat lolos langsung adalah menang atas Irak dengan margin skor minimal 2 gol dan berharap bahwa Irak menang atas Saudi dengan margin skor maksimal 1 gol.

Apabila skenario tersebut terjadi, maka Indonesia lolos sebagai juara Grup B dengan 3 poin dan surplus satu gol (+1).

Catatan tersebut akan unggul atas Saudi yang punya 3 poin dan 0 selisih gol, serta Irak yang punya poin sama (3) tapi defisit satu gol (-1).

Lantas, bisakah skenario tersebut diwujudkan?

Bisa saja dengan dua syarat.

Pertama, pertahanan Indonesia yang dipimpin Jay Idzes harus sangat kuat, sehingga tidak akan kebobolan satu gol pun.

Kedua, kreasi peluang Indonesia yang idealnya dipimpin Thom Haye dapat menjadi penyelesaian akhir yang klinis alias gol.

Dua syarat itu tentu akan berkorelasi dengan gaya bermain, baik saat dengan bola (on the ball) dan tanpa bola (off the ball).

Di sinilah, Pelatih Patrick Kluivert dan jajarannya wajib untuk membentuk sistem bermain yang kompak, kuat, terstruktur, dan adaptif.

Ya, dalam permainan sepak bola modern, sebuah tim tidak hanya harus menghadirkan identitas permainan timnya sendiri, tetapi juga perlu untuk menanggapi gaya bermain lawan untuk menjadi perlawanan (counter-strategy).

Inilah yang kurang terlihat pada laga melawan Saudi dan harus tidak diulangi saat melawan Irak.

Namun, jika pada akhirnya, Indonesia gagal merealisasikan skenario terbaik untuk lolos atau bahkan juga gagal untuk melaju ke ronde kelima, apa yang akan terjadi?

Besar kemungkinannya adalah munculnya banyak kritik kepada federasi (PSSI) dan pelatih.

Federasi dikritik karena merekalah yang bertanggung jawab atas pemilihan pelatih. Pelatih tim nasional datang dan pergi pasti dari kebijakan federasi, bukan?

Pelatih dikritik karena merekalah yang mempunyai hak prerogatif untuk memilih dan menyusun pemain serta menyiapkan rencana bermain (taktik).

Bagaimana dengan pemain?

Pemain bisa berada di atas lapangan karena ada keputusan dari pelatih, dan pelatih bisa ada di tepi lapangan karena direkrut federasi.

Artinya, pemain bisa ada dan tidak ada selain karena performanya bersama klub, juga karena keputusan pelatih. Dan pelatih bisa ada di tepi lapangan untuk memimpin tim tersebut juga karena ia direkrut oleh federasi--jika konteksnya tim nasional.

Inilah mengapa, pemain adalah faktor lanjutan setelah federasi dan pelatih.

Sehingga, gagal dan berhasilnya sebuah tim tetap membutuhkan federasi yang sehat, pelatih yang tepat, lalu disusul pemain yang kuat. Kuat di sini adalah kemauan yang kuat untuk mewujudkan rencana bermain pelatih secara kolektif.

Berdasarkan runutan tersebut ditemukan bahwa jika Indonesia gagal lolos, yang harus bertanggung jawab terlebih dahulu adalah federasi dan pelatih.

Ini pun tak hanya karena pelatihnya Kluivert, tetapi juga berlaku bagi siapa pun pelatihnya.

Bahkan, jika yang memimpin masih Shin Tae-yong, yang bertanggung jawab atas gagal lolosnya Indonesia ke Piala Dunia juga termasuk STY.

Maka dari itu, standar ganda harus dihapuskan ketika Indonesia gagal lolos.

Standar ganda yang dimaksud seperti berikut ini.

Standar pertama, ketika Timnas Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026 dan masih dilatih Shin Tae-yong, maka yang disalahkan adalah pelatihnya.

Standar kedua, ketika Indonesia gagal ke Piala Dunia 2026 di bawah kepelatihan Patrick Kluivert, yang disalahkan adalah pemainnya yang dianggap belum siap untuk bersaing menuju Piala Dunia.

Itulah standar ganda yang harus tidak terjadi di media sosial nanti jika Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026.

Seyogyanya, apa pun hasilnya nanti yang tetap harus dinilai terlebih dahulu adalah federasi dan pelatih, baru pemainnya. Bukan diubah-ubah hanya demi untuk subyektivitas.

Bahkan, jika Indonesia berhasil lolos pun yang harus diapresiasi terlebih dahulu adalah federasi dan pelatih, baru pemainnya. Karena sekali lagi, pemain di atas lapangan lazimnya atas dasar keputusan pelatih bukan desakan pihak lain. Dan pelatih yang datang untuk bekerja membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia juga karena keputusan federasi.

Inilah yang baru namanya standar obyektif, mutlak, dan tidak digandakan demi kepentingan subyektif. (***)

Ditulis oleh penyuka sepak bola yang masih awam, Deddy HS.

Malang, 11 Oktober 2025.

Baca juga: Ini Harapan Penggemar jika Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun