Piala Dunia 2026 Hanya Berjarak 180 menit di Jeddah, Arab Saudi mulai Kamis (9/10) dini hari WIB.
Bagi penggemar sepak bola dan apalagi Timnas Indonesia, saya tentu antusias menanti dua laga penentuan tersebut meski dengan deg-degan. Tentu saja.
Apalagi, baru kali ini melihat Timnas Indonesia terasa dekat dengan pintu masuk Piala Dunia.
Sejak benar-benar menggemari Timnas Indonesia pada 2010, saya tidak menyangka bahwa bayang-bayang Piala Dunia cukup dekat.
Tentu, ada alasannya tentang mengapa saya tidak berekspektasi Indonesia bisa mendekati pintu Piala Dunia 2026.
Pertama, Indonesia gagal juara Piala AFF 2010. Artinya secara mentalitas kolektif, kita gagal membangun target untuk tampil kompetitif di Piala Asia.
Kedua, Indonesia gagal ke Piala Asia edisi 2011, 2015, dan 2019. Ketika Indonesia gagal tampil di Piala Asia, maka jangankan berharap tampil di panggung dunia, berharap tampil di panggung Asia saja sudah sangat susah kala itu.
Ditambah pula dengan integrasi antara kualifikasi Piala Asia dengan kualifikasi Piala Dunia zona AFC. Maka, jika Indonesia gagal melaju jauh di kualifikasi Asia maka berkorelasi dengan kegagalan melaju ke pentas dunia.
Ketiga, Indonesia sering bergonta-ganti pelatih. Sejak 2010 hingga 2019, ada 14 orang yang pernah menjadi pelatih Timnas Indonesia.
Benny Dollo (2010), Alfred Riedl (2010-2011, 2013-2014, 2016), Wim Rijsbergen (2011-2012), Aji Santoso/caretaker (2012), Nil Maizar (2012-2013), Luis Manuel Blanco (2013), Rahmad Darmawan/caretaker (2013), Jacksen Ferreira Tiago (2013), Indra Sjafri/caretaker (2015), Pieter Huistra/caretaker (2015), Luis Milla (2017-2018), Bima Sakti/caretaker (2018), Simon McMenemy (2019), Yeyen Tumena/caretaker (2019).