Kalau tidak?
Itulah kenapa, saya kemudian masih bersyukur terlahir dan menjadi laki-laki seperti sekarang. Terlepas dari permainan yang saya jalani banyak lika-likunya--dan yang pasti orang lain juga mengalaminya dan bisa saja lebih parah, saya masih merasa beruntung karena menjadi laki-laki, maka masih bisa menentukan jalan hidupnya sendiri.
Lalu, apakah perempuan juga bisa?
Seharusnya bisa.
Perempuan tahun 2023 jelas sudah berbeda dengan perempuan 1944, 1881, hingga zaman purbakala. Itulah mengapa, perempuan dewasa ini seharusnya mampu berjuang dengan gigih untuk menentukan jalan hidupnya.
Kalau hanya berpikir soal pernikahan, melahirkan anak, dan menunggui suami pulang bekerja, perempuan zaman purba pun bisa. Perempuan tanpa gawai bersinyal 5G bahkan bisa saja lebih tangguh dan cerdas seandainya pola hidup perempuan masa kini juga hanya berorientasi pada pernikahan, punya anak, dan menunggui suami pulang bekerja.
Itulah kenapa, saya tidak habis pikir ketika melihat keluhan yang bertemakan 'zaman purba' masih terpakai oleh perempuan-perempuan masa kini yang putus asa dalam berusaha berdiri di kaki sendiri. Bahkan, diantaranya saya pantau merupakan anak-anak dari orang tua yang mampu mencukupi kehidupan si anak hingga berusia kepala dua. Bayangkan, anak orang kaya, tapi pola pikirnya seperti perempuan zaman purba.
Kemudian, yang membuat saya merasa prihatin ketika melihat perempuan masa kini berorientasi kepada pernikahan sebagai solusi jitu untuk mengentaskan kemiskinan dan/atau ketidakberdayaannya dalam berusaha mandiri, adalah faktor kualitas laki-laki.
Dari dulu hingga sekarang, dari realitas hingga karya fiksi yang terabadikan di film-film atau serial tv dan digital, saya melihat kualitas laki-laki tetap sama. Ada yang bagus, ada yang tidak bagus.
Seandainya, perempuan yang mengeluh seperti yang saya ungkap di awal tulisan ini didekati dan dinikahi oleh laki-laki yang kayanya pas-pasan, atau kayanya dari orang tua, atau mudah tergoda dengan 'rumput tetangga yang konon biasanya terlihat lebih hijau', bagaimana?
Bukankah akan jauh lebih rusak kehidupan si perempuan tersebut ke depannya?