Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gerakan di Media Sosial Bagus, tapi...

29 Oktober 2021   14:47 Diperbarui: 30 Oktober 2021   02:20 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kaum tua pensiunan yang harus tetap menjaga kebersamaan dan keceriaan lewat medsos. Photo by: Pexels/Anna Shvets

Koleksi foto dan unggahan di media sosial dari kaum tua saja juga ada yang lebih banyak dari kaum muda. Artinya, persebaran pengguna dalam lingkup usia di media sosial, semakin lama juga cukup merata.

Ilustrasi kaum tua pensiunan yang harus tetap menjaga kebersamaan dan keceriaan lewat medsos. Photo by: Pexels/Anna Shvets
Ilustrasi kaum tua pensiunan yang harus tetap menjaga kebersamaan dan keceriaan lewat medsos. Photo by: Pexels/Anna Shvets

Jumlah kaum muda yang hobi bermedsos bisa saja setara dengan jumlah kaum tua yang pensiun dan sudah makin mahir bermedsos. Karena, harus dimaklumi juga, bahwa bermedsos bisa membuat kaum tua yang sudah pensiun masih mempunyai gairah untuk hidup.

Soal apakah mereka mau peduli atau tidak dengan sekitarnya yang serba heboh dengan beragam peristiwa aktual, itu adalah pilihan. Sama seperti ketika di antara kaum muda juga ada yang tidak ikut andil dalam gerakan sosial di medsos. Itu adalah pilihan.

Karena, pada akhirnya, yang harus dilihat dari gerakan sosial di medsos adalah konteks dari peristiwa yang terjadi. Apakah itu tepat untuk dikawal, atau tidak.

Kaum pemuda memang akrab dengan gawai tapi juga ada yang menggunakannya untuk bekerja selain bersenang-senang. Photo by: Pexels/Vlada Karpovich
Kaum pemuda memang akrab dengan gawai tapi juga ada yang menggunakannya untuk bekerja selain bersenang-senang. Photo by: Pexels/Vlada Karpovich

Contoh dari peristiwa yang tidak patut dikawal adalah kasus Cameron Herrin. Hanya karena pelakunya berparas tampan, warganet yang ganjen malah kehilangan kemanusiaannya.

Mereka malah menyayangkan hukuman 24 tahun penjara kepada pelaku. Padahal, hukuman tersebut tidak akan bernilai jika dibanding dengan dua nyawa yang hilang.

Belum lagi, hukuman penjara bisa "didiskon" jika pelaku terlihat berperilaku baik selama di penjara. Apakah itu bisa sepadan dengan apa yang sebelumnya dia lakukan?

Baca juga: Tampan Dibela, Jelek Dihujat... (David Abdullah)

Artinya, terkadang, gerakan warganet di media sosial juga ada yang tidak masuk akal. Dan untungnya, di antara mereka juga ada yang kontradiksi, maka terjadilah adu pendapat dengan tagar yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun