Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kisah Negosiasi di Industri Kreatif

7 September 2021   12:24 Diperbarui: 8 September 2021   12:49 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tentang jumlah halaman dalam naskah dengan durasi film. Sumber: via Mvorganizing.org

Contoh kedua adalah ketika saya mendapatkan kesempatan menuliskan naskah animasi pendek dengan komedi ringan di sebuah kanal animasi di Youtube.

Salah satu video animasi pendek yang penulis buat naskahnya. Sumber: Youtube/Naya dan Loli
Salah satu video animasi pendek yang penulis buat naskahnya. Sumber: Youtube/Naya dan Loli

Sebelum saya dipercaya membuatkan naskah untuk kanal animasi tersebut, saya diajak untuk mengisi situsnya yang saat itu baru dibuat. Agar situsnya segera menembus syarat monetisasi, maka perlu banyak konten dan secara berkelanjutan situs tersebut terus diisi.

Salah satunya adalah lewat pengunggahan cerita pendek tentang video-video animasi pendek yang sebenarnya sudah terpublikasi di kanal Youtube-nya. Ibaratnya, yang akan saya tulis adalah versi tekstual dari sumber cerita yang sama.

Memang saat ini, situsnya sudah mengalami perombakan tampilan, termasuk (seperti) menghilangnya jejak tulisan yang pernah saya buatkan. Tetapi, dari situlah kami pernah bekerja sama.

Lalu, dari sini saya mulai menemukan beberapa poin penting dalam pengalaman saya--yang masih belum seberapa--dalam bernegosiasi dengan rekan di bidang kreatif, yang kemudian saya sebut sebagai negosiasi antara penyedia jasa kreatif--bagian dari pekerja lepas--dengan klien.

Poin pertama, memahami kebutuhan klien terlebih dahulu. Mungkin, bagi beberapa orang yang belum pernah bersinggungan dengan dunia kreatif akan berpikir bahwa bekerja sama dalam ranah kreatif akan cenderung mudah, karena dunia kreatif tidak ada aturan main yang baku, alias suka-suka.

Tetapi, justru di situlah letak kesulitannya. Karena, keberadaan stereotip "suka-suka", membuat orang-orang di bidang kreatif bisa terjebak pada ego yang sama kuat di dalam praktik memulai kerja sama.

Itu yang kemudian perlu saya sadari ketika menjadi penyedia jasa kreatif. Meskipun, harus bertemu klien yang mungkin kurang mengenal disiplin dalam bidang kepenulisan, saya perlu "mendengar" terlebih dahulu konsep yang diinginkan klien.

Ilustrasi mendengarkan penjelasan (calon) klien. Sumber: Pexels/Anna Shvets
Ilustrasi mendengarkan penjelasan (calon) klien. Sumber: Pexels/Anna Shvets

Poin kedua, menerima dan memberi pemahaman terkait cara kerja konsep yang ditargetkan. Setelah mengetahui konsep yang diinginkan klien, si penyedia jasa juga perlu menawarkan konsep yang mungkin sedikit berbeda dari apa yang dibayangkan klien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun