Mohon tunggu...
Antaiwan Bowo Pranogyo
Antaiwan Bowo Pranogyo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi, Dosen STIE Indonesia Jakarta, Instruktur dan Konsultan di bidang SDM, Risk Manajemen dan Internal Audit

Seorang pembelajar dan pengajar, motto hidupnya: Memberi Value Added kepada masyarakat adalah kewajiban bukan hak.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mengurai Benang Kusut Perasaan: Kisah Seorang Pekerja Kreatif dalam Mengatasi Kecemasan Sosial di Tempat Kerja

5 April 2024   08:26 Diperbarui: 5 April 2024   08:36 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

**Mengurai Benang Kusut Perasaan: Kisah Seorang Pekerja Kreatif dalam Mengatasi Kecemasan Sosial di Tempat Kerja**

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, di antara gedung-gedung tinggi yang menjulang, ada satu kisah inspiratif yang layak untuk diceritakan. Ini adalah kisah seorang pekerja kreatif, Alex, yang menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kecemasan sosial di lingkungan kerja yang kompetitif.

Alex, seorang desainer grafis berbakat berusia 29 tahun, memiliki minat yang besar dalam seni dan kreativitas sejak usia muda. Namun, di balik bakatnya yang gemilang, terdapat perasaan cemas yang dalam yang selalu menghantuinya setiap kali dia berinteraksi dengan rekan-rekan kerjanya.

Sebagai seorang pekerja kreatif, Alex sering harus berurusan dengan klien, presentasi proyek, dan kolaborasi dengan tim. Namun, setiap kali dia berada di bawah sorotan, perasaan cemasnya mulai memenuhi pikirannya. Dia merasa tidak cukup baik, takut dihakimi, dan khawatir akan penilaian orang lain terhadap karyanya.

Setiap pagi, Alex terbangun dengan perasaan cemas yang menghantui. Dia merasa tertekan oleh tuntutan pekerjaan yang berat dan tekanan untuk selalu memberikan hasil terbaik. Bahkan sebelum dia sampai di kantor, pikirannya sudah dipenuhi oleh keraguan dan kekhawatiran yang tidak pernah berujung.

Tapi di balik senyumnya yang ramah dan sikapnya yang ceria, Alex menyembunyikan penderitaannya dengan sangat baik. Dia tidak pernah berbicara tentang kecemasannya kepada siapapun, takut akan dianggap lemah atau tidak kompeten oleh rekan-rekannya.

Namun, suatu hari, di tengah kegelisahannya yang tak kunjung mereda, Alex bertemu dengan seseorang yang akan mengubah pandangannya terhadap dirinya sendiri. Itu adalah Zoe, seorang rekan kerja yang juga seorang pekerja kreatif.

Zoe adalah seseorang yang berbakat dan percaya diri, tetapi ada sesuatu yang berbeda darinya yang menarik perhatian Alex. Zoe memiliki kelembutan dalam sikapnya, dan dia selalu memberikan dukungan yang tak tergoyahkan kepada rekan-rekannya.

Suatu hari, setelah pertemuan tim yang menegangkan, Zoe mendekati Alex di ruang kerja mereka. Dia melihat ke dalam mata Alex yang penuh dengan ketegangan, dan tanpa ragu, dia menyentuh lengan Alex dengan lembut.

"Alex, aku tahu kamu sedang berjuang," kata Zoe dengan suara yang lembut. "Tapi kamu tidak sendirian. Aku di sini untukmu."

Alex terkejut. Dia tidak pernah membayangkan bahwa seseorang akan memahami perjuangannya. Namun, melalui percakapan yang mendalam dengan Zoe, Alex mulai menyadari bahwa dia tidak sendirian dalam perjuangannya melawan kecemasan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun