Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sebuah Tradisi "Yang Penting Sahur"

1 Mei 2021   16:53 Diperbarui: 1 Mei 2021   17:00 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan untuk bersahur. Sumber: Pexels/Foodie Factor

Makanan yang pertama bisa membuat lambung tidak sehat dan pengaruhnya ke saluran pembuangan (anus). Sudah seharian harus berpuasa, tapi harus merasakan tubuh tidak nyaman akibat mengonsumsi makanan pedas saat berbuka puasa atau pun bersahur.

Begitu pula dengan makanan atau minuman yang terlalu manis. Di lidah memang sangat nikmat, dan seolah-olah lidah menari gembira. Tetapi, di pernafasan menjadi tidak baik. Akibatnya, batuk-batuk dan flu bisa menimpa.

Kalau sudah begitu, momen Ramadan bukan menjadi momen kontemplasi terhadap kehidupan, malah menjadi ajang menyakiti diri lewat kenikmatan yang dituntut oleh lidah. Itulah yang membuat tradisi "yang penting sahur" akan menjadikan diri lebih menghargai puasanya.

Tradisi ini yang kemudian berusaha saya jaga sampai kapan pun, termasuk ketika standar hidup meningkat. Peningkatan standar hidup entah karena status, ekonomi, dan kebutuhan biologis (faktor usia), menurut saya masih bisa dilalui dengan tradisi ini.

Karena, tradisi "yang penting sahur" yang diusung adalah nilai gunanya (esensinya). Bukan hanya terpatok oleh simbol-simbol lewat bentuk makanan/minumannya.

Ilustrasi menu sahur kompleks. Sumber: Pexels/Wibhas Onnom
Ilustrasi menu sahur kompleks. Sumber: Pexels/Wibhas Onnom
Memang, menu sahur yang bernutrisi tinggi akan mendorong tubuh untuk tetap prima dalam berpuasa, karena itu adalah kelaziman. Tetapi, menu sahur yang sederhana dan cenderung alakadarnya malah bisa membuat tubuh lebih termotivasi untuk menjaga niatnya berpuasa.

Kalau ingin selama puasa Ramadan tetap sehat dan kuat, salah satunya adalah mengutamakan bersahur terlebih dahulu, baru ke syarat-syarat yang lain. Ini sangat berguna bagi saya, dan mungkin bagi pembaca yang ingin mencoba untuk tetap dapat berpuasa walau dalam keadaan ekonomi kurang ideal seperti karena efek pandemi.

Tradisi ini juga bisa untuk membiasakan pelajar menghargai sarapan yang biasanya diabaikan, tapi berusaha dibiasakan oleh orang tuanya. Ketika sudah mengenal puasa, maka pelajar juga mulai tahu bahwa tubuh selalu butuh modal untuk menghasilkan energi yang kuat di pagi hari.

Jadi, tradisi "yang penting sahur" yang sudah dijalankan keluarga saya di masa lalu, rupanya juga bisa membuat saya tidak kaget dengan keadaan Ramadan saat ini. Termasuk, saat saya sudah mengenal tanggung jawab untuk tetap produktif selama Ramadan.

Malang, 1 Mei 2021
Deddy Husein S.

Tulisan sebelumnya: Masjid Favorit Sekaligus Penuh Kenangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun