Makanan yang pertama bisa membuat lambung tidak sehat dan pengaruhnya ke saluran pembuangan (anus). Sudah seharian harus berpuasa, tapi harus merasakan tubuh tidak nyaman akibat mengonsumsi makanan pedas saat berbuka puasa atau pun bersahur.
Begitu pula dengan makanan atau minuman yang terlalu manis. Di lidah memang sangat nikmat, dan seolah-olah lidah menari gembira. Tetapi, di pernafasan menjadi tidak baik. Akibatnya, batuk-batuk dan flu bisa menimpa.
Kalau sudah begitu, momen Ramadan bukan menjadi momen kontemplasi terhadap kehidupan, malah menjadi ajang menyakiti diri lewat kenikmatan yang dituntut oleh lidah. Itulah yang membuat tradisi "yang penting sahur" akan menjadikan diri lebih menghargai puasanya.
Tradisi ini yang kemudian berusaha saya jaga sampai kapan pun, termasuk ketika standar hidup meningkat. Peningkatan standar hidup entah karena status, ekonomi, dan kebutuhan biologis (faktor usia), menurut saya masih bisa dilalui dengan tradisi ini.
Karena, tradisi "yang penting sahur" yang diusung adalah nilai gunanya (esensinya). Bukan hanya terpatok oleh simbol-simbol lewat bentuk makanan/minumannya.
Kalau ingin selama puasa Ramadan tetap sehat dan kuat, salah satunya adalah mengutamakan bersahur terlebih dahulu, baru ke syarat-syarat yang lain. Ini sangat berguna bagi saya, dan mungkin bagi pembaca yang ingin mencoba untuk tetap dapat berpuasa walau dalam keadaan ekonomi kurang ideal seperti karena efek pandemi.
Tradisi ini juga bisa untuk membiasakan pelajar menghargai sarapan yang biasanya diabaikan, tapi berusaha dibiasakan oleh orang tuanya. Ketika sudah mengenal puasa, maka pelajar juga mulai tahu bahwa tubuh selalu butuh modal untuk menghasilkan energi yang kuat di pagi hari.
Jadi, tradisi "yang penting sahur" yang sudah dijalankan keluarga saya di masa lalu, rupanya juga bisa membuat saya tidak kaget dengan keadaan Ramadan saat ini. Termasuk, saat saya sudah mengenal tanggung jawab untuk tetap produktif selama Ramadan.
Malang, 1 Mei 2021
Deddy Husein S.
Tulisan sebelumnya: Masjid Favorit Sekaligus Penuh Kenangan