Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Polemik Desain HUT RI ke-75 dan Jersey FC Koln

14 Agustus 2020   18:41 Diperbarui: 14 Agustus 2020   19:17 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polemik simbol agama di perayaan HUT RI ke-75 dan jersey pink FC Koln. Gambar: diolah dari Twitter/Kirekswasta/KemensetnegRI dan FCKoeln_en

Salah satu dampak dari kehidupan bermedia sosial adalah mudahnya menemukan dan menanggapi setiap kejadian. Nyaris setiap wujud yang kita lihat akan memancing keinginan kita untuk memberikan respon.

Hal ini juga terjadi pada momen perayaan Hari Ulangtahun Republik Indonesia yang ke-75. Sebagai warga negara yang baik, tentu momen ini akan sangat dinantikan untuk dirayakan bersama.

Namun, bukan Indonesia jika dalam setiap waktu menjelang suatu seremonial, masyarakatnya tidak melakukan kegaduhan. Seperti yang terjadi pada momen HUT RI ini. Dan sayangnya, topiknya lagi-lagi tentang agama.

Sungguh tak habis pikir, mengapa masyarakat Indonesia masih membicarakan tentang agama sebagai salah satu pemantik perdebatan. Padahal sudah 75 tahun negeri ini berdiri, tetapi bukannya semakin bijak selayaknya seorang eyang, malah sebaliknya.

Jika merujuk pada usia manusia, angka 75 adalah simbol kedewasaan. Contoh paling mudah--seperti yang dikenal para pembaca Kompasiana--adalah dua sosok Kompasianer, Pak Tjiptadinata Efendi dan Bu Roselina Tjiptadinata.

Mereka adalah representasi dari usia dan pendewasaan pola pikir ketika menanggapi bentuk-bentuk fenomena di sekitarnya. Contohnya seperti saat menghadapi peraturan di Australia, menanggapi kehidupan yang pernah terdegradasi, termasuk saat menemukan adanya ragam warna dalam hal beragama. Bagaimana itu?

Pak Tjipta pernah membagikan bagaimana pengalamannya ketika harus bermalam di masjid ketika sedang momen bulan Ramadan. Nyatanya, beliau yang harus mengaku sebagai orang non muslim ketika dibangunkan untuk sahur tetap mendapatkan perlakuan baik oleh seorang lelaki tua di masjid tersebut.

Salah satu kisah Pak Tjipta: Apakah Non-Muslim Boleh Terima Daging Kurban?

Begitu pun dengan Bu Lina yang pernah jalan-jalan ke China lalu beliau menunjukkan sisi positif yang perlu diketahui oleh masyarakat Indonesia tentang China. Yaitu tentang keterkaitan negara itu dengan komunisme.

Jika selama ini kita menganggap komunisme adalah anti-agama, nyatanya di China agama masih diyakini dan dijalankan. Tentu ini menjadi penyadaran kepada kita bahwa kita sangat perlu untuk mengenali sesuatu terlebih dahulu sebelum menilainya.

Silakan Baca Artikel Bu Lina: Menjelajahi Benua Asia Bagian 2

Hal ini pula yang sebenarnya terjadi pada polemik saat ini. Yaitu, ketika menanggapi adanya motif desain perayaan HUT RI ke-75. Mirisnya, kita langsung menanggapi desain tersebut dengan penilaian sekali pandang (PSP).

Ada dugaan simbol salib di desain HUT RI ke-75. Gambar: Setneg.go.id/Lukas
Ada dugaan simbol salib di desain HUT RI ke-75. Gambar: Setneg.go.id/Lukas
Sebenarnya menggunakan PSP dalam menilai sesuatu bukan kesalahan. Namun, ketika menggunakannya, kita sebaiknya memiliki dua persyaratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun